Cuma Pengen Cerita: Jogjakarta's Healing Trip [Part 2]
Udah kayak sinetron aja tiap postingan blog pakai part-part segala. Writing such a long post actually not my style. I prefer write short yet solid story. Tapi yah, banyak hal yang mempengaruhi gaya menulisku akhir-akhir ini. Jadi gak usah protes hahaha.
Mari kita lanjutkan kisah perjalanan tiba-tiba ke Jogja minggu lalu. Kalau dipikir, sekarang sudah hari Jumat lagi dan ini berarti satu minggu dari aku salah tiket menuju Jogja. Time flies so fast ya? Just in case kalian belum baca part pertama, bisa banget deh klik link berikut ini dulu biar gak ketinggalan terlalu jauh.
Ada yang menarik di malam Minggu aku tidur di kosan Galuh. Karena Galuh dan Liyana adalah kalong (re: manusia yang tidurnya malam) mereka sempat terkejut saat tahu aku punya kebiasaan aneh (bukan kebiasaan sih, aku juga baru tahu sekarang). Jadi, dua kalong tersebut tidur lebih lambat daripadaku, kira-kira Shubuh baru tidur. Nah, waktu mereka beranjak tidur mereka bilang aku sempat melindur.
Begitu bangun keesokan harinya, mereka menceritakan bahwa aku memanggil-manggil nama Ibuku seperti ketakutan dan mereka pun akhirnya ikut takut juga. Pas diceritain aku tak percaya karena setahuku aku memang tak pernah melindur. Tapi ya siapa tahu orang aku selalu tidur sendiri kan?
Di hari kedua, kami bertiga lagi-lagi baru keluar 'kandang' siang hari. Kali ini lebih telat yakni pukul 12 siang. Agenda hari Minggu tak banyak, kami juga tak pergi ke alam atau tempat yang terlalu jauh. Hari kedua lebih tepat disebut sebagai hari Wisata Kuliner karena kami jujug langsung makan. Tujuan pertama adalah Indomaret untuk menuruti ngidamku akan Onigiri (Kimbap Segitiga).
Ya, aku jauh-jauh main ke Jogja hanya untuk mengejar si kimbap segitiga ini. Sebab barang ini di Malang memang tak ada sih dan rasanya tuh enak bangeett. Tak tanggung-tanggung aku langsung beli tiga dan langsung aku habiskan! Sudah kenyang? Nah! Gak ada kata kenyang. Setelah makan kimbap di Indomaret Point terdekat, kami bertiga menuju stasiun untuk mengurusi sisa-sisa kebodohanku.
Yap, aku me-refund uang tiket Liyana sekaligus pesan tiket baru untuk kepulanganku. Rencananya sih ingin pulang Minggu malam, apa daya tiket kereta sudah habis jadi ya aku extend hingga Senin malam. Liyana pun demikian, jadi kami berdua yang semula berencana pulang Minggu gagal pulang. Maklum ya Jogja emang bikin betah.
Setelah urusan tiket selesai, kami lapar lagi. Akhirnya kami cuss ke Papa Ron's Pizza dengan menggunakan voucher beli 1 gratis 1. Dan seperti kataku, agenda hari itu penuh dengan makan-makan. Usai dari Papa Ron's Pizza, tak ada yang istimewa kecuali menyusuri jalan Malioboro. Kami menghabiskan sore dengan berjalan-jalan di Malioboro dan mengunjungi pameran seni mahasiswa ISI di Taman Budaya Yogyakarta.
As expected, karena kota seni dan pamerannya mahasiswa seni ya tentu saja karya yang dipasang juga bagus-bagus. Seriusan bagus!
Oh ya, sebelum kami mengunjungi pameran seni mahasiswa ISI, kami juga berfoto-foto ria di spot yang jarang ditemui orang di Malioboro lho! Jadi kayak ada suatu gang gitu, gang ini merupakan jalan tembusan ke Pasar Beringharjo dan kami menemukan spot yang instagrammable. Sebetulnya tempatnya kayak pecinan biasa hanya saja dicat jadi lebih terawat dan pas buat foto-foto an.
Usai berjalan-jalan di Malioboro hingga kami bertiga merasa lengket, gerah, dan bau badan. Kami memutuskan untuk nongkrong-nongkrong syantiek. Tempatnya di Djoeragan Susu, dekat dengan daerah kosan Galuh. Di sini hampir sebelas dua belas dengan Milk Story di Malang (?). Well, gimana ya nyebutnya. Yang jelas produk utama di Djoeragan Susu ini adalah susu beraneka rasa. Susunya yang digunakan susu perah asli yang telah dicampur dengan beragam jus buah. Jadi perasa-nya itu bukan perasa buatan melainkan jus buah. Untuk makanan kecil ada semacam kentang goreng dan snack-snack ringan lainnya. Dan as usual, harga di Jogja selalu murah. Usai nongkrong hingga cukup larut di Djoeragan Susu kami memutuskan untuk balik ke kosan dan menutup hari.
Liburan di Jogja kali ini memang sangat singkat tapi bukan berarti tak membekas. Sebab kami bertiga jadi menceritakan apa-apa yang jarang kami ceritakan satu sama lain. Di antara waktu kami jalan-jalan dan foto-foto, terselip berbagai macam curhatan dan persoalan hidup anak-anak berusia 20 tahunan #QuarterLifeProblems. Masing-masing dari kami punya cita-cita tapi rasanya kami jauh dari pencapaian tersebut. Dan yang penting persahabatan di antara kami makin dekat juga, itu yang penting.
So, adios Jogja. Bis spater!
selipan curhatan dalam perjalanan itu penting! approved!
ReplyDeleteSungkem sama senpai
Delete