Cuma Pengen Cerita : Jalan-Jalan ke Blitar

Well, perjalanan dilakukan pada hari Minggu (29/11) dengan menumpangi bus. Tujuan pertama adalah makam Bung Karno, sudah tahu lah ya siapa. Masalahnya, keluarga penulis engga terlalu ngefans sama Bung Karno jadi excitement untuk sekedar berziarah pun minim sekali. Lagipula hasilnya juga zonk. Kenapa zonk? Jadi, ketika sampai di Kota Blitar rombongan memutuskan untuk menjadikan makam Bung Karno sebagai jujugan pertama destinasi wisata. Jeleknya, bus harus parkir kurang lebih 1 kilometer dari makam itu sendiri. Mau tidak mau, suka tidak suka pengujung harus menyewa jasa becak yang memang sudah mangkal di area parkir.

Bagaimana tidak? Kalau semua penumpang memilih mengiyakan, maka tukang becak itu akan terus-terusan mencharge wisatawan, si tukang becak senang, si wisatawan tidak, walhasil bisa jadi jumlah wisatawan akan menurun? Lalu implikasinya pendapatan wisata daerah juga akan menurun. Nah lo! Pada akhirnya penulis memutuskan untuk stay di area parkir saja dan tidak berkunjung ke destinasi pertama perjalanan di Kota Blitar.
Kekecewaan penulis terbayar di tujuan berikutnya, Kampung Cokelat. Sebenarnya yang membuat penulis kagum adalah kemuan GAPOKTAN (Gerakan Kelompok Tani) yang kreatif dan inovatif untuk membentuk suatu destinasi wisata baru berdasarkan komoditas yang mereka hasilkan. Tentu saja hal ini juga dibantu oleh lembaga pemerintah (tempat penulis magang dan tentu saja penulis tahu hal ini karena pernah magang di sana). Andai saja Kota Malang juga memiliki inovasi yang sejenis, pemberdayaan GAPOKTAN di daerah Malang memang masih kurang padahal Malang Raya memiliki potensi wisata yang sangat banyak, terutama di Kabupaten Malang yang masih memiliki beribu keindahan alam yang belum terjamah.
Terlepas dari kekaguman tersebut, Kampung Cokelat sebenarnya tidak terlalu amazing, cokelat yang dihasilkan juga masih berasa Indonesia. Yang dimaksud berasa Indonesia di sini adalah rasanya kurang creamy, kurang susu, kurang lembut dan cenderung membuat tenggorokan agak gatal. Kampung Cokelat, sesuai dengan namanya, merupakan tempat wisata yang menyediakan segala hal berbau cokelat. Mie cokelat, minuman cokelat, popcorn cokelat, nasi cokelat, kebun cokelat, dan cokelat lainnya. Jadi jangan pernah bayangkan Kampung Cokelat itu seperti Pabrik Cokelat Willy Wonka, berbeda 180 derajat, tolong jangan pernah bayangkan.
Meski tidak terlalu amazing dan terkesan biasa saja bahkan kurang effort, berhubung penulis adalah pecinta cokelat jadi ya dinikmati saja. Apalagi wisata ini termasuk murah sekali, masuk Kampung Cokelat hanya bayar Rp 5.000 saja dengan berbagai tawaran produk cokelat yang juga murah meriah. Well, apapun yang pernah penulis alami harus disyukuri bukan?
Wah, ada perbedaan tarif ya. Aku kemarin sempat main ke Blitar juga sih cuma naik motor.
ReplyDelete