Jung Finally Goes to Korea 2022 (Part 2)

Hari ini sudah hari ke-sekian setelah perjalanan ke Korea dan sepertinya nyawaku belum sepenuhnya ikut kembali ke Indonesia. 

Kalau melihat camera roll alias galeri foto di handphone, rasanya nggak mau cepat-cepat kehilangan ingatan ketika masih jalan-jalan di Seoul. Rasanya nggak mau pulang dari Seoul tapi uangnya gak cukup untuk mensupport aku berlama-lama di sana. Untuk merekam kenangan-kenangan itu sebelum pergi dari otakku, makanya aku harus cepat-cepat menuliskannya di blog.

Postingan part 1 yang lalu sudah cukup panjang tapi cuma cukup untuk mengcover hari pertamaku di Seoul. Masih ada 3 hari setelahnya yang sebenarnya makin hari makin berkurang keseruannya sih dan kalau bisa akan aku habiskan dalam postingan ini. Bagi yang belum baca part 1, kusarankan bagi kalian untuk baca dulu. Terutama untuk mengetahui apa-apa saja yang perlu disiapkan ketika hendak pergi ke Korea nanti karena sudah lengkap ada di situ termasuk pembelian kartu T-Money karena Visa Debit Contactless Jenius nggak bisa digunakan untuk transportasi publik Seoul. Kabar baiknya Visa Debit Contactless Jenius (atau Bank Jago, selama dia masih route paywave international) bisa digunakan untuk pembayaran di merchant-merchant yang punya EDC route paywave international juga. Hanya saja penggunaannya memang nggak contactless, tapi worry not kamu juga nggak perlu masukin PIN kok. Cukup masukin kartunya aja dan tara~ pembayaran beres deh.

Sesuai dengan itinerary yang aku rencanakan di postingan ini, hari kedua adalah hari entertainment industry. Memang buat sebagian orang gak penting, tapi buat penggemar Kpop sepertiku hal ini penting. Jadinya aku memang memutuskan untuk muter-muter Gangnam karena kebetulnya banyak agensi Kpop itu kantornya ada di Gangnam.

Tujuan pertama pagi itu adalah kantor SM Entertainment. Dari hotel sebetulnya jalurnya cukup mudah, tinggal naik Subway dari Jongno yaitu stasiun belakang hotel yang harus lewat Insadong itu lalu ganti di Wangsimni dan turun di Seoul Forest. Kalau aku perhatikan, sepertinya kereta yang aku tumpangi ketika sudah sampai Wangsimni ini berbeda dari Subway yang aku tumpangi sampai ke Wangsimni deh. Seperti ada kereta jurusan khusus gitu, kayak S-Bahn dan U-Bahn di Jerman atau Tube dengan Overground di London. Hanya saja karena aku cuma seminggu di Seoul, nggak sampai jadi warga lokal yang hapal jenis-jenis kereta Subway Seoul.

Tambahan lagi dan ini gak penting juga, karena turun di stasiun Wangsimni untuk ganti peron, aku jadi selalu ingat jokes Jo Jungsuk di Hospital Playlist yang pura-pura jadi announcer kereta saat menghibur temannya si dokter kandungan itu. Ngeselin tapi jadi ingat terus.

Nah begitu sampe Seoul Forest, sebetulnya jalannya udah enak banget. Begitu keluar dari stasiun dan kebetulan aku ambil exit yang agak jauh dari kantor SM, aku melihat di sebuah halte bus ada celebratory ads Jisung NCT Dream gitu. Begitu melihat ads itu aku langsung ngeh, oh oke berarti aku berada di jalur yang benar nih. Karena kalau diperhatikan lagi, Subway ads ini memang nggak ada di semua tempat tapi di tempat-tempat yang dekat dengan kantor agensi atau tempat-tempat yang mungkin akan didatangi oleh idol. Soalnya di sekitar Gangnam tuh aku ngelihat semakin banyak Subway ads idol daripada di stasiun dekat hotel atau dekat touristy places. Di Gangnam sendiri saja, aku melihat Subways ads Jisung, Jaemin, Nayeon, dan beberapa idol yang tidak aku kenali.

Udara hari kedua sangat cerah, langitnya berwarna biru dan udaranya sejuk. Seperti yang sudah aku jelaskan juga di postingan sebelumnya, suhu di Seoul juga 29 derajat celcius tapi gak gerah. Panasnya juga nggak menyengat seperti yang dibilang orang-orang, justru sejuk banget. Bahagia 😳

Sepanjang perjalanan mood-ku bagus, memang mood-ku suka tergantung cuaca sih jadi kalau cerah ya bahagia. Sepanjang perjalanan karena excited dan amazed dengan Gangnam jadi sangat menikmati. Betul ya kata orang-orang kalau Gangnam itu daerah elit karena demikian adanya. Jalannya besar-besar, paling rapi dibandingkan area Seoul lainnya. Zebra crossnya juga besar-besar banget jadi sekali nyeberang itu bisa ratusan steps. Gedung SM Entertainment sendiri sebetulnya agak hidden ya dan nggak terlalu kelihatan SMnya. Di sekitaran Gedung SM itu ada D-World, nggak ada SM-SMnya. Makanya begitu sampai aku sempat kayak kebingungan, ini betulan gedung SM yang baru yang dibangun sama hasil penjualan album EXO itu apa bukan. Sampai aku berkali-kali cek apakah SM sudah pindah lagi ke gedung baru. Ternyata benar kok, sepertinya memang SM ini adalah penyewa terbesar kompleks gedung perkantoran D-World ini makanya logonya ditaruh di puncak gedung. Sementara di sekitar bawahnya disewa oleh D-World.


Mungkin karena aku datang kepagian jadi gedungnya berasa sepi banget atau mungkin karena aku sendiri sudah hesitate untuk masuk karena nggak menemukan tanda-tanda gedung SM, jadinya aku cuma foto-foto di depan gedung. Di sekitaran D-World juga sebetulnya ada semacam exhibition platform gitu yang bisa dikunjungi. Tapi sekali lagi aku nggak bisa mengenali apakah itu memang punya SM atau punya D-World ini? Rencanaku untuk explore SM Store jadi kandas. Padahal sengaja mau ke gedung SM buat ke SM Store dan nyari album-album lama yang udah jarang banget dijual di store biasa.

Setelah puas foto-foto sebentar, aku lanjut ke destinasi selanjutnya yaitu Gangnam Celebrity Center alias Apgujeong Rodeo. Di sepanjang trotoar Apgujeong Rodeo ini, ada boneka-boneka yang dicat sesuai dengan warna grup-grup idol populer gitu. Tapi kebanyakan sih memang dari grup generasi 2 seperti Super Junior, SNSD, 4 Minutes, CN Blue, Miss A, sampai EXO. Sementara grup generasi 3 dan 4 hampir nggak ada, BTS dan BlackPink nggak ada. Antara memang karena pandemi jadi sengaja nggak diupdate atau memang udah nggak musim aja kali ya?

Jadi ya gitulah.. Destinasi kedua ini juga nggak ada experiencenya. Destinasi kedua ini hanyalah memfasilitasi keinginan orang-orang untuk foto. Hanya saja kalau dipikir-pikir boneka-boneka ini udah gak terlalu relevan untuk fans Kpop sekarang karena memang nggak ada idola mereka di situ. Lagipula toko tempat penjualan boneka-boneka ini di pojokan Celebrity Road juga sudah tutup. Setelah puas foto-foto sebentar, sebetulnya aku bisa saja pergi ke gedung JYP dan agensi-agensi kecil lain seperti FNC karena lebih dekat. Tapi saat itu aku malah berpikir untuk nyari barang jastipan temanku dulu di Rapha Seoul.

Rapha Seoul ini adalah toko yang menjual merchandise sepeda. Aku kurang tahu seberapa terkenalnya jenama ini di kalangan pesepeda tapi temanku nitip, jadi ya udah deh sekalian. Waktu aku lihat Citymapper, dia bilang hanya butuh 30 menit jalan kaki untuk ke Rapha Seoul. Jadi aku berpikir okelah kita jalan kaki saja daripada naik bus, sekalian observasi Gangnam. Ternyata eh ternyata Gangnam tuh luas banget. Bahkan temanku aja bilang Gangnam luasnya kayak Rusia. Setelah jalan 20 menit dan merasa nggak nyampe-nyampe ke toko Rapha Seoul ini ditambah lagi harus nyeberang zebra cross yang butuh ratusan langkah itu, akhirnya aku menyerah dan memilih untuk naik bus kurang lebih 3 stop.

Begitu sampai di halte bus dekat gang ((DEKAT GANG)) Rapha Seoul, sebetulnya masih perlu jalan lagi sekitar 350 meter hingga sampai ke tempatnya. Lagi-lagi nggak bohong kalau kontur tanah di Seoul itu memang naik turun karena memang demikian. Untungnya yang perjalanan ke Rapha Seoul ini nggak terlalu naik tajam seperti ke Namsan jadi cincay lah. Waktu aku sampai di Rapha Seoul, lagi-lagi masih kepagian. Ternyata toko ini masih belum buka sehingga aku menghabiskan waktu untuk berputar-putar dekat situ mencari brunch. Usut punya usut, restoran dan toko di Seoul rata-rata buka pukul 10 atau 11 pagi. Jadi waktu aku berkeliling mencari brunch juga nggak nemu cafe yang buka. Ada sih yang sudah buka, yaitu Egg Drop si Jiwa Toast original Korea. Tempatnya betul-betul di seberang jalan Rapha Seoul. Saat itu aku berpikir, "Masa jauh-jauh ke Korea makannya tetep Jiwa Toast?"

Walhasil nggak jadi brunch deh dan stay hingga Rapha Seoul buka.

Begitu Rapha Seoul buka, aku disambut dengan pria Korea yang ramah. Di Korea ini, aku berusaha sebisa mungkin berkomunikasi dengan bahasa Korea. Walaupun setelah mengucapkan apa yang aku inginkan, mereka jawabnya pakai bahasa Korea juga tapi aku balas dengan "Ne?" alias aku nggak ngerti dengan apa yang mereka bilang. Ujung-ujungnya mereka berusaha menimpali dengan bahasa Inggris. Tapi gakpapa lah ya, yang penting sudah effort dulu pakai bahasa Korea.

Di Rapha Seoul, temanku nitip jersey sepeda Signature Seoul. Jersey-nya bagus, harganya juga hehehe. Awalnya dia budget di bawah dua juta rupiah. Tapi sepertinya jersey yang sedang sale saja harganya sudah hampir dua juta rupiah dan dia nggak suka modelnya. Akhirnya dia merogoh kocek hampir 3 juta rupiah untuk jersey sepedanya itu. Memang ya kalau sudah hobi mau berapapun dijabanin. Pelayanan di Rapha Seoul juga bagus. Pramuniaga-nya baik-baik dan sangat membantu meskipun temanku ini agak rewel banyak maunya. Dan untungnya sih ada satu orang kasir yang bisa lancar berbahasa Inggris, jadi everything went well.

Lanjut setelah dari Rapha Seoul lagi-lagi aku kelaparan dan nggak punya ide mau makan apa, akhirnya aku putuskan untuk pergi ke gedung lama JYP karena masih satu jalur. Aku memang sengaja mau ke gedung lamanya dulu sebelum ke gedung baru. Alasan pertama karena histori gedung lama lebih banyak dan memorable daripada gedung baru, alasan kedua karena jaraknya lebih dekat daripada gedung barunya. Gedung lama JYP ini juga masuk ke dalam gang, kurang lebih 200 meter. Tenang saja jalannya lebih datar kok jadi nggak terlalu capek untuk sampe ke lokasi. Hanya saja, karena aku naik bus dan turun di halte seberang jadi harus menyeberang zebra cross Gangnam yang super besar itu. Perlu dicatat juga kalau nyeberang di Seoul harus cepat karena ada batas waktu penyeberangan.

Lokasi gedung lama JYP ini memang cukup strategis, di depannya persis ada Dunkin Donuts. Untuk kali ini, Agista nggak perlu mikir "Masa jauh-jauh ke Korea makannya Dunkin Donuts?" karena ya varian donat di Dunkin Donuts Korea memang berbeda. Berhubung JYP Entertainment sudah pindah, gedungnya bertuliskan "ON LEASE" dan memang nggak banyak yang bisa dilakukan. Karena sudah lapar, ya Agista makan lah di Dunkin Donuts. Awalnya aku berniat untuk makan di kedai tteokboki yang sempat muncul di Hard Carry, itu variety shownya GOT7. Tapi kok di waktu nanggung kayak gitu enaknya makan donat ya? Jadinya aku makan di Dunkin Donuts bersejarah itu. Konon idol group JYP mulai dari 2PM, Miss A, Wonder Girls, GOT7, sampai Twice pernah makan di situ. Ya mungkin DAY6 juga ya karena DAY6 kan debutnya waktu JYP masih berkantor di gedung lama.

Waktu itu aku beli yang salted caramel glazed dan apa gitu satu lagi lupa, sama beli banana chocolate slushies. Makan dua donat dan minum satu slush cukup menambah asupan kalori sebagai penambah semangat jalan-jalan hingga sore bun 👌

Dunkin Donuts Korea ini menyediakan nilai kalori di setiap donatnya, jadi buat kamu yang diet atau calorie-conscious akan sangat terbantu dengan hal ini. Karena kamu akan tahu seberapa banyak yang perlu kamu makan. Varian donatnya pun sebetulnya basic, nggak ada tuh donat cokelat banget kayak yang di Indonesia. Tahu nggak donat cokelat bangetnya Dunkin Indonesia? Yang adonannya cokelat, isiannya cokelat, dan glazingnya cokelat juga. Nah, itu donat favorit aku!

Donatnya Dunkin Korea ini lebih soft dan nggak terlalu padat, malah kopong. Berbeda dengan Dunkin Donuts Indo yang padet banget gitu kan. Lalu manisnya tuh nggak terlalu manis, jadi mungkin para manusia yang gak terlalu suka manis akan cocok-cocok saja dengan donat Dunkin ini. Lalu kebetulan Donat yang aku makan itu karena salted caramel jadi enak banget. Ya Allah aku memang suka makan tapi aku nggak bohong kalau Dunkin Donut Korea memang seenak itu :"

Bahkan waktu pulang, di bandara Incheon aku sempat pesan Dunkin Donuts juga tapi dengan varian yang berbeda: satu donat cokelat pastry jadi teksturnya lebih padat daripada donat kopong itu, donat milky salted glazed ini sumpah enak bangeeettttttt, dan satu lagi lupa pokoknya enak juga huhuhu bahagia. Untuk donat yang di Incheon nggak sempat aku foto karena sudah keburu lapar dan keburu ingin menikmati sedapnya donat.


Setelah mengenyangkan diri, aku menyempatkan diri untuk beli oleh-oleh buat temen-temen ciwi yaitu Skincare. Nah di dekat gedung lama JYP ini ada Olive Young. Olive Young ini sepertinya merupakan toko spesialis make up Korea. Adikku sempat mau nitip tapi karena nggak tahu make up apa yang dia mau dan cocok di dia jadinya nggak aku belikan apa-apa HAHAHAHA.

Lanjut setelah puas jalan-jalan di sekitaran gedung lama JYP, aku mengejar waktu ke Starfield Library. Sembari berharap masih akan ada SM COEX Atrium. Ternyata yang di dalam COEX hanya COEX saja, nggak ada SM Store juga di sana. Walhasil aku cuma pergi ke Starfield library dan tidak membaca buku apapun, cuma numpang ngadem karena panas matahari sudah mulai terik dan aku gerah keringetan kebanyakan jalan. Lalu aku melihat Kakao Friends dan memutuskan untuk membelikan adikku oleh-oleh Kakao Friends saja.

Starfield library ini betul-betul easily accessed, koleksi bukunya yang jelas banyak banget dan rata-rata didominasi oleh buku berbahasa Korea dengan abjad Hangul juga. Orang-orang yang belanja di mall bisa keluar masuk library dengan bebas. Bahkan daripada disebut sebagai library, lebih cocok disebut sebagai toko buku. Karena kesan quiet nggak ada sama sekali di Starfield library ini. Walaupun memang aku sempat melihat meja baca/meja kerja penuh dengan orang-orang yang sepertinya memilih untuk bekerja di Starfield library ini.

Aku berdiam cukup lama di COEX ini karena kaki sebetulnya sudah sakit banget dan butuh duduk. Tapi di hari kedua itu, aku sudah merencanakan untuk pergi ke Mouse and Rabbit juga. Dan masih ada 3 tempat lagi yang seharusnya aku kunjungi setelah itu yaitu: Gedung JYP baru, Mouse Rabbit, dan ditutup ke 1Million Dance Studio.  Maka mau tidak mau, suka tidak suka ya harus jalan untuk mengejar waktu. Kaki sudah minta diistirahatkan tapi agenda tidak bisa diistirahatkan. Dari Starfield, aku langsung mencari tahu caranya untuk pergi ke gedung JYP baru. Ternyata gedung JYP ini berada di daerah ujung Gangnam.

Jadi Rute hari itu memang sudah betul, Rapha Seoul - Gedung JYP lama - COEX Starfield - Gedung JYP baru barulah kembali ke agak tengah untuk Mouse Rabbit dan 1Million Dance Studio.

Ternyata oleh Citymapper, aku disuruh turun di stasiun yang agak jauh dari gedung JYP. Entah memang nggak ada rute bus atau seperti apa. Yang jelas siang itu kakiku sudah sakit banget tapi masih harus jalan lumayan jauh dan panas-panasan ke gedung JYP. Ini kalau bukan karena akunya cinta DAY6 kayaknya nggak akan begini deh hahahaha canda. Rasanya lebih ke "Sayang aja udah sampai sini kok nggak sekalian?"

Ya udah aku paksakan diriku untuk terus berjalan tapi tetap sambil berhenti sejenak dan menikmati pemandangan Gangnam. Begitu sampai di gedung JYP, aku sudah berniat untuk nggak perlu lagi ke Mouse Rabbit karena tempat tersebut adalah kafe, bukan tempat makan. Jadi Mouse Rabbit ini memang cafe milik Yesung yang direkomendasikan temanku karena konon katanya makanan dan minumannya enak, tapi bentuknya cake dan kopi. Bukan makanan berat. Maka dari itu aku berpikir kayaknya kalau sama-sama cafe, mending sekalian ke cafe organiknya JYP deh si SoulCup.

Begitu sampai di Gedung baru JYP, excited sih karena itu gedungnya memang persis dengan yang muncul di Yeorum Seori (Summer Melody) DAY6. Bahkan aku melihat tempat parkir di belakang gedung JYP dimana Dowoon, Brian, dan Wonpil naik mobil hahahaha.

Karena excited jadinya aku memotret anak-anakku sebagai bukti bahwa aku sudah pernah berkunjung ke JYP.

Di sekitaran JYP sebetulnya ada banyak kafe juga dan tinggal pilih, ada Ediya Coffee, ada Mega Coffee, ada Paris Baguette. Hanya saja satupun nggak menjual makanan berat. Sepertinya memang di Korea tuh gitu ya? Tempat makan khusus berada di satu daerah. Ngomong-ngomong soal ini, aku jadi ingat kalau di hari pertama aku sempat melewati area kamera waktu nyasar. Di hari yang sama itu, aku juga melewati area pertukangan, literally semua tokonya jualan kayu dan alat-alat bangunan. Kayak sepanjang jalan tuh isinya toko bangunan gitu loh. Sementara ada juga tempat lain yang sepanjang jalannya jualan furnitur. Jadi aku menyimpulkan kalau daerah usaha itu memang sengaja didesain homogen di suatu daerah.

Waktu sampai gedung baru JYP, lagi-lagi aku merasa clueless. Awalnya ingin masuk ke SoulCup tapi waktu aku cek di Google, SoulCup sudah tutup permanen. Padahal di bagian samping gedung JYP jelas-jelas ada cangkir merah gede itu hanya saja memang pintunya nggak terbuka untuk umum. Sepertinya untuk masuk SoulCup harus masuk lewat pintu akses utama ke gedung JYP. Sayangnya, saya bukan Taecyeon yah jadi nggak bisa masuk tanpa pakai ID Card pegawai JYP.

Kebingungan, aku mondar-mandir beberapa kali dari SoulCup ke pintu akses utama JYP. Agak ketakutan juga karena ada penjaga gedung, tidak seperti Pak Satpam karena tidak pakai seragam satpam. Oppa Oppa itu juga perawakannya besar dan pandangannya tajam, jadi makin takut kan mau masuk. Selain aku, rupanya ada dua mbak-mbak Korea yang juga ingin masuk SoulCup tapi nggak bisa masuk juga. Akhirnya aku mengikuti mereka hingga kami semua sama-sama menyerah dan memilih untuk pergi dari JYP. Di waktu yang sama, sepertinya ada trainee JYP yang sedang punya agenda. Nggak tahu anak itu siapa, tapi si anak gadis yang usianya mungkin 11-14 tahun ini adalah trainee penting. Potongannya trainee banget dan dia sudah punya manajer. Waktu itu sempat terpikir untuk mengambil footage tapi kurasa nggak sopan, jadi niat itu aku urungkan. Selain itu aku butuh sesuatu yang segar untuk diminum, akhirnya aku mampir ke Mega Coffee di dekat parkiran mobil JYP.

Ada satu cafe yang cakep banget di belakang parkiran pas, tapi aku nggak bisa masuk ke cafenya karena pintunya ada simbol ADT. Sepertinya simbol ini hanya berguna bagi orang-orang yang punya kartu akses deh.


Di Mega Coffee aku pesan cream puff dan abara (ciyeh udah jadi warlok) alias Ice Vanilla Latte. Cara pesannya nggak perlu ngomong ke petugas tapi lewat mesin pemesan seperti yang di McD UK (dulu tahun 2017, sekarang di Indo sudah ada). Begonya Agista adalah nggak mengubah settingan bahasa ke bahasa Inggris, jadi bingung pas mau bayar. Bisa sih pakai Jenius cuma waktu itu karena semua bahasa korea dan aku nggak memahami artinya walau bisa baca hangul, jadinya sempat tersendat. Untung cepet sadar, begitu settingnya sudah kuubah ke bahasa Inggris jadinya semua lancar jaya 👌

Kopi di Korea tuh nggak manis. Nggak tahu ding, mungkin karena memang di Indonesia tuh semua penjual kopi jualannya kopi susu gula aren. Jadi waktu beli abara, aku punya ekspektasi kopinya akan manis tapi nggak, ternyata masih berasa pahitnya kopi. Seperti namanya, ukurannya jumbo jadi puas banget. Cream puffnya enak tapi tidak sesuai yang aku bayangkan juga karena benar-benar diberi dari es banget. Jadi aku butuh waktu lama untuk makan cream puff itu agar tidak brainfreeze. Sekalian aku ngecharge dua HP yang lagi-lagi baterainya agak mengkhawatirkan sementara masih ada setengah hari yang harus aku habiskan di luar.

Jadi aku memang sengaja agak lama minum kopinya, sekalian mengobservasi adakah toilet untuk buang hajat? 

Begitu bateraiku sudah lumayan penuh, aku bertolak ke tujuan selanjutnya. Di situ lagi-lagi aku memutuskan untuk skip Mouse Rabbit saja dan langsung ke 1Million Dance. Kelas yang aku ambil sebetulnya masih pukul 7 malam, tapi aku sampai di 1Million Dance pukul 16.30 dekat dengan kelas jam 5. Di situ aku berpikir bahwa harusnya memang aku ambil kelas jam 5 saja daripada kelas jam 7 kan?

Waktu itu memang sengaja mengambil kelas paling malam untuk menghindari hil-hil yang mustahal, tahu sendiri kan Agista punya historis buruk dengan manajemen waktu dan suka telat dan begini begitu. Maka selama perjalanan solo travelling ke Korea ini mending kita cari aman saja ya bun.

Di perjalanan menuju 1Million Dance, aku menyempatkan diri untuk membeli air mineral 3 botol. Karena tahu sedang haus banget dan pasti akan kehausan kalau ngedance. Soalnya biasanya kalau ngedance aku memang mempersiapkan tumblr 1 Liter dan selalu habis. Dan berhubung aku datang lebih cepat aku punya banyak waktu untuk mengistirahatkan kaki sebelum menggunakan kaki kembali. Ditambah lagi, karena abara yang aku minum, mungkin aku nggak cocok dengan kopi Korea, aku perlu buang hajat agar supaya ngedancenya nggak keganggu perut sakit.

Setelah puas buang hajat dan ganti baju dan lalala lilili, akhirnya tibalah saatnya kelasku dimulai. Kelas pada hari itu diajari oleh JJ dengan lagu Pink Venom. Awalnya kukira pesertanya akan sama sedikitnya dengan kelas di jam 5 tapi ternyata kelas jam 7 pesertanya membludak. Mana sepertinya pesertanya sudah jago-jago banget! Ditambah lagi mereka memang stylenya keren kayak sudah diniatin gitu. By the way, kalau mau ikut kelas 1Million Dance bisa langsung cek jadwal kelasnya dalam kurun waktu 3 minggu. Karena aku berencana ambil kelas pada 1 September 2022, aku baru bisa daftar kelasnya di minggu sebelumnya. Biasanya kelas awal bulan baru keluar di dekat kelas akhir bulan. Setelah daftar online, begitu sampai di 1Million Dance kita akan diminta untuk meletakkan tumblr untuk menentukan urutan masuk kelas.

Awalnya aku nggak paham apa maksudnya meletakkan tumblr. Ternyata memang spot di kelas menentukan prestasi 👌

Walaupun ujung-ujungnya meski aku di baris kedua dari depan dan dua dari kiri, aku juga tetep nggak jago-jago amat ngikutin kelas dancenya.

Kelas malam itu, karena judulnya memang kelas Master sepertinya memang diperuntukkan untuk orang-orang yang sudah jago dari awal. Dan harusnya aku ambil kelas learner aja agar lebih mudah mengikuti pace-nya. Pemanasan di kelas master juga nggak dipandu oleh JJ, benar-benar cuma dikasih waktu 3 menit lalu semua orang stretching sendiri-sendiri. Caraku stretching ya betul-betul aku sesuaikan dengan yang aku ingat selama ikut kelas dance pada umumnya di Jakarta sini. Itupun aku selesai stretching duluan lalu hah heh hoh karena orang-orang stretching aja pada bagus.

Hari itu merupakan kelas dance paling susah yang pernah aku ikutin. Pernah sih dulu ikut kelas Sandree Ha di kantor tapi itu cuma cepet aja, gerakannya masih bisa diikutin. Yang ini tuh hitungannya betul-betul express dan JJ ngarahinnya full pake bahasa Korea. Jadi aku cuma "Ne" doang meskipun gak ngerti maksudnya apa. Sebenarnya kalau ngomongin soal groove, aku suka banget dengan style Hip Hop JJ dan sebenarnya bisa nangkep groovenya. Cuma ya, Agista tuh kelas yang diajarin pengajar bahasa Indonesia aja gerakannya susah ngapalin apalagi diajarin JJ ya. Tapi sumpah deh kelas malam itu seruuu banget karena semua orang super jago!

Karena Agista tahu diri, akhirnya dia tidak mengajukan diri untuk di-video meskipun JJ sudah nawarin "Siapa yang belum? Ayo divideo." Aku mundur pelan-pelan. Tau banget gerakannya lamban dan gak estetik. Yang penting udah pernah ambil kelas di 1Million Dance dan merasakan betapa susahnya kelas Master yang pake flooring flooring segala. But it was fun! Kalau ditanya apakah mau ngulang lagi? TENTU SAJA!

JJ juga super humble dan fun orangnya. Mungkin memang cara dia mengajar nggak buat beginner kayak aku sih tapi dia tuh super fun di kelasnya. Ngasih semangat. Ngasih contoh gerakan dengan groove yang enak banget. So far, atmosfernya fun banget meskipun aku sangat struggling. Pasca kelas, dia bahkan mau diajak foto dan gak pelit pujian. Dia juga nanyain aku "Gwenchanayo?" yang aku jawab "Neomu jaemisseyeo" dan "Neomu uryeowoyo". Di statement terakhir aku jadi berpikir berhari-hari, sopan gak ya kalau aku ngomong begitu? Ya memang kenyataannya susah tapi fun!

Sebagai bukti aku pernah ngedance di 1Million, aku mengajak JJ untuk foto bareng dan sempat memvideokan diri ini dari belakang. Lagipula aku juga muncul sih di video dance 1Million meskipun munculnya cuma sekelebat, itupun aku berada di tempat yang gelap hahahaha.

Anyway, ternyata kisah ke Korea ini masih akan berlanjut ke part-part selanjutnya. Jadi don't go anywhere dan aku harap kalian menunggu cerita-cerita di hari berikutnya (sebelum aku lupa karena aku juga perlu nulis cerita seru lainnya dari Singapura bersama Jenius).

Video dancenya bisa ditonton di sini:

Comments