Aku dan Patah Hati


Sepanjang hidupku kayaknya memang aku sering mengalami yang namanya patah hati, kukira aku sudah terbiasa menghandle rasa sakitnya. Ternyata ngga juga.

Tahun ini bahkan aku sudah dua kali ditolak. Kayaknya kalau sekarang aku lebih banyak ditolaknya daripada menolaknya, padahal waktu zaman masih sekolah dulu justru aku yang lebih sering menolak. Hal ini membuatku berpikir kembali "Apa memang belum ada jawaban kehadiran orang yang tepat dalam hidupku?"

Hingga saat ini, aku sudah terbiasa dengan penolakan sih. Tapi proses penyembuhan pasca ditolak dan proses patah hatinya ini ternyata aku masih belum bisa menghandlenya dengan baik. Justru inilah proses yang paling aku benci karena rasanya tidak nyaman. Aku nggak suka terlalu lama memikirkan penolakan-penolakan ini. Aku nggak suka terlalu lama tetap menyimpan rasa. Tapi aku bisa apa? Bisanya memang cuma menerima dan menikmati rasa sakit sembari tetap melanjutkan hidup. Di usia ke-29 aku sudah berteman baik dengan patah hati. Sudah berkali-kali, sudah terbiasa, tapi tetap saja merasa tidak nyaman.

Mungkin juga patah hati yang kali ini cukup nggak kuharapkan. Maksudnya aku sudah lebih siap menghadapi patah hati yang sifatnya dighosting atau ya udah closure aja. Aku nggak pernah diharap akan ditolak dengan sangat baik. Anehnya, bukannya malah move on aku malah masih berharap aku diberikan kesempatan yang nggak tahu datangnya kapan untuk jadi orang yang tepat buat dia. Padahal caraku menghandle penolakan adalah dengan menutup segala hal dan move on. Kalau begini malah kayaknya aku akan mengulangi siklus lama yaitu susah move on.

Who asks you to be so nice?

Nggak sih, memang aku aja yang aneh. Ditolak baik-baik harusnya malah lega. Ini malah makin galau.

Justru yang bikin sedih di penolakan kali ini adalah betapa si orang menunjukkan kalau dia adalah orang baik. Dan aku merasa sangat sedih karena ternyata aku tuh nggak pantas kalau sama dia. Kayak kesal dan sedihnya itu makin dalam. Ya mungkin memang dia adalah orang yang kubutuhkan dan kuinginkan, karena dia tuh orang baik. Hanya saja mungkin memang aku tuh bukan orang baik makanya jawabannya nggak. Menyadari hal ini, membuatku makin berpikir bahwa ternyata gelar atau pekerjaan atau apapun itu nggak jadi jaminan kita akan bertemu dengan orang yang kita butuhkan. Ternyata memang kita harus memperbaiki diri dari dalam juga. Dan aku juga menyadari bahwa emang aku tuh bukan orang baik. Dari awal aku tahu bahwa orang ini terlalu baik dan harusnya dari awal aku nggak pernah mencoba untuk naksir dia.

Since the beginning I thought that I don't deserve him. He's just too nice. He's indeed a good person.

Aku tuh pengen sama orang baik tapi akunya sendiri gak baik ya emang gak dikasih. And it's a fact. Mungkin hal-hal inilah yang bikin aku makin sedih dan galau. Bukan cuma penolakannya aja yang sebetulnya sederhana aja: alasannya ya dia nggak suka aku balik. Tapi proses aku menyadari bahwa aku nggak sebaik yang aku kira. Proses menyadari bahwa ternyata aku tuh masih kurang banyak meskipun aku sudah merasa cukup dan selesai dengan diri sendiri. Proses menyadari bahwa ya emang aku tuh harus upgrade diriku sendiri, terutama di sisi kemanusiaan. Because I've always known that I am lack of care and empathy. Ya kalau aku nggak bisa berempati, gimana aku bisa menyayangi orang kan? Though I have to admit that I have loved myself.

Selesai sama diri sendiri aja nggak cukup, perlu perbaikan juga. Perlu menerima juga bahwa ya memang nggak semua orang yang kita inginkan atau butuhkan akan membutuhkan kita balik. Aku paham kok kalau hal-hal menyakitkan ini akan sembuh seiring waktu. Hanya saja aku memang butuh waktu yang cukup lama untuk sembuh dari itu, dari patah hati.

Cuma, boleh nggak sih aku berharap ada keajaiban? Boleh nggak sih aku berharap akan ada kesempatan terbuka? Boleh nggak sih aku berdoa biar orang ini jadi yang terakhir aja? Aku udah lelah menghadapi patah hati-patah hati lain di masa depan. Kayaknya orang ini tuh memang yang aku butuhkan dalam hidup. Atau emang ini jawaban kalau ya ternyata ada yang lain yang lebih baik dari orang ini? Ya Tuhan, orang ini tuh udah yang paling tepat dan paling baik yang pernah kutemui sejauh ini. Sedih banget ketika harus ikhlas dan menerima kenyataan bahwa dia nggak suka aku balik.

Comments