Review Film: Negeri Van Oranje [2015]


Sebagai hadiah karena telah lulus sidang skripsi serta hadiah untuk diri sendiri yang telah berjuang cukup lama tanpa penghiburan, maka sehubungan dengan dirilisnya film yang kutunggu-tunggu sejak masa sekolah ini aku pergi ke bioskop!! Awalnya aku tak terlalu menggebu-gebu untuk menonton film yang diangkat dari novel berjudul sama, apalagi film ini tayang di salah satu bioskop termahal di Malang. Kalau harganya mahal tapi fasilitasnya oke sih no problem ya, berhubung sudah mahal pelayanan jelek banget lagi. Seperti hari ini contohnya, sudah lama aku tak berkunjung ke bioskop di depan kampusku ini karena harga tiketnya lebih mahal dari bioskop sejenis yang letaknya agak jauh dari kampus. Berhubung besok adalah hari libur, harga tiket dinaikkan kembali sehingga setara dengan harga tiket bioskop dekat alun-alun yang menyediakan kursi sofa. Sudah bayar mahal, nonton telat, gak kebagian kursi lagi. What?!

Jadi, ceritanya aku berangkat dari sekolah untuk mengambil legalisir dan sempat berbincang sebentar dengan guru sekolah. Jujur saja hal itu memang cukup menghambat perjalanan dan aku juga tak mencermati jadwal tayang film di bioskop dengan seksama. Negeri Van Oranje ditayangkan jam 12.15 untuk show siang hari dan jam 14.25 untuk show selanjutnya. Kupikir akan ada show jam 12.45 untuk film ini di studio lain eh ternyata tidak, mau tak mau aku ambil show jam 12.15 dan aku sudah terlambat 15 menit. Di bioskop lain yang sejenis, meski penonton datang terlambat akan ada mbak-mbak penjaga pintu yang menunjukkan tempat duduk. Naasnya hari ini tidak ada mbak-mbak itu. Sudah telat, tempat dudukku diduduki orang seenaknya lagi. Begitu masuk ke dalam bioskop, gelap (tentu saja karena filmnya sudah mulai), aku kebingungan mencari seat di kegelapan tanpa ada mbak-mbak itu. Akhirnya sempat tanya ke penonton "Mbak, ini seat apa ya?" eh malah yang ditanya takut kalau seatnya bakal kuambil. Berhubung aku sungkan mengganggu penonton lain akhirnya aku memilih kursi kosong di pojokan dengan hati agak grundel. Setelah duduk, aku keluarkan hape lalu melihat bagian belakang kursi. ALAMAK! Aku duduk di seat F sementara seatku adalah seat G. Kebetulan di depanku seat G3 sehingga aku menghitung dimana seharusnya aku duduk dan tempat itu telah diduduki orang. Menahan kesal akhirnya aku merelakan seatku ditempati oleh mbak-mbak yang tak tahu diri itu. Pikirku, tak apalah toh layarnya juga masih bisa dilihat.

Usai kecewa urusan pelayanan bioskop dan kasus tempat duduk, ternyata aku disuguhi film yang (agak) mengecewakan pula. Kenapa? Well, Negeri Van Oranje mengulang kasus 5 cm tiga tahun lalu. Plotnya datar dan tak punya klimaks. Memang sih bukunya juga tak menghadirkan konflik yang signifikan jadi ya sudahlah gak papa dimaklumi aja. Hanya saja secara personal aku lebih terhibur oleh Negeri Van Oranje karena film ini kaya akan shoot negeri Belanda yang semakin ingin membuatku pergi ke Eropa. Rasanya film ini mengiming-imingi diriku untuk segera meraih mimpi belajar di sana (meski bukan di Belanda). Ya kan Jerman sebelas dua belas dengan Belanda, mereka kan tetangga at least.


Selain plot yang (agak) mengecewakan karena gitu-gitu aja, standar, gak greget, biasa aja pokoknya. Akting Tatjana Saphira juga menambah deretan kekecewaan hari ini. Aku jadi agak menyesal membuang uang Rp 40.000 untuk menonton film ini. Dia cantik, cantik banget, subhanallah! Dia gak pernah keliatan jelek sekalipun dia nangis cumaaaaaa aktingnya lempeng banget. Dia gak menghidupkan karakter Lintang dengan baik menurutku. Entah mengapa chemistry AAGABAN yang seolah-olah terbangun di twitter belakangan ini mendadak luntur. Kalau boleh jujur, akting para pemeran pria benar-benar ngeblend cuma ya itu dari Tatjana Saphira sendiri sebagai Lintang engga menyatu, engga senyawa. Kekecewaan terakhir adalah tebakanku salah! Hahaha sebenarnya ini kejutan yang menyenangkan sih. Aku pikir Chico Jericho akan memerankan Banjar eh malah dia memerankan Geri. Sungguh ini plot twist! Kupikir Arifin Putra akan cocok sekali memerankan Geri, aku sudah membayangkan bagaimana dia jadi Geri seperti dia jadi Ben di Supernova eh ternyata dia memerankan Banjar dengan sangat baik!! Berterima kasihlah pada Ge dan Arifin yang selalu menghidupkan suasana dalam film ini.

Kalau menurut penilaianku, film ini masih bisa dinikmati dan sesuai dengan buku. Hanya saja skenario film ini terlalu dangkal kurang dieksplor sama halnya dengan akting Tatjana Saphira. So relax and enjoy the movie, don't object it like I did.

Plot★ ★ ☆ ☆ ☆
Akting★ ★ ★ ☆ ☆
Musik★ ★ ★ ★ ☆
Grafis★ ★ ★ ★ ☆
Overall★ ★ ☆ ☆ ☆   

Comments

Post a Comment

Thank you for visiting my blog, kindly leave your comment below :)

In a moment, I can't reply your comments due to error in my account when replying. But I make sure that I read every single comment you leave here :)