Serial Netflix (Western) Rekomendasi

BBC Sherlock
Aku ingat sekali sebelum aku mengenal Netflix saat ini (bahkan berlangganan), dulu aku memandang sebelah mata aplikasi tersebut. Ketika baru saja tiba di UK, aku sempat ditawarkan oleh teman satu flat untuk langganan Netflix bareng dan aku menolak. Saat itu aku masih bersikukuh sebagai pembajak (walau sekarang juga masih) dan kurang tertarik untuk menjadi bingewatcher Netflix. Namun waktu perlahan mengubahku, apalagi setelah aku jadi lebih sering menginap di tempat Mbayod di Uxbridge. Akibat keseringan diajak nonton kala makan (dan memang lebih banyak nge-bingewatching-nya sih) akhirnya aku jadi ikut-ikut kecanduan Netflix. Maka dari itu, akhir tahun kemarin aku memutuskan untuk mulai berlangganan Netflix dengan cara join account dengan Mbayod dan Mas Kiva.

Selain memang sering diajak nonton oleh Mbayod dan Mas Kiva, aku mulai keranjingan Netflix setelah mencoba trial gratis satu bulan. Selama satu bulan itu, aku memanfaatkan Netflix sebaik mungkin dengan mengakses sejumlah drama Korea yang belum sempat aku tonton seperti Let's Eat dan Age of Youth 2. Aku juga sempat menonton variety seperti Blue Planet dan mulai nonton Black Mirror. Begitu langgananku habis, aku join account dengan Mas Kiva dan menghabiskan hampir setiap weekend nge-bingewatching. Apalagi saat itu aku sudah mulai sibuk magang lalu Mbayod dan Mas Kiva sudah pulang kembali ke Indonesia. Jadi aku tidak punya tempat pelarian lagi kalau mau nonton Netflix, makanya aku berlangganan.

Sejak berkenalan dengan Netflix, aku sudah menonton sejumlah acara dan pada postingan ini aku akan menjelaskan beberapa serial Netflix yang aku rekomendasikan. Di tulisan ini aku hanya akan membahas serial Western saja meski sebenarnya ada dua serial Jepang yakni Kantaro The Sweet Tooth Salary Man dan Tokyo Diner yang juga kusukai. Well, serial apa saja yang paling suka aku tonton di Netflix? Berikut daftarnya:
  1. Sherlock
  2. Pertama kali tahu Sherlock sebenarnya sejak tahun 2013 atau 2014 lalu ketika salah seorang teman bilang bahwa ada serial BBC baru yang kerennya nggak ngalahin Sherlock karya Guy Ritchie. Sayangnya waktu itu aku masih nggak terlalu nonton serial Western, padahal selain Sherlock ada sejumlah serial lain seperti The Walking Dead atau Game of Thrones yang ngehits banget di kalangan teman-temanku. Awal mula nonton Sherlock awalnya dari Popcorn Time karena waktu itu belum langganan Netflix tapi nonton lewat Popcorn Time nggak enak. Akhirnya aku baru memutuskan untuk marathon Sherlock begitu sudah langganan Netflix dan tinggal di Leytonstone. Hampir tiap malam sebelum tidur aku nonton Sherlock. Rupanya omongan temanku benar, Sherlock versi BBC ini jauh lebih keren dan 'khayal' dibandingkan dengan Sherlock Holmes karya Hollywood. Benedict Cumberbatch dapat memerankan karakter Sherlock dengan sangat baik sehingga aku lupa bahwa Robert Downey Jr. pernah membuatku terkesima saat memerankan Sherlock. Bagiku Benedict adalah cast paling cocok untuk karakter karya Sir Arthur Conan Doyle ini. Selain itu, Sherlock versi BBC ini juga tidak terlalu Sherlock-sentris, karakter John-lah yang sebenarnya jadi premis utama. Justru aku malah mengagumi bromance antara Benedict dan Martin Freeman dalam Sherlock ini daripada romance antara Sherlock dengan Molly atau Sherlock dengan Irene Adler. Secara mengejutkan juga, aku jadi suka dengan karakter Mycorft Holmes yang mencuri perhatian. Bisa dibilang tokoh-tokoh yang ada di serial Sherlock ini punya karakter yang kuat dan saling membangun sehingga tidak ada karakter yang jatuhnya sia-sia saja atau jadi sekedar figuran. Mengingat Sherlock Holmes adalah buku yang ditulis sejak era Victoria, Sherlock versi BBC ini justru menghadirkan kisah-kisah Sir Arthur Conan Doyle di era yang lebih modern dan relatable. Sejumlah kasus seperti A Study in Pink (harusnya A Study in Scarlet) malah masih relevan bila disetting di era milenial seperti saat ini. Series yang paling kusuka dari Sherlock adalah season 2 dan season 3 terutama episode The Reichenbach Fall dan The Empty Hearse. Series ke-4 tidak terlalu keren dan endingnya cenderung agak dipaksakan. Aku berharap entah tahun ini atau tahun depan akan ada Sherlock season 5 karena serial ini tuh sangat sayang kalau tidak dilanjutkan saking kerennya. Sayangnya, aku harus sadar kalau masing-masing pemain punya jadwal yang padat sehingga kemungkinan Sherlock tidak akan dilanjutkan lagi :(
  3. The Crown
  4. Sebelum nonton Sherlock malah aku sebenarnya nonton serial yang berkisah tentang sejarah Ratu Elizabeth II ini dulu. Aku nonton The Crown karena sebenarnya iseng-iseng mencoba saja, sebenarnya aku tidak terlalu tertarik dengan sejarah keluarga kerajaan Inggris. Namun begitu mencoba nonton satu episode, aku tidak bisa berhenti. Aku baru berhenti di episode terakhir season 1 dan belum melanjutkan season selanjutnya. Yang membuatku suka terhadap serial ini adalah akting dari para pemeran yang hampir terbilang detil dan mirip dengan tokoh aslinya. Contohnya Claire Foy yang bisa memerankan sosok Ratu Elizabeth II dengan sangat baik. Momen-momen sejarah yang diangkat sepanjang series pun terbilang valid jadi setelah nonton series lalu googling mengenai sejarahnya, hal itu betul-betul terjadi dan tidak mengada-ada. Meskipun sebenarnya serial ini juga agak tendensius dan berusaha sebisa mungkin memoles imej Ratu Elizabeth agar terlihat lebih manusiawi dan bersahabat di kalangan masyarakat awam seperti kita-kita ini. Selain plot, detil kostum, gesture, serta desain interior membuatku sangat mengapresiasi serial ini. Jadi, buat kalian yang belum nonton The Crown, aku sangat menyarankan kalian untuk mulai menontonnya.
  5. Black Mirror
  6. Black Mirror adalah series yang paling sering diperbincangkan oleh milenial. Pertama kali aku dengar serial ini adalah dari tweet yang lalu lalang di linimasa-ku. Awalnya kupikir ini adalah serial mindblowing berbau horror thriller gitu, ternyata tidak. Black Mirror pada umumnya bercerita mengenai dampak negatif dari teknologi (kadang ada juga dampak positifnya). Aku jadi semakin tertarik untuk mencoba menonton serial ini setelah mendiskusikan serial ini dengan temanku. Dan ya, sejak saat itu aku mulai menonton Black Mirror. Black Mirror ini bukan serial bersambung, tiap episode punya cerita sendiri yang langsung habis sehingga kamu tidak perlu penasaran atau merasa digantung di ending. Episode yang paling aku suka dari Black Mirror adalah Hang the DJ lalu Bandersnatch. Hang the DJ memiliki ending yang cukup manis meski dalam prosesnya perih dan berdarah-darah juga. Sementara Bandersnatch adalah terobosan Netflix yang menurutku patut diapresiasi, meskipun konsepnya sebenarnya daur ulang dari yang sudah ada. Ada juga episode-episode lain yang cukup membekas di ingatanku seperti Nosedive, The Entire History of You, dan One Million Merits. Kalian yang suka suspense, tragic tragedy, atau sesuatu yang bikin kalian kena existential crisis pasca menonton sebuah serial harus banget nyoba nonton Black Mirror ini.
  7. Haunting of Hill House
  8. Selanjutnya ada The Haunting of Hill House yang aku nontonnya karena dipaksa Mbayod. Sejujurnya serial ini nggak bakal muncul di list ini karena genrenya horror namun karena ceritanya memang bagus jadi aku masukkan. Aku ingat banget saat teaser serial ini muncul di Netflix, sebisa mungkin aku segera melewatinya karena aku takut sendiri. Sepanjang nonton serial ini pun aku menelungkupkan wajahku ke bantal karena takut kalau-kalau hantunya muncul. Kisah serial ini sebenarnya sederhana, ada satu keluarga dengan lima orang anak yang tinggal di dalam sebuah rumah, rumah itu disebut sebagai Hill House. Entah apa yang dimiliki oleh rumah itu, keluarga Crane jadi dihantui trauma mendalam terutama anak-anaknya. Serial berkisah setelah anak-anak keluarga Crane tumbuh dewasa mereka adalah Steve, Shirley, Theodora, Luke, dan Nellie. Masing-masing anak keluarga Crane ini memiliki kepribadian yang berbeda dan sebenarnya hal itulah yang berusaha dikisahkan di masing-masing episode serial ini. Dari kelima anak keluarga Crane, anak paling kecil yakni Eleanor (Nellie) adalah korban utama dari Hill House. Misteri demi misteri dikupas dengan detail di tiap episode. Tone, plot, serta akting masing-masing pemeran yang membuatku betah nonton serial ini meski genrenya horror. Dan ya pada akhirnya aku setuju dengan Mbayod bahwa serial ini bagus dan patut kurekomendasikan.
  9. Sex Education
  10. Yang terakhir adalah serial Netflix paling baru yakni Sex Education. Sejak teasernya muncul sebenarnya aku sudah sangat tertarik dengan serial ini karena berbicara soal Sex. Sebenarnya aku kurang terlalu suka dengan serial yang receh-receh tapi yang satu ini memang agak berbeda. Begitu nonton episode pertama aku langsung bahagia dan melanjutkan ke episode selanjutnya. Aku sangat suka Asa Butterfield ketika memerankan Otis bahkan suaranya saja bikin aku merinding karena dalam dan aksennya yah gitulah pokoknya. Selain karakter Otis, yang paling kusuka dari serial ini adalah karakter Maeve, cewek yang diperankan oleh Emma Mackey ini heartthrob banget deh. Karakter cewek yang nggak lenjeh, kuat, cerdas, dan cool semacam Maeve adalah my spirit animal. Judulnya Sex Education tentu saja serial ini isinya juga melulu soal seks, nggak jarang adegan seks dan naked dalam serial ini. Tapi serial ini justru menangkap kegalauan dan ketidaktahuan anak muda soal seks dan relationship. Serial ini tuh pokoknya innocent tapi fun, dramanya juga nggak berlebihan. Benar-benar related deh kalau dijadikan tontonan milenial zaman sekarang. Rasanya nggak sabar nunggu season 2 Sex Education saking menariknya serial ini. Oleh sebab itu, kamu jangan sampai melewatkan Sex Education juga ya ;)
Nah sepertinya segitu aja deretan serial yang bisa aku rekomendasikan. Di lain waktu aku bisa saja menambah daftar ini dengan Hannibal atau serial-serial lain yang agak mindblowing. Secara pribadi aku bukan tipe orang yang terlalu suka nonton serial karena aku malas ngikutin serial tersebut sampai habis. Namun serial-serial di atas mengubahku jadi pecinta serial Western (terutama British TV series). Kalau serial-serial itu saja bisa mengubah pikiranku, aku yakin deh serial-serial tersebut juga bisa mengubah pikiran kalian.



Comments