Resensi Film: Captain Marvel [2019]


Entah sudah berapa lama aku nggak lagi menulis soal resensi film. Mungkin karena sejak di London aku jarang menonton film pas premiere. Berbeda dengan di Indonesia yang selalu kuusahakan untuk nonton pas premiere, sehingga aku masih semangat dalam menuliskan review. Mungkin review kali ini akan cukup singkat daripada biasanya dan aku tidak ingin mengupas terlalu banyak karena nanti jatuhnya jadi spoiler.

Aku mengambil show jam 16.25 hari ini (06/03) di XXI Transmart Malang, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui maksudku. Selain melanjutkan kebiasaan lama menonton film blockbuster di hari pertama pemutaran, aku juga ingin mampir ke mal baru yang menggantikan MX ini. M-Tix sendiri telah membuka advanced sales sejak tanggal 2 Maret lalu sehingga tanpa perlu antre atau takut kehabisan, aku sudah memesan duluan. Agista memang anaknya visioner kok. Aku tahu aku akan pulang tanggal 6 Maret ke Malang jadi aku langsung saja memutuskan untuk nonton di Malang. Tadi begitu landing dari bandara, aku hanya istirahat sekitar 2 jam di rumah lalu cabut nonton.

Sebenarnya aku tidak berekspektasi berlebihan terhadap installment Marvel di phase 3 ini. Apalagi Captain Marvel merupakan karakter yang baru diperkenalkan dan nantinya akan mengambil tempat di Avengers: End Game. Saat trailernya muncul tahun lalu, aku juga tidak berharap yang terlalu muluk. Yang penting diniati nonton saja. Aku tidak berharap pilot story karakter baru ini akan impresif. Namun ternyata aku salah.

"I am not who you think I am. I don't even know who I am anymore," Carol Danvers questioning her existence.

Captain Marvel (Brie Larsson) dikisahkan merupakan alien planet Hala. Saat hidup di planet Hala, Captain Marvel yang lebih dikenal sebagai Vers ini merupakan noble warrior hero bangsa Kree bersama dengan Yonn-Rogg (Jude Law). Suatu kali, Vers yang sejak awal dikisahkan memiliki kekuatan khusus yakni bisa menembakkan plasma proton diberi misi untuk menyelamatkan seorang alien bernama Soh-Larr. Terbanglah Vers, Yonn-Rogg dan regunya ke planet antah berantah. Begitu sampai, ternyata regu pimpinan Yonn-Rogg ini dikepung oleh sekawanan alien yang disebut sebagai Skrull. Vers yang sifatnya agak gegabah ini tergiring dan terpaksa bertemu dengan pimpinan Skrull, Talos (Ben Mendelsohn). Justru pertemuan dengan Skrull inilah yang menjadi kunci dan titik balik kisah Vers yang usut punya usut adalah pilot yang bernama Carol Danvers.


Sebagai installment pertama, Captain Marvel tidak terlalu mengecewakan bahkan di luar ekspektasi. Karena dulunya Captain America: The First Avenger tidak terlalu menarik buatku, Captain Marvel justru digarap dengan skenario yang lebih matang. Development character juga jauh lebih membaik dibandingkan dengan Ant-Man atau Black Panther yang memang sudah diperkenalkan di Captain America: Civil War.

Captain Marvel berakhir konklusif, sejarah awal hingga terbentuknya Carol Danvers dulu dan kini dijelaskan secara terstruktur meski sempat dibalut dengan twist. Meski kisah Carol Danvers diceritakan dengan fokus, sebutan Captain Marvel hanya dibahas secara implisit. Belum ada penjelasan konklusif mengenai kenapa karakter Carol disebut sebagai Captain Marvel meski asal-muasal kostumnya dijelaskan secara gamblang.

Satu hal lagi yang menarik dari Captain Marvel adalah penceritaan karakter Nick Fury sebelum Avengers terbentuk. Dalam film ini, Nick (Samuel L. Jackson) diplot sebagai sosok yang cukup berbeda dari Nick yang selama ini dikenal oleh fans Marvel di era Kevin Feige ini. Nick merupakan karakter yang cenderung lebih ceria dan kocak, tak jarang Nick melontarkan jokes-jokes ala Marvel. Chemistry Samuel dengan Brie Larsson pun cukup bagus sehingga keduanya terasa benar-benar berteman dekat. Agent Phil Coulson juga kembali ke layar kaca pasca kisahnya diakhiri begitu saja sebagai martir dalam The Avengers. Kembalinya Phil ini memang tidak terlalu mendominasi tapi setidaknya bisa mengobati kerinduan para fans pada agent Coulson yang mungkin tidak akan diceritakan lagi kecuali dalam series Netflix Agents of S.H.I.E.L.D.

Selain plot cerita yang menurutku cukup impresif untuk film pertama, seperti biasa Marvel tidak tanggung-tanggung dalam penggarapan CGI dan juga scoring. Masih menggunakan formula Guardians of The Galaxy, Captain Marvel juga menyelipkan sejumlah lagu-lagu hits di era 90-an. Ada sejumlah referensi terhadap pop culture di era 80-90an juga serta jokes-jokes khas Marvel yang masih dipertahankan. Sentuhan sutradara Anna Boden dan Ryan Fleck ini mungkin tidak terlalu distinct bila dibandingkan dengan Taika Waititi dalam Thor tapi kedua sutradara tersebut mampu memberikan warna tersendiri dalam menceritakan Captain Marvel di layar lebar. Terakhir, secara mengejutkan Brie Larsson dapat menghadirkan karakter Captain Marvel cukup apik. Pada awalnya kupikir Brie akan jadi superhero wanita yang cukup lenjeh tapi ternyata Brie mampu menghadirkan karakter songong, sok tahu, gegabah, dan emosional Carol Danvers dengan baik. Salut untuk tim casting Marvel yang selalu bisa memilih pemeran yang cocok bagi karakter superhero mereka!

Goose the Cat, the actual hero of Captain Marvel - cr: Marvel Studio

Awas Spoiler
  1. Akan diceritakan bagaimana Nick Fury mendapatkan luka di matanya. Ternyata alasannya sangat receh dan kocak, bukan karena hal serius.
  2. Pahlawan sebenarnya dalam film ini adalah Goose the Cat yang ternyata bukan kucing biasa.
  3. Alien alias bangsa Kree dalam film ini merupakan keturunan ningrat (?) alias secara harfiah berdarah biru.
  4. Carol Danvers adalah super human, bukan Alien. Hal ini berbeda dengan ekspektasi awalku yang mengira bahwa Captain Marvel adalah alien berkekuatan super.
  5. Captain Marvel mengambil setting jauh sebelum Project Avengers terbentuk. Bahkan menjadi salah satu faktor pencetus terbentuknya project Avengers.
  6. Ada juga kisah terbentuknya Teserract hingga Teserract tersebut tersimpan di bumi dan menimbulkan masalah di kemudian hari.
  7. Ronan The Accuser muncul kembali dalam film ini tapi perannya tidak terlalu signifikan, hanya sebagai filler saja.
  8. Captain Marvel adalah Super Seiya!
  9. Sepertinya ini adalah film terakhir dimana Stan Lee masih muncul menjadi cameo dalam film-film superhero Marvel.
  10. Plot TWIST!

P.S: Rambut Brie Larsson yang selalu rapi dan tergerai cantik sampai tulisan ini selesai ditulis masih membuatku heran. Bagaimana bisa rambutnya tetap rapi meski sudah beradegan aksi, terbang, berlompatan, dan bertarung seperti itu? Membuatku gagal fokus.

Plot★ ★ ★ ½ ☆
Akting★ ★ ★  
Musik★ ★ ★ ★ ☆
Grafis★ ★ ★ ★ ☆
Overall★ ★ ★ ½ ☆  


Comments