Cuma Pengen Cerita: Mendadak Lombok [Part 2]


Sebetulnya aku bukan traveller dan nggak pernah kepikiran untuk jadi traveller. Pasalnya aku ini orang yang introver meski kelihatannya ekstrovert banget gitu kan? Bagiku travelling itu bisa dilakukan tapi nggak sering-sering. Ya kali sering banget travelling, pakai duit siapa? Unless aku udah jadi orang kaya dan nggak terikat pekerjaan.

Faktanya, aku bersyukur orangtua masih diberi rejeki sehingga intensitas travelling dalam beberapa tahun terakhir cukup meningkat. Ya udahlah ya, dinikmati aja toh ada rejeki juga kan? Travelling gratis pol polan lagi.

Bagaikan dua sisi mata uang, semua hal di dunia ini pun begitu termasuk saat travelling bareng orangtua. Ada sisi negatif dan positifnya. Positifnya adalah aku cuma perlu menikmati liburan tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, makan sudah pasti tiga kali sehari, beli oleh-oleh pun pakai duit orangtua, dan lebih aman karena bareng orangtua. Negatifnya nggak kalah banyak seperti: nggak bebas nentuin tujuan, terkekang sama keinginan orangtua dalam mengunjungi destinasi tertentu, nggak bebas foto. 

Well, bisa dibilang ayahku itu narsis banget. Setiap kali travelling sama ayah, pokoknya harus beliau yang punya foto banyak (dan bareng-bareng yang mana gayanya diatur juga) yang lain lewat aja. Jadi kesempatanku untuk hunting foto bagus sebanyak-banyaknya berkurang banget. Dan aku juga nggak enjoy terus terang. Ketika aku ingin lebih lama menikmati senja atau bermain di pantai, beliau udah ngajak balik. Ketika aku ingin mendaki bukit yang lebih tinggi dan melelahkan, beliau udah nyerah (ya maklum sih udah umur). Yah begitulah suka duka travelling sama orangtua. Kadang anak muda memang lebih baik travelling sendirian ya?

***

Sebenarnya aku tidak cukup puas dengan hari pertama liburan di Lombok kemarin. Sebab seperti yang sudah aku jelaskan dalam postingan ini, tujuan wisata yang diarahkan oleh guide itu kurang memuaskan. Aku cuma puas ketika mengunjungi Tanjung Aan dan Bukit Marese. Pas di Desa Sade rasanya ada yang kurang. Something was missing. Tapi balik lagi, harus bersyukur karena udah dikasih kesempatan travelling kan?

Ketidakpuasan hari pertama tersebut dibayar di hari kedua yakni snorkeling! Sejujurnya aku tuh anak yang nggak bisa renang. Jadi ketika rencana hari kedua snorkeling aku merasa khawatir sekaligus excited. Kenapa? Karena ini merupakan pengalam pertama renang di laut, literally, dan pake masker itu!

Pas awal naik glass bottom boat, rasanya tuh kayak ragu-ragu gitu lho. Apa bisa ya aku snorkeling? Kalau ada ikan hiu gimana? Kalau aku tenggelam gimana? But thanks for all the experiences in Lombok, aku sekarang nggak terlalu takut sama laut lagi. Karena kebanyakan naik kapal dan membelah lautan, kekhawatiran akan dicaplok ikan hiu udah agak berkurang. Yah, meski pas berada di atas kapal dan di tengah laut masih merasa sedikit anxious sih.



Balik lagi ke snorkeling, butuh keberanian lebih sebelum aku berani nyebur ke laut. Aku sempat panik dan nendang-nendang sebelum akhirnya pegangan sama Ayah, Pak Dicky, atau bahkan mas-mas pengemudi boat. Baru aku bisa snorkeling dengan sedikit tenang saat dipegangin mas-mas pengemudi boat itu. Iya, jujur aku snorkeling sambil dipegangin gitu. Kalah sama adikku yang berenang-renang sendiri nggak dipegangin siapapun. (Hal ini nggak kerekam di VLOG lho!)

Setelah renang sama mas-mas itu, aku berasa lebih rileks dan tenang, lebih enjoy snorkelingnya. Dan aku nggak bisa menggambarkan keindahan terumbu karang di Gili Meno sih. Bagus banget! But I bet coral reef on Raja Ampat are way better and more beautiful than those. Nggak kerasa, aku snorkeling cukup lama saking enjoynya. Hingga akhirnya Ayahku balik ke kapal beserta Pak Dicky dan kami tancap gas ke destinasi snorkeling berikutnya. Tapi kami nggak snorkeling lagi, cuma lihat patung bawah laut lewat lantai kaca di kapal gitu.


Usai snorkeling, kami balik lagi ke Gili Trawangan untuk mandi, makan siang, dan beres-beres. Kami diberi waktu hingga jam tiga untuk menyelesaikan semua hal itu. Dan kebetulan usai makan masih ada sisa waktu satu jam, kuhabiskan dengan bersepeda menyusuri pantai. Fun facts, I couldn't find the OMBAK SUNSET swing. Padahal aku udah menyusuri hampir dari Timur ke Barat atau Utara ke Selatan pantai tapi nggak nemu ayunan yang ngehits itu. Yang kutemui cuma bule-bule berseliweran. Atau memang mataku aja yang nggak awas waktu itu ya?

Sudah jam 3, kami balik dan menuju ke destinasi selanjutnya yakni Sunset di Pantai Senggigi. Dalam bayanganku sih Pantai Senggigi yang kami tuju tuh pure pantai gitu. Seperti yang diceritakan Ron dalam postingan blog soal Teaser 1 Ko Ko Bop. Ternyata nggak, guide mengarahkan kami ke sebuah rumah makan lepas pantai. Jadi sambil makan sambil menikmati sunset. And guess what, again the food wasn't good back then. Kecewa aja sih selama di Lombok Rumah Makan yang dipilih nggak banget. However it's okay karena aku bisa catching sunset.



Bukan, bukan yang romantis banget gitu. Jarak antara si rumah makan dan pemandangan sunset pun cukup jauh. Lagi-lagi aku merasa tidak puas. Kalau aku lihat dari Instagram temen-temenku gitu kan sunset mereka berasa dekat gitu ya, nah ini jauh banget. Bahkan aku perlu ngezoom maksimal untuk bisa menangkap foto sunset itu.

Usai menikmati sunset dan makan malam, kami balik lagi ke hotel dan beristirahat. Lombok hari kedua not bad but again, ini agen perjalanannya minta dikomplain habis-habisan deh kayaknya. Duh!


P.S: Di hari kedua dan ketiga aku nggak berjilbab karena emang tahu tujuannya bakal basah-basahan. Daripada ribet mending nggak pakai jilbab sekalian. Yeah, aku tahu ini salah. Judge me whatever! 

P.P.S: Nggak terlalu banyak foto yang kuambil di hari kedua pakai kamera, kecuali kamera hape. Dan itu pun kebanyakan video, belum kupindah ke laptop lagi. 


Comments