Secangkir Korupsi Untuk Indonesia
Ku lihat Ibu pertiwi sedang bersusah hati
air matanya berlinang
mas intannya kau kenang
yeah! hal ini benar-benar terjadi pada Bangsa Indonesia dewasa ini. Krisis moral.
Peringkat ke-4 negara terkorup di dunia bukanlah hal yang membanggakan. Malah sebaliknya, sungguh memalukan. Dimana harga diri kita sebagai bangsa Indonesia? Dimana budaya ketimuran kita yang selama ini kita junjung tinggi dan kita elu-elukan? Dimana kejujuran kita sebagai manusia?
Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, saya merasa sangat miris dan istilah Jawanya ngenes. Kenapa? Kenapa harus bangsa saya yang dianugerahi dengan mental korup? Apakah ini salah satu efek kami dijajah selama ratusan tahun?
Di negara saya yang tercinta ini, segala macam hal tidak bisa lepas dari hal yang bernama Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Dari segi pendidikan : mau masuk sekolah favorit, para orang tua harus merogoh kocek dalam-dalam agar anaknya yang menjadi kebanggaan bisa masuk ke sekolah tersebut. Hal ini juga berlaku ketika sang anak ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sungguh hal seperti ini, berarti orang tua telah mengajarkan pada anaknya bahwa di negara ini besar uang sogokan adalah jalan menuju kesuksesan. Orang tua mengajarkan pada anak korupsi sejak dini.
Dana BOS, kebanyakan sekolah berdalih menggunakan dana BOS memang digunakan sebagai dana operasional sekolah. Tapi yang sering kita temui di jenjang sekolah dasar, murid-murid masih diminta oleh sekolah untuk membeli buku dan LKS. Kemudian, kita bertanya : Kemanakah gerangan dana BOS yang dikucurkan pemerintah pada sekolah?
Masih sering juga kita temui sekolah-sekolah rusak dan tak layak dijadikan tempat menuntut ilmu. Dipakai untuk apakah dana BOS itu?
Kenyataan yang seperti sungguh miris bukan? Lalu apa yang bisa kita lakukan?
Tak bisakah para tenaga pendidik benar-benar menjalankan amanat pemerintah untuk mewujudkan kesetaraan pendidikan dan benar-benar memiliki keikhlasan untuk mencerdaskan bangsa? Memang tak semua pendidik bermental koruptor, tapi zaman sekarang kebanyakan tenga pendidik lebih senang memuaskan hasrat pribadi ketimbang memperhatikan kemajuan bangsa yang tanggung jawabnya kelak akan diemban oleh siswa-siswinya.
Dari segi ekonomi : sering kita temui para pedagang yang berbuat curang. Menggunakan bahan berbahaya semacam boraks, bayclin, pewarna pakaian dan daging busuk. Tetapi, pemerintah utamanya Dinas Perdagangan dan Dinas Kesehatan kurang tanggap dalam hal ini. Bahkan kesan membiarkan hal-hal tersebut terjadi. Sungguh disayangkan. Apakah memang sebuah kesalahan memilih anggota kabinet tak sesuai dengan kemampuan? Apakah memang benar orang yang terpilih berkompeten di bidang yang mereka naungi?
Dari segi Politik : Wah! sudah terlalu banyak kasus dan contoh yang kita hadapi. Anggota parlemen yang setiap hari duduk santai, mengorupsi dana pembangunan fasilitas rakyat dan negara, plesiran ke luar negeri, menonton film asusila ketika rapat, dan selalu meminta tunjangan tetek bengek lainnya. Apakah patut kita pertahankan orang-orang ini?
Sebenarnya, apakah mereka memberi kontribusi yang istilahnya tidak cukup 'Layak' saja tetapi 'LEBIH' pada negara kita ini?
Apakah mereka membentuk sebuah Undang-undang kemudian rakyat kita mematuhinya?
Hukum di negara kita bisa dibeli dewasa ini. Jadi buat apa mereka membentuk perUUan lalu tidak benar-benar diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hal yang seperti sungguh tidak ada gunanya. Jadi mengapa kita harus mempertahankan orang-orang yang bersantai dan tukang menghabiskan uang negara yang berada di Senayan itu?
Tak bisakah kita membuang sistem multipartai?
Mari kita berkaca pada tahun 1955 yang ketika itu sistem multipartai malah menimbulkan perpecahan dan PEMILU tidak berjalan dengan sukses. Tak bisakah kita menggunakan kebijakan era Orde Baru? Hanya dengan 1 partai yang mengusai parlemen sehingga mengurangi dampak separatis dari masing-masing kader partai.
Di AS dan Inggris saja sudah menggunakan sistem 1 partai dan mereka sukses menyelenggarakan roda pemerintahan. Lalu kenapa kita tidak?
Dari segi Olahraga : Klise! Ketua PSSI tahun lalu dan Ketua PSSI tahun ini dua belas tiga belas alias sama saja. Bahkan lebih parah ketua PSSI tahun ini yang dengan PDnya memperkaya diri sendiri dan tidak berhasil membawa perubahan yang signifikan pada wajah persepakbolaan bangsa. Semakin mengalami kemunduran! Karena apa? Tidak jelasnya format kompetisi persepakbolaan dan terjadi campur aduk antar divisi. Sungguh tindakan yang tidak bijak. Boleh kita mereformasi sebuah era kepemimpinan. Tapi hal tersebut bukan berarti kita tidak menggunakan program yang memang sudah baik dan berjalan lancar. Contoh : Pemimpin boleh ganti, tapi selagi sistem yang digunakan sudah bagus mengapa kita harus menggantinya juga?
Tulisan ini hanyalah sebuah coretan idealis mahasiswa. Saya akui memimpin sebuah negara tidaklah mudah, dan saya tidak meminta Presiden turun sekarang ini *saya juga tidak memprovokasi mahasisw lainnya*
Tulisan ini murni adalah curahan hati saya yang merasa semakin hari bangsa Indonesia semakin mengalami kemunduran.
Saya hanya ingin meminta pada Pak Presiden, tolong lebih tegaslah sedikit.
Saya tahu Bapak mengemban beban yang sangat berat, tapi mohon Pak tindak tegaslah bawahan Bapak. Jangan mau disetir oleh bawahan Bapak karena Bapak adalah pemimpinnya.
Dan untuk teman-teman generasi idealis lainnya, mari kita berusaha memperbaiki krisis moral negara ini dimulai dari memperbaiki diri sendiri.
Dalam berorganisasi kita tidak perlu menjilat.
Dalam tiap segi kehidupan kita harus jujur, tidak menyontek saat ulangan.
Dan tidak bekerja sama dengan teman untuk berbuat keburukan.
Ayo! Indonesia Bisa Menjadi Negara Bebas Korupsi!
Tulisan ini diikutkan dalam Lomba Blog Lintas.me
air matanya berlinang
mas intannya kau kenang
yeah! hal ini benar-benar terjadi pada Bangsa Indonesia dewasa ini. Krisis moral.
Peringkat ke-4 negara terkorup di dunia bukanlah hal yang membanggakan. Malah sebaliknya, sungguh memalukan. Dimana harga diri kita sebagai bangsa Indonesia? Dimana budaya ketimuran kita yang selama ini kita junjung tinggi dan kita elu-elukan? Dimana kejujuran kita sebagai manusia?
Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, saya merasa sangat miris dan istilah Jawanya ngenes. Kenapa? Kenapa harus bangsa saya yang dianugerahi dengan mental korup? Apakah ini salah satu efek kami dijajah selama ratusan tahun?
Di negara saya yang tercinta ini, segala macam hal tidak bisa lepas dari hal yang bernama Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Dari segi pendidikan : mau masuk sekolah favorit, para orang tua harus merogoh kocek dalam-dalam agar anaknya yang menjadi kebanggaan bisa masuk ke sekolah tersebut. Hal ini juga berlaku ketika sang anak ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sungguh hal seperti ini, berarti orang tua telah mengajarkan pada anaknya bahwa di negara ini besar uang sogokan adalah jalan menuju kesuksesan. Orang tua mengajarkan pada anak korupsi sejak dini.
Dana BOS, kebanyakan sekolah berdalih menggunakan dana BOS memang digunakan sebagai dana operasional sekolah. Tapi yang sering kita temui di jenjang sekolah dasar, murid-murid masih diminta oleh sekolah untuk membeli buku dan LKS. Kemudian, kita bertanya : Kemanakah gerangan dana BOS yang dikucurkan pemerintah pada sekolah?
Masih sering juga kita temui sekolah-sekolah rusak dan tak layak dijadikan tempat menuntut ilmu. Dipakai untuk apakah dana BOS itu?
Kenyataan yang seperti sungguh miris bukan? Lalu apa yang bisa kita lakukan?
Tak bisakah para tenaga pendidik benar-benar menjalankan amanat pemerintah untuk mewujudkan kesetaraan pendidikan dan benar-benar memiliki keikhlasan untuk mencerdaskan bangsa? Memang tak semua pendidik bermental koruptor, tapi zaman sekarang kebanyakan tenga pendidik lebih senang memuaskan hasrat pribadi ketimbang memperhatikan kemajuan bangsa yang tanggung jawabnya kelak akan diemban oleh siswa-siswinya.
Jadi, tolong berhenti memperkaya diri sendiri!
Dari segi ekonomi : sering kita temui para pedagang yang berbuat curang. Menggunakan bahan berbahaya semacam boraks, bayclin, pewarna pakaian dan daging busuk. Tetapi, pemerintah utamanya Dinas Perdagangan dan Dinas Kesehatan kurang tanggap dalam hal ini. Bahkan kesan membiarkan hal-hal tersebut terjadi. Sungguh disayangkan. Apakah memang sebuah kesalahan memilih anggota kabinet tak sesuai dengan kemampuan? Apakah memang benar orang yang terpilih berkompeten di bidang yang mereka naungi?
Dari segi Politik : Wah! sudah terlalu banyak kasus dan contoh yang kita hadapi. Anggota parlemen yang setiap hari duduk santai, mengorupsi dana pembangunan fasilitas rakyat dan negara, plesiran ke luar negeri, menonton film asusila ketika rapat, dan selalu meminta tunjangan tetek bengek lainnya. Apakah patut kita pertahankan orang-orang ini?
Sebenarnya, apakah mereka memberi kontribusi yang istilahnya tidak cukup 'Layak' saja tetapi 'LEBIH' pada negara kita ini?
Apakah mereka membentuk sebuah Undang-undang kemudian rakyat kita mematuhinya?
Hukum di negara kita bisa dibeli dewasa ini. Jadi buat apa mereka membentuk perUUan lalu tidak benar-benar diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hal yang seperti sungguh tidak ada gunanya. Jadi mengapa kita harus mempertahankan orang-orang yang bersantai dan tukang menghabiskan uang negara yang berada di Senayan itu?
Tak bisakah kita membuang sistem multipartai?
Mari kita berkaca pada tahun 1955 yang ketika itu sistem multipartai malah menimbulkan perpecahan dan PEMILU tidak berjalan dengan sukses. Tak bisakah kita menggunakan kebijakan era Orde Baru? Hanya dengan 1 partai yang mengusai parlemen sehingga mengurangi dampak separatis dari masing-masing kader partai.
Di AS dan Inggris saja sudah menggunakan sistem 1 partai dan mereka sukses menyelenggarakan roda pemerintahan. Lalu kenapa kita tidak?
Dari segi Olahraga : Klise! Ketua PSSI tahun lalu dan Ketua PSSI tahun ini dua belas tiga belas alias sama saja. Bahkan lebih parah ketua PSSI tahun ini yang dengan PDnya memperkaya diri sendiri dan tidak berhasil membawa perubahan yang signifikan pada wajah persepakbolaan bangsa. Semakin mengalami kemunduran! Karena apa? Tidak jelasnya format kompetisi persepakbolaan dan terjadi campur aduk antar divisi. Sungguh tindakan yang tidak bijak. Boleh kita mereformasi sebuah era kepemimpinan. Tapi hal tersebut bukan berarti kita tidak menggunakan program yang memang sudah baik dan berjalan lancar. Contoh : Pemimpin boleh ganti, tapi selagi sistem yang digunakan sudah bagus mengapa kita harus menggantinya juga?
Tulisan ini hanyalah sebuah coretan idealis mahasiswa. Saya akui memimpin sebuah negara tidaklah mudah, dan saya tidak meminta Presiden turun sekarang ini *saya juga tidak memprovokasi mahasisw lainnya*
Tulisan ini murni adalah curahan hati saya yang merasa semakin hari bangsa Indonesia semakin mengalami kemunduran.
Saya hanya ingin meminta pada Pak Presiden, tolong lebih tegaslah sedikit.
Saya tahu Bapak mengemban beban yang sangat berat, tapi mohon Pak tindak tegaslah bawahan Bapak. Jangan mau disetir oleh bawahan Bapak karena Bapak adalah pemimpinnya.
Dan untuk teman-teman generasi idealis lainnya, mari kita berusaha memperbaiki krisis moral negara ini dimulai dari memperbaiki diri sendiri.
Dalam berorganisasi kita tidak perlu menjilat.
Dalam tiap segi kehidupan kita harus jujur, tidak menyontek saat ulangan.
Dan tidak bekerja sama dengan teman untuk berbuat keburukan.
Ayo! Indonesia Bisa Menjadi Negara Bebas Korupsi!
Tulisan ini diikutkan dalam Lomba Blog Lintas.me
Bangsa bodoh akan selamanya bodoh, kecuali kita menjadi generasi pengganti bangsa ini
ReplyDeletesetuju!!
ReplyDeletedari sisi budaya belum tuh ? :D
ReplyDeletesemoga kita menjadi generasi yang lebih baik dibanding sampah sampah seperti mereka
kurang info kalau dari sisi budaya, hho~
ReplyDelete