#LangkahKecilHariIni Pergi ke Singapura bersama Jenius

Salah dua keberuntungan terbesar tahun ini adalah menang lomba blog Jenius Connect #LangkahKecilHariIni sekaligus memenangkan kompetisi mereka di twitter. Untuk lomba blog sendiri aku menang berkat postingan tips nabung biar bisa jalan-jalan ke Korea Selatan pakai Jenius. Sementara kisah pengalaman pergi ke Koreanya juga sudah ada di blog ini dan bisa ditemukan di label "Korea". Kemenangan lomba blog itu membuatku jadi di-featured di website CoCreate Jenius dan berhak atas hadiah sebesar Rp 1 juta. Sementara kemenanganku di twitter dengan bikin thread microblogging terkait tips jalan-jalan ke Korea berhasil membawaku jadi salah satu peserta untuk jalan-jalan di Singapura bersama Jenius Connect #terimakasihJenius.

Tahun ini sendiri, aku sudah sempat ke Singapura bersama orang kantor. Itupun kami berangkat di sekitar awal Agustus. Itinerary di perjalanan bersama orang kantor itu kami hanya menginap satu hari dan menghabiskan waktu untuk main di Universal Studio Singapore. Setelah perjalanan itu, aku harus pergi ke Korea yang memang kusetting sebagai self-reward. Sebetulnya ngga self-reward juga tapi sudah jadi bucket list. Hanya saja memang aku ingin pergi di bulan Agustus, yang pertama karena pas musim panas sehingga memberikanku waktu eksplorasi lebih lama. Dan yang kedua karena aku berulangtahun di bulan Agustus. Intinya di bulan Agustus aku ingin membahagiakan diri sendiri aja. Eh, nggak tahunya bulan Agustus - September kemarin jadi bulan-bulan terpadat karena aku memenangkan hadiah jalan-jalan ke Singapura bersama Jenius juga. Dan singkat cerita, dari awal Agustus hingga pertengahan September aku sudah ke Singapura 3 kali.

Itupun sebetulnya aku hampir tidak beruntung karena ternyata schedule awal perjalanan bersama Jenius ini dilakukan di minggu pertama September, yang mana aku masih ada di Korea Selatan. Namun semesta mendukung dan yang namanya rezeki ngga kemana, jadwal keberangkatan ke Singapura malah diundur di minggu kedua September sehingga aku tetap bisa ikut jalan-jalan ke Singapura bareng Jenius. Waktu itu rasanya sudah pasrah dan agak sedih karena dekat-dekat hari keberangkatan Jenius melalui akun instagram mereka sudah membagikan itinerary selama di Singapura. Waktu melihat itinerary tersebut, aku merasa sangat excited karena itinerarynya seru dan nggak biasa. Yah walaupun itinerary hari pertama sudah pernah aku lakukan semua ketika aku pertama kali pergi ke Singapura.

Pergi ke Singapura bareng Jenius was definitely one of my most memorable moment this year. Nggak cuma pergi jalan-jalan gratisnya, di perjalanan ini aku bertemu dengan orang-orang yang lagi-lagi memang meant to come in my life. Ditambah lagi makanan yang aku makan selama perjalanan enak-enak and I got to experience the most wholesome life experience in my whole life. Ya maklum, biasanya memang travelling ala budget jadi nggak bisa merasakan yang namanya travelling at ease. Harus full on-guard dan harus disiplin sama diri sendiri.

Perks #1 Feels Like a Diva

Salah satu hal yang bikin aku culture shock dan nggak pernah aku alami waktu travelling bersama Jenius adalah: melewati border imigrasi di bandara Soekarno Hatta tanpa harus antre! I've never feel like an idol (diva) in my whole life and that was the first. It feels so good to pass through the border and skipping the exhausting long queue. Sungguh sangat berbeda dengan pengalamanku ke Korea Selatan satu minggu sebelumnya yang mana aku harus bersabar antre melewati border imigrasi di bandara Soekarno Hatta.

Di hari jadwal keberangkatan, pihak Jenius meminta kami si peserta jalan-jalan untuk datang ke bandara jam 4 pagi. Peserta jalan-jalan saat itu adalah empat pemenang, dua dari twitter dan dua dari instagram. Ditambah dengan kakak-kakak Jenius yaitu Kak Buchi, Kak Odi, dan Kak David. Ada juga kakak-kakak media yang berjumlah tiga orang serta satu orang travel buddy dari Whatravel Kak Nugie. Peserta pertama yang datang adalah Kak Mia si pemenang dari Bandung dan juga Kak Nugie si travel buddy. Aku adalah orang yang datang ke-tiga. Begitu bertemu dengan Kak Nugie, beliau langsung minta pasporku dan memberikan sejumlah merch termasuk luggage tag dari Jenius. Awalnya aku berpikir bahwa kami akan masuk border satu per satu seperti yang biasa aku lakukan. Tapi begitu semua peserta sudah datang, Kak Nugie mengumpulkan paspor kami dan bilang kalau kami nggak perlu antre di border. Kebetulan banget, kami berangkat bareng rombongan umroh yang super buanyak. Awalnya aku udah kebayang kalau harus bersabar antre but I've never thought it was that easy.

Nggak ngerti gimana caranya, pokoknya hari itu kami nggak harus antre bareng rombongan umroh dan langsung pass through imigrasi aja. Udah kayak seleb Korea atau VIP banget deh. Sebagai orang yang gak pernah dapet treatment istimewa, hal itu merupakan hal kecil yang berharga selama hidupku ini.

Nggak cuma itu, feels like a diva ini juga kurasakan karena aku nggak perlu repot-repot naik publik transport soalnya selama di Singapura 4 hari 3 malam kami naik mobil van. Kalau travelling budget kan benar-benar harus naik publik transport dan banyak jalan kaki ya. Yah walaupun memang minusnya adalah jumlah stepsku jadi berkurang banyak kalau dibandingkan dengan travelling-travelling sebelumnya. Ada salah satu hari dimana kami full naik publik transportasi karena memang memanfaatkan fitur contactless Jenius. Hanya saja karena kami perginya rombongan, memang hal tersebut ngga terlalu efektif untuk mobilisasi. Oh anyway, seperti yang sudah aku jelaskan di banyak post sebelum ini kartu debit (dan juga kartu kredit) Jenius adalah visa contactless paywave international. Jadi pasti bisa dipakai untuk naik public transport dimanapun selama mereka accept contactless paywave visa/mastercard.

Perks #2 Everything is Free

Sejujurnya aku belum pernah menang hadiah jalan-jalan seperti ini dan ini baru kali pertama. Tapi Jenius sungguh royal dan meng-arrange perjalanan ini dengan sangat rapi dan nyaman. Bagian terbaiknya adalah semua gratis! Bahkan kami pemenang juga dapat uang saku. Padahal urusan perut dan tidur juga sudah ditanggung Jenius. This is when I feel beyond blessed! Kayak kapan lagi Ya Allah bisa jalan-jalan super gratis kayak gini setelah aku harus mengeluarkan duit banyak kalau mau jalan-jalan?

Dimulai dari pas kami menunggu boarding, semua orang digiring untuk sarapan di Djournal Coffee di bandara. Karena nggak lapar-lapar banget aku pesan minuman saja. Yang penting ada gula untuk mengisi energi di pagi hari. Itu semua gratis dan sudah dibayar oleh Jenius. Padahal aku sudah siap dompet juga kalau misal harus bayar sendiri-sendiri. Tiket pesawat juga gratis, waktu itu kami terbang naik Air Asia jam 6 pagi. Usut punya usut salah satu peserta perjalanan yang kebetulan berasal dari kota yang sama kayak aku, Malang, juga sudah punya banyak pengalaman menang hadiah jalan-jalan begini. Compared to others who gave her travelling experience, she said that Jenius is super cool and super organised in everything. Cath, si peserta ini cerita kalau hadiah yang dia menangin pas jalan-jalan di Hongkong dulu cukup nggak jelas dan nggak ada travel buddy dari pemberi hadiah lomba. Jadi peserta dilepas begitu aja dan pengalamannya cukup chaotic waktu itu.

While everything was taken care so meticulously by Jenius Connect. Kudos deh buat kakak kakak Jenius soal ini.

Perks #3 Got to Eat a lot of Delicious Food!

Duck Breast and Chicken Breast El Fuego

Seperti yang sudah sempat aku sebut di awal-awal postingan ini, I got to eat a lot of delicious food thanks to Jenius! Sebagai orang yang suka makan tentu saja yang dibahas paling utama adalah makanan dan aku nggak akan segan bilang kalau makanan itu worth to praise.

Begitu landing di Singapura, kami diberikan waktu untuk foto-foto di Jewel. Dan kebetulan temanku ada yang nitip plushie Eeve di Pokemon Center Changi, jadi aku sempatkan untuk pergi ke Pokemon Center dulu. Lagipula aku sudah pernah foto di Jewel jadi memang nggak terlalu ingin menghabiskan waktu buat foto-foto Jewelnya. Pun kalau aku ketinggalan foto-foto, I can always come back to Singapore meskipun harus disadari sekarang tiket ke Singapore mihil ya sudah berbeda dengan zaman sebelum pandemi.

Setelah cukup puas foto-foto dan bikin konten di Jewel, kami digiring untuk makan siang di sebuah restoran fancy di dekat Jewel juga El Fuego namanya. Untuk menunya sendiri sudah ditanyakan sejak kami masih di Indonesia beberapa hari sebelum keberangkatan. Nah inilah yang kumaksud betapa organised-nya perjalanan bareng Jenius. Kami udah ditanya menu yang diinginkan bahkan sebelum kami datang ke restoran. Mantap gak tuh?

Di El Fuego yang sejujurnya aku agak shock culture lagi, ternyata ini adalah restoran fancy. Kukira kami akan makan siang di restoran biasa aja. Ternyata kami disuguhi fine dining untuk lunch. Menarik dan cukup bikin aku agak caught off guard. Hari itu aku pesan tuna tataki karena aku simply suka tuna. Untuk main course aku pesan chicken breast karena aku nggak suka bebek dan lagi nggak pengen makan ikan. Tapi surprisingly pas Cath menawarkan aku untuk mencoba bebeknya, bebeknya enak banget huhuhuhuhu. Next time kalau ada kesempatan untuk ditraktir di restoran fancy mungkin aku akan pesan bebek.

Makanan selanjutnya yang subhanallah enak juga sampe aku pengen nangis adalah restoran Nasi Ayam alias Chicken Rice Mackenzie Rex. Kami mengunjungi restoran ini setelah puas jalan-jalan di Gardens By The Bay dan juga Singapore Landmark Merlion. Mackenzie Rex ini berada di kawasan Prinsep St. Singapore. Pokoknya dekat banget sama Bugis. On top of that, meskipun restoran ini dipunyai oleh warga Tionghoa dan judulnya adalah oriental restaurant, restoran ini Halal jadi buat kamu-kamu yang concern sama makanan halal nggak perlu khawatir.

Chicken Rice sendiri merupakan comfort food di Singapura. Chicken Rice yang paling terkenal adalah Hawker Chan, yang sampai kemaren aku belum sempat coba. Tapi setelah makan di Mackenzie kayaknya Hawker Chan is no longer matters to me. Ayam Mackenzie ini super crispy kulitnya tapi juicy dagingnya, well-seasoned dan definitely one is never enough. Nasinya juga bukan nasi biasa tapi seperti nasi hainan, itu nasi yang ada aromanya. Aku nggak bisa definisikan nasi aroma itu seperti apa karena kalau dibandingkan dengan nasi uduk rasanya sudah beda juga. Yang jelas nasi aroma ini super gurih dan kayak jodoh aja sama si ayam goreng Mackenzie ini. Kata warlok Singapura, kebetulan si fotografer adalah warlok Mackenzie memang salah satu restoran Chicken Rice halal populer dan terenak di Singapura. Apalagi kalau makan nasi ayamnya pake sambal khas restoran. Udah deh, intinya si bapak yang punya restoran ini pahalanya banyak karena bikin orang bahagia abis makan di tempat dia.

Mackenzie Rex Chicken Rice

Makanan selanjutnya yang enak banget dan harus banget diketahui oleh dunia adalah 3 Meals a Day. Nah kalau yang ini aku beli sendiri tapi karena dikasih uang saku sama Jenius ya hitungannya tetap dibayarin sama Jenius lah ya.

3 Meals a Day ini ada di sebuah mal yang kalau di Malang tuh mirip sama Dieng Plaza, kalau di Jakarta mirip sama ITC Mangga Dua. Isi malnya jualan elektronik dan komputer. Tempatnya pun sebetulnya agak nyempil jadi agak susah dicari di Google Maps. Restorannya kecil, usaha keluarga gitu. Yang dijual adalah Chicken Rice tapi Salted Egg dan Butter Rice. Yang perlu jadi catatan teman-teman pembaca blogku yang budiman, restoran ini non-halal. Selain menyediakan chicken, mereka juga jualan pork. Jadi kalau kalian mempertimbangkan banget soal halal dan non-halal ini, aku nggak merekomendasikan kalian untuk berkunjung.

Berbeda kisah dengan aku yang oke-oke saja selama aku nggak makan babinya. Dan judul utamanya adalah Salted Egg yang mana aku suka banget, jadi aku tetap berkunjung ke tempat ini dan makan. Hari itu aku beli Salted Egg Chicken Rice dengan Teh Tarik biasa. Selama ini kukira salted terenak jatuh pada Sec Bowl. Ternyata di atas Sec Bowl masih ada makanan yang lebih enak T.T

Eatlah is nothing comparable to 3 Meals a Day pokoknya.

Saus salted eggnya tuh creamy banget, lebih creamy dari salted egg Sec Bowl. Porsi ayam gorengnya juga sebetulnya lebih sedikit dari Sec Bowl tapi mereka nggak overcooked. Ayamnya digoreng dengan pas dengan tepung yang pas pula. Kalau Sec Bowl kan gorengnya terlalu cokelat gitu ya. Kalau 3 Meals a Day ini betulan golden gitu. Sumpah deh saus Salted Egg 3 Meals a Day ini nggak ada tandingannya sejauh ini. Ditambah lagi Aunty penjualnya sungguh baik hati banget, beliau care dan nanya feedback dari pembeli bahkan mencegahku untuk terjebak dalam kubangan makanan non-halal. Mana Auntynya mau juga diajak foto. Pokoknya makan di 3 Meals a Day ini selain makanannya super enak, servicenya juga top notch. Nggak heran kalau warlok juga suka makan di sini. Restorannya rame banget meski kecil.

Salted Egg Chicken Rice 3 Meals a Day

Lalu ada juga makanan yang sempat ke-skip. Makanan ini dimakan di hari kedua, pokoknya sebelum hari ke 3 Meals a Day yaitu Lixin Fish Ball di Food Opera ION Mall Orchard. Lixin Fish Ball ini juga sudah pernah di-review oleh Ria SW di salah satu vlognya tapi aku malah tahunya dari sesama peserta jalan-jalan Jenius ini. Yang baru aku tahu juga di perjalanan ini adalah bahwa kalau kita mau indent meja di food court, all we need to do is just leaving our tumblr or tissue pack. Udah dengan demikian nggak akan ada yang ambil meja kamu kecuali turis-turis Indo yang nggak ngerti customs ini. Pengetahuan kecil yang keliatannya nggak penting tapi penting ini aku dapatkan dari Cath. Selama dua kali ke Singapura nggak pernah ada yang bilangin aku hal sepenting ini loh.

Anyway, pas melihat menu di Lixinnya justru aku malah tertarik dengan yang non Fish Ball. Tapi pas pesan, auntynya lagi-lagi baik karena mengingatkanku bahwa aku cuma bisa makan yang Fish Ball. Sebab menu selain Fish Ball adalah menu non-halal. Sekali lagi aku juga remind sama teman-teman yang concern sama makanan halal, Lixin bukan pilihan yang tepat. Saat itu akhirnya aku tetap pesan Fish Ball dengan mie goreng pedas. Dan wow~ beneran enak! Lixin bukan makanan yang bikin aku bahagia sampe nangis kayak 3 Meals a Day atau Mackenzie sih, tapi tetap aja mie goreng pedas Lixin ini langsung melesat jadi comfort food aku kalau misal aku pergi ke Singapura lagi. Biar pilihan makanan nggak cuma Nando's atau Shake Shack aja.

Mie pedasnya Lixin ini nggak seperti mie setan atau gacoan, pedasnya pun ternyata nggak sepedas yang kuharapkan. Dia lebih berasa seperti mie yang diberi minyak cabai dan sambal, rasanya gurih, asem, pedas, dengan sedikit manis. Pokoknya semua cocok dan jadi umami dalam satu suapan. Untuk Fish Ballnya sendiri sebetulnya nggak seistimewa itu. Rasanya ya kayak bakso ikan biasa, supnya gurih dan menyegarkan. Terus Fish Ball-nya itu lembut banget, rasa ikannya nggak nyegrak kayak pempek gitu. Lebih light lah. Makanya dia cocok kalau dimakan dengan mie goreng pedas. Recommended buat yang nggak terlalu mempertimbangkan halal food yah.

Lixin Fish Ball

Another non-halal food enak yang kumakan di Singapura: Tiong Bahru Bakery. Nah kalau yang ini juga jadi salah satu destinasi dari perjalanan bersama Jenius ini. Kalau dipikir-pikir, sampai sekarang pun aku menyesal karena batal beli Kouign Amann-nya Tiong Bahru Bakery. Dan masih kesal karena Auntynya salah denger pesanan aku.

Tiong Bahru Bakery yang kami kunjungi di perjalanan ini adalah originalnya yaitu yang terletak di sekitaran pasar Tiong Bahru. Kami berangkat pagi menuju ke sini di hari ketiga dan berangkat pakai publik transportasi. Perlu diingat bahwa sepanjang perjalanan di Singapura ini kami pakai travel jadi basically hidup lebih mudah karena kemana-mana kami naik mobil, bukan naik publik transportasi. Inilah yang kubilang live like a diva karena nggak travelling budget lagi, gratis pula!

Kami sampai di Tiong Bahru Bakery sekitar jam 9-10 siang dan itu sudah rame banget. Memang gak kaleng-kaleng itinerary perjalanan ke Singapura bersama Jenius ini. Tiong Bahru ini populer di kalangan warga lokal karena memang sudah berdiri selama beberapa dekade dan sudah mengembangkan bisnisnya di berbagai daerah di Singapura. Bahkan mereka juga punya cabang di Orchard. Makanya aku menyesal nggak menyempatkan diri untuk beli Kouign Amann-nya sebelum pulang ke Indonesia padahal tinggal jalan aja di Orchard. Di hari itu, aku pesan (suppose to be) Kouign Amann tapi malah disalahartikan sebagai Croissant. Aku juga pesan pastry dengan isian scrambled egg dan salmon. Aku nggak complain sih, Croissantnya enak jadi kesalahan si aunty dimaafkan. Pastry berisi scrambled egg dan salmon juga super enak banget. Tapi Kouign Amann-nya ya Allah bikin susah move on. Ketika balik ke Jakarta, aku merasa ada lubang besar di hatiku karena nggak ada Kouign Amann yang rasanya menandingi Kouign Amann Tiong Bahru Bakery. Rasanya tuh manis, gurih, crispy, buttery, enak banget pokoknya ya Allah susah dideskripsikan pakai kata-kata saking enaknya. Aku pernah coba Kouign Amann di Jakarta tapi not even close, sungguh jauh banget. Kouign Amann di Jakarta alot. Sementara Kouign Amann Tiong Bahru Bakery rasanya kayak meleleh di mulut. Duh!

Catatan selain Kouign Amann mereka yang super enak adalah Tiong Bahru Bakery ini nggak terlalu affordable alias harganya cukup mahal. Ya memang ada harga ada rupa sih. Lalu juga Bakery ini non-halal. Jadi, lagi-lagi temanku yang budiman kalau kalian concern sama halal food aku ngga rekomendasi kalian datang ke sini. Kecuali kalian oke-oke saja dan tetap memilih untuk makan makanan yang halal-halal aja.


Kouign Amann, bentuknya kayak Cinnamon Roll tapi lebih crispy dan less sticky

Mungkin terakhir dari catatan makanan enak yang kumakan di Singapore bersama Jenius (meskipun kalau diterusin list-nya masih panjang) adalah minuman yaitu Mr. Coconut. Mr. Coconut ini merupakan rekomendasi dari kak Jess (@thegirlwhobites) dan semua rekomendasi Kak Jess nggak pernah gagal. Kak Jess ini kayaknya adalah kamus makanan berjalan yang mana dia sering travelling dan makan di tempat-tempat yang enak. Pun nanti kalau aku ke Jepang (bismillah manifesting!) kayaknya aku akan minta list rekomendasi tempat makan dari Kak Jess. Apalagi cara Kak Jess mendeskripsikan makanan enak tuh, tepat sasaran! Mr. Coconut ini contohnya.

Sebagai orang yang gak terlalu suka kelapa dan turunannnya, Mr. Coconut mengubahku jadi orang yang suka kelapa. Kayaknya memang Mr. Coconut ini pengecualian deh. Aku tuh nggak pernah suka banget sama es degan pun nggak terlalu suka makan biskuit yang ada rasa kelapanya. Makanan berbahan kelapa yang paling aku suka sepertinya adalah klepon. Selain klepon kayaknya aku nggak akan melirik makanan tersebut. Pas direkomendasikan Mr. Coconut kok aku jadi penasaran dan awalnya nggak punya ekspektasi tinggi. Di benakku yang namanya minuman kelapa ya rasanya begitu-begitu aja. Bulir kelapanya juga ya gitu-gitu aja.

Tapi Mr. Coconut mengubah semua ekspektasi sederhana itu. Mr. Coconut ini merupakan blended milk drink, kayak slushie berbahan dasar kelapa. Yang bikin aku suka adalah perpaduan antara rasa kelapa dan creamynya itu pas. Nggak manis banget sampe bikin giung tapi juga ngga rasa kelapa doang. Nah loh bingung ga? Intinya minuman ini tuh perfectly balanced, enak banget! Sumpah! Mr. Coconut adalah minuman kelapa terenak yang pernah aku rasakan selama hidupku. Ice blendnya juga nggak yang kebanyakan es gitu, dia nggak cair dan nggak solid tapi esnya masih bisa disedot sampai tetes terakhir. Bulir kelapanya juga ngga kaleng-kaleng, bulirnya lembut nggak seperti degan yang dikerok. Intinya kamu masih akan bisa mengunyah rasa kelapa dari bulir-bulir kelapa lembut itu dan merasakan ke-creamy-an minumannya. Pokoknya kamu harus coba Mr. Coconut dan buktikan sendiri apakah Mr. Coconut bisa mengubahmu jadi orang baru atau ngga LOL.

Perks #4 Incomparable Experience

Speaking of travelling, nggak afdol juga kalau gak ngomongin pengalaman ya. Kebetulan perjalanan bersama Jenius itu menyajikan itinerary yang gak biasa. Memang ada sih tempat-tempat yang sudah aku kunjungi sebelumnya kayak Merlion (udah 3 kali ke sana) dan Art Science Museum. Tapi aku belum pernah ke Gardens By The Bay, Museum of Singapore, bikin parfum di Ooh La La Lab, ke Tiong Bahru bahkan ke Intan Peranakan Museum. Ternyata Singapura tuh offer a lot of things loh, nggak cuma belanja-belanji aja.

Tujuan pertama adalah Cloud Forest Gardens by The Bay. Sebelumnya aku cuma jalan-jalan gratis aja, nggak masuk ke Gardens by The Bay. Jadi cuma foto-foto di Tree Walk dan abis itu jalan-jalan ke tempat lain. Pas perjalanan bersama Jenius kemarin, I got all the time in the world to explore Gardens by The Bay ya karena semua sudah ditanggung oleh Jenius, jadi tinggal bawa badan dan enjoy the sights aja. Gardens by The Bay ini tak ubahnya adalah rumah kaca raksasa. Dia merupakan taman di dalam ruangan yang luas banget. Hampir kayak Sky Gardennya London versi lebih gede atau Temperate Housenya Kew Gardens versi lebih gede juga. Bahkan aku sempet bikin video cover SNSD Forever One sama Cath di dalam Gardens by The Bay ini. Sungguh gak tau malu ya Agista, kelakuan.

Setelah puas jalan-jalan di dalam taman indoor ini kami lanjut ke Cloud Forest yang mana katanya ada air terjun buatan manusia tertinggi di dunia, 30 meter ceunah. Jujur daripada di Gardens-nya aku lebih enjoy di Cloud Forest. Mungkin karena tumbuhannya lebih hijau? Atau mungkin karena interiornya lebih cakep aja untuk difoto. Intinya aku suka dan having so much pleasure inside. Sebelum akhirnya kami bertolak ke destinasi selanjutnya.


Hari selanjutnya, kami pergi bikin parfum di Ooh La La Lab dan Museum of Singapore. Jujur hari itu adalah hari yang paling aku tunggu-tunggu, satu aku adalah anak museum dan suka banget sama museum, dua BIKIN PARFUM! Workshop experience ini adalah hal yang paling aku sukai. Sayangnya kalau jalan-jalan sendiri workshop semacam ini nggak akan aku lakukan karena keterbatasan dana.

Workshop bikin parfum ini jujur left so much happiness in me. Kayak pada akhirnya aku merasakan kalau bikin parfum itu bukan pekerjaan mudah, makanya ngga heran kalau parfum itu mahal. Karena emang butuh skill, bakat, dan ketelatenan. Pun kalau misalnya ada kesempatan lain untuk workshop parfum di tempat lain aku nggak bakal nolak. Karena bikin parfum ini juga jadi membuat aku yang selama ini pegang hape dan memiliki too much screen time akhirnya punya kegiatan lainnya selain main sosmed.

Pertama, kami diminta untuk mengidentifikasi 27 bau yang bakal jadi base notes-middle notes-dan top notes. Base notes adalah bau yang tercium di akhir, evaporasi bau ini yang paling lama dan paling awet jadi dia memang baru muncul di akhir. Middle notes merupakan bau yang tercium setelah top notes ter-evaporasi. Terakhir top notes adalah bau yang kita cium pertama kali dari parfum dan terevaporasi paling cepat. Karena bau-bau ini memang asalnya dari alkohol, jujur di hari itu aku agak pusing dan hampir kehilangan skill penciuman karena harus mencium 27 bau. It's worth noting dalam proses penciuman bau ini, kita diperbolehkan istirahat dan mencium bau kopi untuk menetralisir indera penciuman ini. Pada saat itu, aku nggak berhasil mengidentifikasi 27 bau karena banyak banget. Tapi berhasil mengira-ngira bau parfum seperti apa yang aku mau.

Intinya parfum yang aku mau itu baunya harus ada vanillanya, karena selama ini aku memiliki kecenderungan untuk beli parfum yang berbau manis dan ada vanillanya. Selanjutnya aku tuh suka bau parfum cowok jadi sudah jelas aku memilih bau yang maskulin jadi aku masukkan unsur musk. Selebihnya untuk menetralisir agar nggak terlalu cowok dan jadi penengah antara manis dan maskulin, aku masukkan unsur flower untuk memperlembut baunya. Aku juga suka bau parfum yang powdery, makanya aku suka banget sama Joe Malone Myrh and Tonka dan juga YSL Black Opium. Oleh sebab itu aku juga memilih bau yang powdery.

Sayangnya dalam proses meramu bau ini ternyata nggak semudah yang aku pikirkan. Setelah mengidentifikasi 27 bau itu, kita diharapkan untuk mensimulasikan notes apa aja yang ingin kita ambil. Dengan berbagai macam preferensi di paragraf sebelumnya, ternyata aku nggak menemukan bau yang aku inginkan. Akhirnya ada banyak sekali trial dan error, lalu ujung-ujungnya aku menyerah dan mencampur saja semua baunya dalam sample 1 ml. Di sampel 1 ml ini kita teteskan satu-satu bau yang diinginkan lalu dikocok-kocok. Dari dua botol sample, aku masih tetap belum menemukan bau yang aku mau makanya mukaku tegang dan tense banget kayak abis ujian. Dan aku merasa bau yang aku campur ternyata chaotic.

Meskipun chaotic, akhirnya aku tetap menggunakan formula tersebut untuk meramu parfum 20 ml. Kayak "Ya udah lah, fuck it!" Karena merasa hasil campuranku nggak sesuai yang aku mau, akupun menamai parfum buatanku sebagai Chaotic Frantic. Karena sungguh chaotic baunya nggak jelas. Begitu parfum selesai dibungkus dan aku bawa pulang ke Jakarta, berhari-hari setelah baru aku baui. Oh ternyata not bad juga sih. Not close to the smell I've expected to be but still okay. Dan setelah beberapa hari itulah baru aku merasa bangga aku sudah bikin parfum yang sesuai dengan personality-ku yaitu Chaotic.


Pengalaman selanjutnya adalah Museum-an di Museum of Singapore. Sebagai penyuka sejarah dan punya rasa keingintahuan yang tinggi. Museum is my sanctuary. Dan yang bikin aku amazed pas berkunjung ke Museum of Singapore ini adalah fakta bahwa Singaporean ini benar-benar mengimplementasikan "Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya." Yah meskipun sejarah ditulis oleh sang pemenang sih hahaha.

Intinya dibandingkan dengan Museum Indonesia, story telling Museum di luar negeri itu memang bagus. Bahkan negara sekecil Singapura, yang mana dari segi sejarah kalau mau dibandingkan dengan Indonesia lebih banyak sejarah Indonesia, bisa mengemas sejarah itu dalam story telling yang bagus. Nggak kebayang deh kalau para kurator Museum atau lembaga yang bertanggung jawab sama Museum di Indonesia punya skill story telling sebagus ini. Museum Nasional itu bagus tapi nggak punya daya tarik story telling, jatuhnya hanya sebagai ekshibisi tanpa ada value added setelah datang ke sana. Sementara Museum of Singapore, Victoria Albert punya kekuatan story telling ini. Salah satu section yang paling bikin aku terhenyak adalah Section sejarah pendudukan Jepang di Singapura. 

Indonesia dan Singapura sama-sama diduduki oleh Jepang di tahun 1945, pas Perang Dunia ke-2 tapi esensi dampak perang dan kengeriannya justru lebih terasa berkat story telling Museum of Singapore daripada yang aku baca di buku IPS. I think that's how a Museum should be, a reminder that we don't want to repeat the same terrible mistake.

Yang terakhir dan yang cukup ngena juga di perjalanan Singapura bersama Jenius ini adalah kunjungan ke The Intan Peranakan Museum. The Intan Peranakan Museum ini merupakan museum terkecil di Singapura, didirikan oleh Alvin Yapp. What I would appreciate from this visit is: Alvin Yapp is such a great story teller! Sama seperti guide kita saat itu Aida, she's also a great story teller. Banyak banget trivia-trivia kecil soal Singapura yang aku baru ngeh dan apresiasi sepanjang perjalanan bersama Jenius. Things that won't ever happened if I stroll around Singapore by myself with my budget experience hahaha. 

The Intan Peranakan Museum ini sebetulnya berasal dari keinginan Alvin Yapp untuk mengenali identitasnya sendiri sebagai peranakan. Peranakan ternyata bukan sekedar istilah, peranakan ini berarti persilangan antara ras Tionghoa dengan Melayu. Berbeda dengan kultur di Indonesia, Peranakan di luar Indonesia (tapi masih di lingkup Asia Tenggara) justru lebih di-embrace, khususnya di Singapura. Warga peranakan yang merupakan campuran Asia Timur dan Melayu ini berbangga diri sebagai hasil peranakan. Peranakan juga dapat berarti strata sosial yang lebih tinggi di Singapura berdasarkan sejarahnya. Karena ras Tionghoa yang menetap di Singapura kala itu dikenal sebagai saudagar yang sukses.

Berdasarkan cerita Alvin Yapp itu aku jadi sadar bahwa memang untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik, harusnya ada perkawinan silang. Seperti paham yang selama ini aku dapatkan dari sekolah di Inggris, the more diverse the more we advanced towards better future. Intinya kita tuh nggak boleh terlalu chauvinis atau menganggap ras/suku kita yang terbaik. Justru yang terbaik itu kalau kita keluar dari zona nyaman kita, stepping up from our bubble, ketemu lebih banyak orang dari berbagai latar belakang dan suku budaya. Karena dengan demikian kita bisa memperkaya warisan kita karena asimilasi budaya tersebut. Peranakan ini contohnya.

Alvin Yapp menjelaskan ada influence dari Asia Timur dengan budaya melayu dalam setiap karyanya yaitu dalam bentuk furniture, pakaian, makanan, dan lain sebagainya. Sembari bercanda juga bahkan Alvin  Yapp menjelaskan kalau Peranakan itu observe, copy, modify tapi make it advanced. Konsep museum The Intan Peranakan sendiri juga nggak seperti Museum of Singapore. Jatuhnya seperti kita bertamu saja ke rumah orang, hospitalitynya sungguh 100! You'll feel easily at home. The Intan berasa seperti rumah yang nyaman. And that was one of the best experience in this travelling journey. So if you're looking for stories, eye opening experience I would recommend you to go to The Intan Peranakan Museum.

Perks #5 Meeting Wholesome People!

Another thing that made me feel beyond blessed is how the universe let me meet with bunch of wholesome people in this journey!

Dalam perjalanan itu, memang nggak cuma tempatnya atau makanannya aja yang berkesan, dengan siapa kita menghabiskan waktu itu juga jadi salah satu faktor sebuah perjalanan jadi susah dilupakan. Selain Kak Jess dengan pengetahuannya soal kuliner yang tiada tanding, ada Cath yang begitu ketemu dia ternyata aku merasa seperti ketemu teman lama. Padahal common ground kami awalnya cuma karena sama-sama berasal dari Malang. Eh di hari pertama ternyata kemudian obrolan dan frekuensi kami nyambung banget karena kami sama-sama suka Kpop dan sama-sama waibu freak.

Pas di Jewel, yang nemenin aku pergi ke Pokemon Center juga Cath. Pas ada waktu bebas pertama juga jalan-jalan nyari Mr. Coconut malem-malem sama Cath. Ditambah lagi Cath ini juga tipe orang yang doyan travelling. Kurang lebih obrolan kami lebih banyak nyambungnya daripada nggak nyambungnya. Ada suatu hari dimana aku merasa jadi kayak teman lama banget dengan Cath karena kami udah mulai ngobrol ke hal-hal yang sifatnya lebih kayak temen deket padahal kami baru kenal 1-2 hari. Ceritanya waktu itu ada waktu bebas dan kami memutuskan untuk jalan-jalan ke Clarke Quay. Awalnya cuma ingin duduk di samping sungai sama minum apa kek gitu. Eh ternyata waktu itu Singapura agak gerimis, jadi kami melipir ke kedai matcha di Clarke Quay. Entah gimana ceritanya, saking immersed-nya kami cerita, terutama Cath karena dia punya banyak banget cerita menarik di hidupnya, akhirnya tibalah dia nyeletuk katanya dia bisa baca garis tangan. 

I felt intrigued, so I decided to go with it. Di hari itu aku merasa Cath ini benar-benar sakti karena dia bisa menceritakan apa yang dia lihat (garis tanganku) sesuai dengan apa yang terjadi di dalam hidupku. I swear, I've never really told her anything beforehand. Di situ aku merasa dilucuti. Di situ aku merasa kayak ini tuh beneran nggak sih? Apa aku terlalu oversharing di sosmed? Tapi bahkan saat itu kita belum benar-benar mutualan di sosial media dan siapalah aku sampai si Cath harus stalking aku kan? Malam itu cukup menjadi turning point dalam hidupku. Aku jadi yakin kalau memang Tuhan tuh menghadirkan orang yang tepat di dalam hidup kita, aku yakin kalau meskipun aku baru ketemu Cath mungkin emang takdirnya ketemu dia saking aku merasa dekat dan nyaman sama dia meski baru kenal.

Selain Cath, ada Kak Jess yang super humble. Banyak hal yang bisa aku pelajari dari Kak Jess. Dan yang paling penting adalah kesederhanaannya itu. Kayak.. wow Kak Jess yang hidupnya super keren aja humble, gue siapa mau jadi sombong segala? Kak Jess ini nggak pelit berbagi informasi. Dia juga sama seperti Cath yang udah travelling ke banyak tempat, melihat dunia yang lebih luas. Dia bahkan ngasih saran-saran kalau misal aku memang ingin ke Jepang tahun depan. Termasuk kayak pengalaman dia pergi ke Onsen yang untuk booking aja perlu telepon dulu ke Onsennya. Termasuk penggunaan JR Pass dan beberapa tempat makan yang dia rekomendasikan. Mantap kak Jess, semoga aku bisa segera ke Jepang yah!

Dan yang terakhir ada Kak Mia, si fotografer. Aku kebetulan sekamar sama Kak Mia dan aku baru tahu kalau kami punya common ground juga yaitu sama-sama suka sepak bola. Dari Kak Mia aku belajar banyak soal dasar-dasar fotografi. Baru dari Kak Mia aku menyadari bahwa menekuni hobi fotografi ini not bad, itu juga yang jadi salah satu alasan aku mau mencoba hobi kamera analog. Menurut Kak Mia foto-foto yang aku ambil nggak jelek tapi emang sebelumnya nggak ada tekniknya. Aku sempat menghabiskan waktu hampir 3 SKS perkuliahan fotografi berkat Kak Mia. Ternyata there are lots of things that I didn't know before about photography. Meskipun teknik fotografiku masih belum se-perfect Kak Mia, tapi aku mau mencoba menerapkan sebagian ilmu fotografinya ke aku. And I felt beyond blessed to be informed for such knowledge.

Singkatnya over all these things, last Singapore trip with Jenius was one of the best moment in this year. Aku merasa sangat bersyukur udah dapat kesempatan untuk menang trip jalan-jalan bareng Jenius. Sangat bersyukur karena dapat pengalaman yang berharga di dalam hidupku. Memang setiap perjalanan akan selalu ada kisah dan makna. Termasuk perjalanan bareng Jenius ini, sudah gratis, nyaman, dapat banyak kesan pula. This is why I felt so content with my life. At the end of the day, God loves me. Sekali lagi #terimakasihJenius semoga tahun depan bisa ke Jepang gratis sama Jenius lagi yah hahahaha!

Comments