Dell Latitude 7310: 2 in 1 Entry Level Laptop a Month Later

Salah satu hal yang bikin sempat bersyukur karena kerja di tempat sekarang adalah: dapat laptop kerja. Yes, sejak akhir tahun lalu, karyawan sudah diminta untuk melakukan Choose Your Own Device (CYOD). Pilihannya ada 4: Lenovo, HP, Dell, dan Macbook Air. Sebagai seseorang yang sudah punya Macbook dan mengalami kendala dalam penggunaannya dalam pekerjaan, tentu saja aku nggak memilih Macbook lagi. Selain itu, Macbook yang didapat juga Macbook Air bukan Pro, jadi aku lebih memilih untuk menggunakan laptop Windows saja. Dan pilihanku jatuh pada Dell Latitude 7310.

Dell Latitude 7310 ini merupakan laptop 2in1 yaitu laptop yang bisa jadi laptop (obviously) dan juga jadi tablet, layarnya dapat diputar 360 derajat serta sudah touch screen. Namun setelah hampir satu bulan pakai, aku nggak terlalu merekomendasikan laptop ini sebagai tablet. Kenapa? Karena sejujurnya layarnya nggak terlalu sensitif. Mungkin karena memang dia sebenarnya adalah laptop, jadi built quality untuk tabletnya sedikit mengecewakan. Dan sejujurnya aku belum pernah mencoba laptop ini dalam fitur menggambar. Sebab untuk menjadikannya sebagai full tablet untuk menggambar atau bekerja dengan Photoshop, aku harus membeli stylus lagi yang dibanderol di kisaran harga Rp 1 juta.

Bicara soal spesifikasi, laptop entry level ini sudah mumpuni. Dengan dapur pacu Intel Core i5, RAM 8 GB, HDD 512 GB, Display 13.3" dengan Grafis VGA Intel HD Grafis rasanya sudah mumpuni untuk digunakan sebagai daily driver budak korporat. Aku contohnya. Jujur, laptop ini lebih responsif dan cepat kalau sudah berkutat dengan urusan Microsoft Excel. Yang mana kalau di Macbook sendiri aku mengalami sedikit delay. Hal itu sebenarnya juga dikontribusi oleh file excel yang memiliki terlalu banyak command hitung dan diakses melalui cloud sehingga cukup menghambat juga jika mengerjakan file excel versi cloud collaboration.


Yang perlu diketahui sebelum membeli laptop Dell Latitude 7310 ini adalah adanya tambahan adapter untuk HDMI. Dell Latitude 7310 dibekali dua port thunderbird (USB C), satu port USB 2.0, satu port HDMI, satu slot SD Card serta satu port audio jack. Sehingga bagi kalian yang sering melakukan presentasi, sangat disarankan untuk membeli adaptor tambahan HDMI. Kalau aku sih sudah dapat sepaket dari kantor, jadi nggak perlu beli lagi. Untuk pengisian daya, mungkin karena sudah menggunakan port thunderbird, laptop ini fast charging. Untuk ngecharge full, nggak butuh waktu lama kurang dari 1 jam sudah penuh lagi. Baterainya juga cukup awet meskipun digunakan meeting zoom berjam-jam sembari multitasking. Baterai Dell Latitude 7310 adalah baterai 4-Cell. 

Sistem operasi juga sudah bawaan menggunakan Windows 10. Kalau ditanya apa kelebihan laptop ini? Well, sejauh ini lebih cepat dari Macbook Pro 2017-ku untuk bekerja excel, sudah support Microsoft Teams yang sampai sekarang nggak kompatibel di Macbook, dan sudah bisa menggunakan Windows Halo. Windows Halo merupakan fitur FaceID milik Windows, jadi ketika kamu mau login ke komputer dan malas mengetikkan password atau ingin mempersingkat waktu saja, maka kamu bisa menatap kamera dan voila! Sudah sign in ke home Windows. Oh satu lagi, Dell Latitude 7310 juga telah dibekali dengan camera closer. Jadi ada sebuah button di atas layar yang bisa kamu geser untuk membuka atau menutup kamera. Sungguh sangat convenient, terutama bagi kamu yang enggan menyalakan video pas virtual meeting.

Buat yang pindah dari Mac ke Windows, tenang saja. Kamu juga sudah bisa menggunakan fitur Dynamic Desktop Wallpaper dengan menginstall aplikasi tambahan. Bahkan kamu dapat menikmati Mac BigSur Wallpaper di laptop Windowsmu. Tambahan lagi, dengan OS Windows 10 kamu juga sudah bisa mengintegrasikan handphonemu dengan laptop ini hanya dengan menggunakan aplikasi My Phone. Rupanya Windows tidak mau ketinggalan dari Apple untuk urusan seamless experience. Yah, walaupun untuk soal ini ekosistem Apple masih lebih kuat dan belum dapat ditandingi.

Untuk urusan keyboard dan tampilan, Dell Latitude 7310 agaknya sedikit meniru Macbook, seperti laptop windows lainnya. Mousepad tidak memiliki dua button left-right click tapi dibiarkan luas begitu saja. Keyboard juga sengaja didesain tipis, walaupun keyboard milik Macbook jauh lebih tipis dan telah menggunakan teknologi butterfly switch. Jujur, keyboardnya jauh lebih nyaman digunakan daripada keyboard Macbook karena sedikit lebih tebal dan empuk. Tidak terlalu firm seperti Mac. Yah, walaupun kalau boleh jujur aku jadi malas menggunakan keyboard membrane karena sudah cinta kepada keyboard mechanical sih.

Oh ya Dell Latitude 7310 juga sudah memiliki tampilan yang slim dan sleek dengan body carbon fiber. Beratnya lebih ringan dari Macbook Pro-ku yakni 1.22 kg, sementara Macbook Pro 2017 13 inch memiliki berat 1.37 kg. Meskipun laptop ini laptop Windows, kesannya masih tetap mewah dan premium, bodinya kokoh dan solid. Walaupun harus diakui kualitas suaranya memang berbeda dengan Macbook.



So far, Dell Latitude 7310 performanya dapat disandingkan dengan Lenovo Yoga 7i yang juga sama-sama laptop entry level 2in1. Dan harga keduanya juga tidak jauh berbeda, Dell Latitude dibanderol seharga Rp 20 jutaan sama dengan Lenovo Yoga. Dan untuk harga yang tidak jauh berbeda, justru lebih baik memilih Windows laptop entry level multifungsi daripada Macbook Air untuk kerja bukan?

Berdasarkan pengalaman pribadi, Macbook lebih baik digunakan untuk kegiatan non-pekerjaan. Seperti yang kulakukan sekarang, urusan blogging, vlogging, podcasting tetap menggunakan Macbook sebagai daily driver. Namun kalau sudah untuk urusan kerjaan, tetap Windows juaranya. Nah, jadi begitulah impresiku terhadap Dell Latitude 7310 yang dibelikan oleh kantor. Flexing sedikit nggak masalah lah ya lol

Cheers!

Comments