Resolusi

Wah wah tahun 2015 sudah di ujung aja nih, bulan depan sudah bulan Desember dan itu berarti tahun 2016 tinggal menghitung hari saja. Lantas apa kabar resolusi tahun ini? Well, seperti tahun-tahun sebelumnya belum ada kemajuan signifikan dari pencapaian resolusi. Bisa dibilang aku termasuk golongan orang yang merugi karena tidak mampu menjadi lebih baik dari tahun lalu. Adapun kebaikan atau progres yang sudah aku raih hanya sepersekian dari banyaknya resolusi yang kutempel di dinding kamarku.



Sebetulnya ada begitu banyak hal yang urung kucapai tahun ini, salah tiganya adalah: menyelesaikan kuliah di semester 7, IPK>3.7, dan menerbitkan novel. Pada faktanya sebagus apapun rencanamu dan organisasimu dalam mewujudkannya tidak semudah membalik telapak tangan. Ada begitu banyak hal yang perlu diintrospeksi dan ada pula begitu banyak hal yang perlu dimaklumi.

Yang pertama terancam (gagal) menyelesaikan kuliah di semester 7. Bukan, ini bukan karena aku malas mengerjakan skripsiku atau apa. Aku pun selalu bersemangat mengerjakannya dan mengejar-ngejar dosbing hingga beliau tampak bosan dan lelah melihatku terus menerornya. Bukan juga karena aku bodoh melainkan karena rencana yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kupikir akan mudah bagiku mengerjakan skripsi tanpa halangan, nyatanya dosbingku termasuk dosen yang baik dan gemar memberi masukan demi kesempurnaan tulisanku. Aku bersyukur mendapatkan dosenku ini, secara tidak langsung beliau membantuku untuk menghasilkan tulisan yang baik yah meski butuh proses panjang dan melelahkan.

Malu, kecewa, sedih, dan lain sebagainya. Tentu. Aku sudah telat satu tahun dibanding teman-teman seangkatanku (aku angkatan 2011 yang seharusnya lulus tahun ini, tapi aku ikut angkatan 2012). Aku sedih karena cita-citaku untuk segera menyusul teman-temanku menjalani kehidupan baru terhalang. Sisi baiknya, masih ada teman-teman angkatanku (2011) yang hingga saat ini belum lulus juga. Hal itu sedikit melegakan karena aku yang angkatan 2012 saja sudah hampir menyusul mereka.

Malu, karena tentu saja orang tuaku harus mengeluarkan biaya tambahan untuk satu semester ke depan yang tak seharusnya mereka keluarkan lagi. Iya, apabila aku selesai semester ini aku tak perlu menempuh semester depan hanya untuk mengerjakan skripsi bukan? Aku malu menjadi tanggungan orang tuaku di usia sekarang ini. Di usia ini seharusnya aku sudah bisa memenuhi kebutuhanku sendiri.


Kecewa karena bahkan temanku yang biasa-biasa saja bisa selesai semester ini (mungkin). Tapi tak apa dia toh juga lebih tua dariku jadi memang sudah sewajarnya dia harus lulus duluan bukan? Hahaha. Lagipula masih ada teman-temanku yang hingga saat ini judul mereka belum juga diACC atau belum melaksanakan sempro. Setidaknya aku hanya perlu beberapa minggu tambahan untuk sidang akhir. Hal ini meyadarkanku bahwa melihat ke depan saja membuat kita lupa akan hal-hal yang harus disyukuri. Banyak teman-teman yang menginginkan posisiku saat ini, sudah melaksanakan sempro, akan tetapi mereka juga masih banting tulang berusaha dengan dosen mereka masing-masing. Yah, memang jalan manusia berbeda-beda.

Kalau aku terus saja melihat temanku yang sudah mau selesai itu aku akan mengalami badai energi negatif yang tak henti-hentinya dan nantinya tulisanku tidak maksimal. Oleh sebab itu, aku akan lebih menghargai teman-temanku yang masih berjuang untuk berada di posisiku saat ini. Setidaknya aku berjuang bersama mereka. Dan untungnya juga, sejak angkatanku urusan kelulusan dipermudah. Positifnya, nanti apabila aku menyelesaikan ujian terakhirku meski itu di semester depan aku akan masih punya kesempatan untuk lulus lebih cepat. Jadi, intinya adalah selalu syukuri posisimu saat ini dan hal itu memang cukup menghiburku.

Memang akan ada target tertentu yang membuatku semakin bersedih apabila tidak selesai semester ini dan itu berpengaruh pada resolusiku yang lain tapi tak apa. Mungkin seperti tahun 2011 lalu, ketika aku menemui banyak kesialan aku mendapatkan begitu banyak kebaikan di tahun berikutnya. Jadi tetap fokus pada resolusi untuk mewujudkannya satu per satu.

Comments