Perjalanan Jadi Fans K-Pop Selama 12 Tahun Terakhir


Bismillahirrohmanirrohim, dengan mengucap kata Basmallah maka postingan ini dibuka. Semua karena postingan ini berisi dengan kekhilafan diriku yang hina ini selama jadi budak K-Pop (sampe sekarang pun masih).

Berawal dari dengerin podcast Kekoreaan Ron dan Dita dari Kaskus, sempat ke-trigger juga untuk disclose berapa banyak duit yang dikeluarkan sejak menjadi budak K-Pop. Sebenarnya kalau dihitung-hitung ngeri juga sih, takut kaget karena jumlahnya sepertinya sudah bisa digunakan untuk DP perumahan di Kota Malang. Tapi ya karena sudah diawali dengan Basmallah mari kita coba kuliti seberapa banyak pengeluaran yang telah aku keluarkan untuk menjadi budak bujank-bujank ganteng di lingkaran setan ini.

Hidupku sebagai fans K-Pop bermula sejak tahun 2008, itu artinya aku sudah jadi fans sejak dari miskin-miskinnya sampai sekarang punya penghasilan sendiri. Waktu zaman sekolah dulu, fangirling benar-benar bahagia dan no pressure. Nggak ada tuntutan untuk koleksi album apalagi sampai nonton konser. Di zaman sekolah waktu itu, yang ada cuma nonton Youtube via download video dan/atau nyedotin variety show dari crunchyroll dan menyatukan semuanya pake HJ Split. Nggak aneh-aneh, nggak neko-neko.

Loncat ke tahun 2016 pas sudah kerja dan berpenghasilan juga begitu. Masih jadi budak K-Pop, sudah ada keinginan untuk nonton konser tapi nggak ambisius. Masih kere juga, untungnya kerja jadi wartawan. Sayangnya di tahun segitu, kesempatan untuk liputan ke konser masih terbatas karena yang diutamakan adalah wartawan yang berdomisili di Jakarta. Jadi cuma bisa beli satu album yaitu EXO - Ko Ko Bop. Waktu itu harganya masih Rp 250.000-an (kalau gak salah inget). Dan ya setelahnya baru beli versi Repackaged-nya The Power of Music. Sayangnya, pas album ini nyampe aku sudah keburu pergi ke UK buat sekolah ㅠ.ㅠ

Tahun 2017-2018 mungkin jadi salah satu titik balik jadi orang yang mampu beli album lebih banyak lagi karena tinggal di UK. Mata uang UK kan lebih kuat dari Rupiah jadi mau beli album berapapun rasanya murah. Terhitung pas di UK beli album Super Junior Play 3 versi sekaligus, lalu beli album Red Velvet - Red Flavor sama NCT - Cherry Bomb karena nemu di HMV. Jujur lebih menyesal beli album RV sama NCT karena harganya jadi jauh lebih mahal dari seharusnya dibandingkan dengan beli album Suju sekaligus sih. Dan saat itu juga aku baru mengenal situs jual beli album dan merch K-Pop Ktown4U, sebelumnya mah cuma kenal Gasoo Galore. Setelah beli dua album itu, ada masanya dimana aku gila banget sama GOT7 jadi beli album Eyes On You via Amazon dan beli Lightstick EXO juga sekalian dari Ktown4U. Apalagi di tahun 2017 ada beberapa konser juga yang aku kunjungi yaitu Eyes On You GOT7 di Jakarta sama Music Bank di Berlin. Kalau ditotal-total kayaknya ada deh uangnya bisa buat liburan dua minggu di Eropa ㅋㅋㅋ

Tahun 2019 waktu itu nggak terlalu banyak pengeluaran untuk K-Pop karena lagi sibuk cari kerja jadi ya duitnya habis untuk PP Jakarta-Malang buat mencari pekerjaan. Selebihnya bisa sih nonton konser tapi menang giveaway yaitu TVXQ Circle in Jakarta dan Winner di salah satu festival karena memang lagi ada koneksi. Sempat sangat menyesal nggak bisa nonton EXO dan Suju karena sedang sibuk juggling sama kerjaan, ya maklum kan baru masuk ya. DAY6 konser terakhir di Jakarta sebelum pandemi menyerang pun nggak ikutan karena ya waktu itu belum terlalu into DAY6. Terus sekarang menyesal deh nggak nonton ketika waktu itu punya kesempatan ㅠ.ㅠ

Sementara itu tahun 2020-2021 adalah tahun dimana aku sangat royal menghamburkan uang untuk K-Pop (re: DAY6). Karena bucin dan sudah punya penghasilan, aku nggak sayang ngeluarin duit banyak. Prinsipnya adalah duit bisa dicari, barang K-Pop bisa dijual. Jadi selama aku suka ya aku beli aja. Sejak ngebucin DAY6 mulai dari album, tiket konser HITC (yang akhirnya batal), printilan macam Denimalz, strap band, moodlight, agenda, sampai baju boneka aku beli semuanya. Ya untungnya aku nggak khilaf beli photocard sih. Belum lagi subscription untuk beli bubble, diamond untuk Superstar JYP, sampai konser online semua dijabanin. Ditambah lagi masih beli album grup lain di luar DAY6 seperti NCT dan Yunho TVXQ. Jadi ya bisa dihitung sendiri lah pengeluarannya berapa. Mungkin kalau ditotal semuanya, sekarang saya sudah punya tanah satu petak di Malang.

Lalu apakah aku menyesal membeli semua itu? Seperti yang sudah aku ceritakan, aku cuma nyesel beli album Cherry Bomb dan Red Flavor karena harganya lebih mahal dari yang seharusnya. Selain itu, semuanya biasa aja. Apakah sparks joy? Ada satu barang yang nggak sparks joy dan aku jual terus aku belikan barang yang sama versi baru banget. Lalu apakah ada niatan untuk berhenti? Sejauh ini sih kalau wishlist merchandise DAY6 sudah keturutan semua, tinggal wishlist konser aja yang belum. Jadi kalau ditanya bakal berhenti atau nggak ya sepertinya ada kemungkinan tapi nggak sekarang, nanti.

Cuma, kalau bisa dibilang masa-masa impulsive buying sebenarnya sudah terlewati karena semua wishlist sudah tercapai. Jadi pengeluaran untuk merchandise DAY6 di tahun 2021 jauh lebih terkontrol daripada di tahun 2020 lalu. Apalagi saat pandemi hiburan kita apalagi kalau nggak belanja kan? Belanja itu meningkatkan dopamine lho, ini yang menjelaskan kenapa aku suka koleksi merch dan suka melakukan unboxing. Ya karena hal itu membuatku bahagia.

Di lain sisi, kalau diitung-itung lagi jumlahnya sebenarnya agak begidik ngeri juga sih. Kok bisa royal banget beli barang sebanyak itu dengan harga yang gak murah? ㅋㅋㅋ

Bahkan aku sampai bikin video DAY6 Merchandise haul dan ini pun masih belum semuanya aku unboxing dari semua koleksi yang aku punya:

Comments