August Beyond the Smile and the Sadness


Tidak terasa Juli sudah lewat, kini Agustus telah tiba. Agustus merupakan bulan favoritku, mungkin karena aku lahir di bulan Agustus atau bisa jadi karena Agustus selalu identik dengan hal-hal yang membahagiakan sekaligus mendewasakanku. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Agustus tahun ini aku mendapatkan kejutan yang cukup menggembirakan, aku mendapatkan apa yang kuinginkan. Namun di balik kebahagiaanku, ada orang-orang yang berduka. Ada kesedihan karena aku harus merelakan kenangan-kenangan selama beberapa bulan terakhir ini dan menapaki perjalanan baru.

Selama bulan Juli kemarin, aku menjalani On the Job Training (OJT) sebagai lanjutan dari rangkaian seleksi yang harus kutempuh untuk menjadi karyawan salah satu perusahaan milik negara. Ada begitu banyak hal yang harus kuceritakan di sini, termasuk suka dan duka yang kualami di sana. Yang jelas, pesan yang kudapat selama OJT di Bogor adalah: ternyata orang yang sebelumnya belum pernah kuajak bicara secara serius justru bisa menjadi teman berbicara hal-hal yang dalam dan serius.

Anggota OJT di Bogor ada 12 orang di antaranya adalah 4 orang teman yang satu peleton denganku: Fuar, Bagus, Sheba, dan Thya. Kadang aku merasa sangat beruntung karena aku kerap kali dipertemukan dengan anak-anak 4B. Pada awalnya, aku kira aku tak akan bisa dekat dengan mereka karena saat di peleton kami jarang sekali bicara serius. Selain itu, kami juga terhitung tidak terlalu dekat satu sama lain. Ternyata aku mengubah pendapatku di akhir masa OJT kami di Bogor.

Hari pertama OJT, kami diharuskan untuk berkumpul dulu di Graha Merah Putih di Gatot Subroto, Jakarta. Di sana kami tidak lagi kenalan sesama 'siswa' tapi mendapatkan pengarahan dari EVP terkait berkaitan dengan kegiatan OJT. Setelah selesai mendengarkan pengarahan dan melepas rindu, kami menuju ke kantor masing-masing. Dari Jakarta, aku dan teman-temanku memutuskan untuk naik KRL dan baru sampai di kantor hampir tengah hari. Tidak seperti teman-teman kami yang perkenalan biasa, OJT Bogor langsung mendapatkan pengarahan dari General Manager setempat dan diberikan project!


Awalnya kami diberikan presentasi berupa gambaran daerah operasional (teritori) dan juga struktur organisasi. Setelah itu GM mengarahkan kami mengenai tugas kami selama OJT yaitu mengawal dan mengevaluasi proyek 4DX Gas Pol! Satu hal yang sangat kuingat di hari itu sampai hari ini adalah: Tidak ada yang sulit di dunia ini, adanya sangat sulit. Jadi, di proyek 4DX ini kami sebagai anak OJT diberikan tugas untuk mengawal pengisian scoreboard yang berguna sebagai tools monitoring pencapaian harian Witel. Fokus pada proyek kali ini adalah mencapai target penjualan sekian ratus produk per hari. Bila tidak mencapai target, kami harus mencari tahu masalah penjualannya dan memberikan rekomendasi. Terdengar mudah, faktanya selama sebulan kami belum bisa memberikan improvisasi yang signifikan untuk menyelesaikan masalah tidak tercapainya target.

Berbeda juga dengan teman-teman kami di kantor regional lain, kami tidak di-assign ke job function masing-masing. Justru kami dialihkan untuk mengerjakan hal yang secara tidak langsung tidak berhubungan dengan job function kami. Harapan GM dan juga HR kantor kami adalah kami bisa mengerti end-to-end business perusahaan tempat kami bekerja, dan itu berhasil. Meskipun kami sempat keteteran dalam rangka menyusun laporan akhir OJT untuk diserahkan pada lembaga asesmen di Bandung.

Di minggu kedua, kami diperbantukan untuk menjadi panitia acara Kids Go to Office yang menjadi program kerja tahunan Witel. Di acara ini, sangat terlihat perbedaan antara orang-orang yang bisa diajak koordinasi, berkeinginan untuk bekerja, dan mereka yang cuma mau take credits saja. Karena acara ini diadakan bertepatan dengan banyaknya tugas lain selama OJT antara lain: penyusunan laporan yang tiba-tiba saja dimajukan ke pertengahan OJT hingga monitoring proyek 4DX yang tetap harus jalan. Selain itu, koordinasi juga semakin menantang karena jumlah kami tak lagi lengkap 12 orang sejak kami dipecah ke beberapa tugas. Ada beberapa orang yang pergi ke teritori yang lebih kecil, ada yang ditahan oleh atasan mereka. Susah tapi justru dengan adanya kegiatan semacam ini, aku jadi lebih bisa mengobservasi individu di lingkungan kerja.

Selain bisa mengobservasi individu yang berujung pada julida ulala, aku juga semakin mengenal kultur kerja di perusahaan. Memang ada banyak hal yang menurutku jadi kekurangan perusahaan ini, kekurangan itu hampir membuatku menyesali keputusanku. Di sisi lain, aku bertemu dengan orang-orang baru dan lagi-lagi aku belajar dari orang-orang tersebut. Untuk itulah aku bersyukur, bahkan sangat bersyukur atas semua hal yang terjadi di hidupku. Awalnya mungkin aku mengeluh, kenapa hanya aku saja yang dilempar ke luar daerah Jakarta? Aku juga mengeluh mengapa aku tidak ditempatkan dengan orang-orang yang kupikir cukup dekat denganku? Tapi semua terjawab selama masa OJT ini.


Hal positif pertama yang kudapatkan selama OJT di Bogor adalah surga komuter. Alih-alih berjubel dengan orang-orang yang berangkat kantor di KRL, aku justru mendapatkan kereta contraflow yang minim penumpang. Sehingga aku bisa bernapas lega tiap pulang dan pergi dari Depok-Bogor begitupun sebaliknya. Tidak ada stress menumpuk akibat commuting dan berhimpitan di dalam kereta, tidak ada kekhawatiran akan sexual harassment yang mungkin terjadi di dalam kereta, tidak ada kekhawatiran dicopet juga. Naik kereta lawan arus memang sebuah berkah langsung yang kudapatkan begitu mendapatkan penempatan OJT di Bogor. Sebuah nikmat yang harus disyukuri dengan penuh suka cita.

Selanjutnya, kantor regional tempatku OJT sangat less-drama! Tidak ada dinamika yang terlalu membuatku dongkol selama OJT karena hampir semua kegiatan terencana dengan baik dan matang. Memang ada kerikil-kerikil di antaranya tapi hal tersebut masih bisa aku (kami) toleransi. Berbeda dengan dinamika yang terjadi di kantor regional lain dan dialami oleh kawan-kawanku. Untuk kedua kalinya: Maka nikmat Tuhan manakah yang aku dustakan?

Tambahan lagi, ternyata para pegawai organik (karyawan asli di kantor bersangkutan) sebagian besar adalah orang yang bisa diajak kerja sama. Mungkin karyawan dengan usia lanjut agak terlalu strict atau kadang tidak memahami maksud kami (milennials) tapi hal tersebut masih bisa ditoleransi. Para karyawan muda (Gen Y) adalah orang-orang yang sangat bersemangat dan bisa menjadi senior yang sangat baik. Jujur saja, aku betah berada di Bogor karena para Gen Y sangat membantu dalam membimbing kami selama OJT. Apalagi ketika aku mencoba untuk mengobservasi kondisi perusahaan sebenarnya, mereka bisa menyampaikan dengan baik sehingga aku cukup bisa memahami masalah-masalah yang terjadi di lapangan dengan komprehensif. Kalau diberikan kesempatan bekerja dengan mereka sekali lagi, tentu saja akan kuterima dengan senang hati.

Yang terakhir, geng OJT kami juga less-drama. Meskipun memang ada satu atau dua individu yang membuatku sakit kepala dan emosi tingkat dewa. Berhubung kami bisa berkomunikasi serta bekerja sama dengan baik, aku jadi merasa bahwa geng OJT Bogor ini adalah keluarga. Bahkan, baru di Bogor ini aku bisa memahami karakter teman-temanku satu peleton yang belum sepenuhnya kukenal di Pusdikhub. Contohnya Sheba dan Fuar. Di OJT Bogor ini, aku jadi semakin dekat dengan mereka berdua dan mampu menjalin percakapan yang cukup intens dan dalam. Sebelumnya aku tidak pernah mengira aku akan bisa bercerita atau mendengarkan cerita yang sedalam itu di Pusdikhub atau Corpu. Semoga kami akan tetap dekat dan berteman baik hingga masa mendatang.


Ada juga Nadhila yang sebelumnya tidak pernah aku notice baik di Pusdik atau Corpu karena circle kami memang tidak pernah beririsan. Ternyata mojang Bandung ini sangat polos dan menggemaskan. Apalagi dia sebelumnya tidak pernah merantau, bersama dengan Fuar dia kami ajarkan basic survival skill untuk merantau. Di Bogor, Dhila melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah dia lakukan. Ada juga Irin yang sudah kukenal sejak masa pendidikan di Pusdikhub dan Corpu, terkenal sebagai organik tim bodrex karena operasi kista. Ternyata Irin adalah sosok yang sangat cerah, ceria, dan alay. Sungguh berbeda dari yang selama ini kukenal di masa pendidikan. Ada juga Mbak Gisca yang sangat diandalkan di Customer Care. Ada Anet yang termasuk geng cewek-cewek populer semasa pendidikan, ternyata Anet bisa diajak diskusi serius juga dan punya kepribadian yang sangat menyenangkan. Ada juga Simo yang hampir tidak pernah bertegur sapa denganku sebelumnya tapi malah jadi dekat di masa OJT dan jadi tandemku berbicara bahasa Jawa Timuran. Ada juga Thya yang ternyata tidak secentil itu. Sungguh geng OJT Bogor ini sangat menyenangkan!

Namun kebahagiaan kami rupanya harus dicukupkan hingga tanggal 31 Juli 2019 lalu. Meskipun kami sama-sama dongkol karena kami berharap OJT akan usai pada tanggal 26 Juli 2019 yang bertepatan dengan Hari Jumat. Hari berikutnya, tanggal 1 Agustus 2019 nasib kami ditentukan oleh perusahaan tempat kami bekerja. Geng OJT kami pada akhirnya dipisahkan, ada yang dilempar jauh ke Medan, ada yang tetap di Jakarta, ada yang ditempatkan di Tangerang dan Serang, Aneta harus menghadapi kenyataan bahwa dia ditempatkan di Semarang alih-alih ditarik kembali ke DGS, Jakarta. Untungnya tidak ada satupun geng OJT kami yang dilempar ke Indonesia Timur. Yang pasti, dimanapun penempatannya kuharap kami tidak lupa satu sama lain.

Tanggal 1 Agustus 2019 kemarin untuk pertama kalinya aku percaya bahwa nasib seseorang itu berada di tangan Tuhan (dan HCBP). Untuk pertama kalinya, aku menyaksikan raut wajah bahagia dan muram secara nyata karena lokasi penempatan. Sebelumnya, aku menganggap bahwa penempatan itu adalah guyonan belaka. Karena tak sedikit dari kami yang sering bercanda mengenai penempatan. Dan aku sendiri, berada di tahap pasrah mengenai lokasi penempatan ini. Jakarta atau tidak sama sekali, alias aku tidak punya preferensi lokasi penempatan lain setelah Jakarta. Untuk kali pertama dalam hidup, aku menganggap bahwa dilempar ke daerah paling jauh di Indonesia atau kota yang bahkan namanya saja belum pernah kudengar itu adalah masalah serius.

Untuk kesekian kali juga aku harus bersyukur berkali lipat karena aku mendapatkan apa yang kuinginkan. Ketika namaku disebut oleh MC, mendapatkan divisi yang aku inginkan, ditempatkan di lokasi yang aku inginkan pula, di saat itu aku sangat berbahagia. Namun kebahagiaanku berubah jadi simpati pada teman-teman setelahku yang bermuram durja saat menerima SK penempatan mereka. Melihat wajah-wajah sedih setelah berjabat tangan dengan senior leader itu, aku akhirnya benar-benar percaya bahwa Tuhan itu punya kuasa dalam setiap rencana hidup ini.


Ada rasa sedih dan empati ketika melihat beberapa temanku menangis karena penempatan mereka, sungguh aku bersimpati pada salah satu temanku Wilda. Wilda adalah anak yang manis karena satu peleton denganku, dia bersemangat dan berpikiran positif. Melihatnya bersedih karena ditempatkan di Kendari membuatku trenyuh. Aku tidak bisa membantu banyak tapi kuharap dia akan menemukan kebahagiaan di Indonesia Timur. Memang dia bukan satu-satunya wanita yang dilempar ke Indonesia Timur, tapi tetap saja aku tidak tega. Wilda, kalau kamu baca postingan ini. Semoga kamu kuat ya dan berjuanglah sekuat tenaga agar kamu segera pulang.

Aku juga sangat sedih dan shock ketika tahu temanku Mas Restu dilempar ke ujung timur Indonesia, Jayapura. Mas Restu dan aku sama-sama mengikuti program rekrutmen internal di divisi tempatku sekarang, tapi justru aku yang mendapatkan kesempatannya bukan dia. Bagiku hal itu agak tidak adil, karena Mas Restu memiliki kualifikasi yang lebih baik daripadaku. Aku juga sudah sangat berharap bisa bekerja sama dengannya di divisi yang sama agar aku bisa menimba ilmu darinya. Tapi harapan tinggallah harapan. Entah Mas Restu akan diambil kembali ke Jakarta atau tetap di Jayapura, aku berdoa agar dia selalu bahagia dan tabah menerima keputusan perusahaan ini.

Kalau boleh mengeluh, sejujurnya aku tidak terlalu bangga dengan latar belakang pendidikanku. Sebagian orang mungkin berpikir bahwa lokasi penempatanku dan divisi tempatku bekerja memilihku karena latar belakang pendidikan. Aku tidak sepenuhnya menyalahkan mereka, memang ada andil gelar dan juga institusi tempatku belajar sebelumnya. Namun kalau boleh dibandingkan, masih banyak orang yang lebih capable dan jauh lebih cerdas dibandingkan denganku. Aku pribadi menganggap bahwa lokasi penempatan ini merupakan buah dari hasil kerja kerasku bertahun-tahun. Jadi, aku ingin menyampaikan juga bahwa yakinlah bahwa kerja keras itu akan membuahkan hasil manis di lain hari. Kegagalan lambat laun akan menjadi kesuksesan. Percaya saja bahwa skenario Tuhan itu yang terbaik (serius, tidak cuma bacot saja. Tidak muncul dari golongan privileged)

Sebenarnya terselip juga dalam doaku agar dimanapun penempatanku (khususnya di Jakarta) agar aku didekatkan dengan jodohku. Mungkin Tuhan memang mendengarkan doaku tersebut, aku mendapatkan Jakarta. Secara tidak langsung pula mungkin Tuhan menyediakan jawaban untukku. Orang yang kusuka kebetulan tidak ditempatkan satu daerah denganku. Yang namanya jodoh tidak ada yang tahu, yang jelas jauh atau dekat kalau memang orang tersebut ditakdirkan denganku pasti akan ada jalan. Kalau tidak, ya memang jodohku mungkin ada di dekatku hanya saja aku belum tahu bahwa itu adalah dia.

Well, inti dari semua ini adalah aku berharap apapun yang terjadi di masa depan akan bisa kuterima dan kujalani dengan baik serta penuh rasa syukur. Aku juga berharap agar dimanapun teman-temanku berada, pasti akan ada hikmah dan rezeki yang tak terduga. Aku selalu percaya bahwa apapun yang terjadi di hidup ini, orang-orang yang datang dan pergi, pasti meninggalkan suatu pelajaran yang mendewasakan. Karena hingga hari ini, aku sangat bersyukur dan menikmati setiap perjalanan yang diarahkan padaku. Mungkin Tuhan memang tidak memberikannya sekarang, akan ada waktu Tuhan memberikan apa yang kita inginkan di waktu yang tepat dengan kebahagiaan yang berlimpah-limpah.

Untuk teman-temanku semua, selamat menjalani step selanjutnya! Tetap semangat dan tunjukkan bahwa akan selalu ada suka di balik duka, akan ada kemudahan setelah kesulitan.

Comments