Dunning Krueger Effect atau Impostor Syndrome?

Setelah lama banget nggak ngeluh di Instagram, akhirnya kemarin aku ngeluh lagi. Aku sejujurnya lebih sering ngeluh di Twitter sih daripada Instagram. Masalahnya ya gak pernah jauh-jauh dari pekerjaan. Everyone might think that I live my life to the fullest, indeed I did but not anymore. Despite its glamorous and successful looking, believe me I don't like the environment I'm currently in. Dan kayaknya ini juga udah kubahas berkali-kali di blog ini.

Nah, masalahnya dalam beberapa waktu terakhir aku jadi berpikir: Ini akunya yang mengalami Dunning Krueger effect atau gimana?

Dunning Krueger effect itu merupakan sebuah bias dimana seseorang dengan kemampuan yang kurang mumpuni justru merasa over-confident alias percaya diri berlebih. Sementara di lain hal, orang dengan kemampuan yang sudah matang, justru merasa nggak percaya sama dirinya sendiri. Kalau di peribahasa Indonesia sih: makin berilmu makin merunduk. Tapi apakah yang kualami ini merupakan Dunning Krueger effect atau Impostor Syndrome?

Let me tell you the background story:

I have been working for almost 2 years in my current company. Since the beginning I sense something is not right with the higher level. Why? Gak tau, aku tuh memang bawaannya selalu punya gut feeling mengenai siapa aja yang bisa dijadikan kawan dan siapa aja yang harus diwaspadai jadi lawan. Nah, kebetulan bos-ku nih dari awal memang punya unsettling feeling menurutku. Biasanya kalau aku ada insting begitu, hal tersebut memang terjadi. Benar saja.

Aku nggak tahu ya salahku dimana. Apakah karena aku jarang pulang malam? Apakah aku nggak menjilat beliau? Apakah aku anaknya memang mengintimidasi atau gimana? I can sense that boss doesn't like me. Nggak ngerti kenapa. Lagipula aku ini merupakan tipe orang yang kalau ngomong seperlunya. Kerja juga tetap profesional, nggak mau diganggu secara personal serta nggak membiarkan orang lain tanpa seizinku masuk ke ranah personal. I set boundaries.

Sejauh yang aku ketahui, aku sudah bekerja semampuku. Meskipun berat dan yah gitu deh bekerja di tempatku ini, aku belajar cukup cepat. Bahkan lebih cepat dari teman-teman lain yang masuk kerja lebih dulu daripada aku. Kenapa? Karena aku berada di unit dengan manager demanding, jadi mau nggak mau aku harus belajar semua. Ya emang nggak se-ahli itu tapi si peers yang duluan masuk ini dulu sering tanya ke aku. Aku sampai: Hello, yang masuk lebih dulu siapa? Kan harusnya lu lebih tahu dari gue. Nah ini kebalik, mereka lebih sering tanya ke aku. But did that make my boss see my potential? No

Selama ini aku bekerja di kerjaan-kerjaan yang biasa aja. Ya memang sih involve di beberapa pekerjaan penting, tapi nggak ngerti kenapa mereka selalu melihat aku incapable. Incapable of doing this and that. Padahal ya kerjaan itu kelar, kelarnya pun sebelum deadline dan nggak mepet-mepet deadline. Sehingga pada beberapa waktu terakhir, aku lebih banyak tidak dilibatkan di pekerjan-pekerjaan signifikan. Nggak tau kenapa juga.

Yang membuatku jadi makin eneg dan merasa sangat tidak diapresiasi adalah dengan keberadaan salah satu proyek ini. Proyek yang dikerjakan dengan sebuah konsultan ini butuh orang untuk bekerja secara dedicated sebagai "intern". Tau nggak yang diajukan siapa? Those who doesn't even work as hard as me.

Ini mungkin kalau kalian yang baca bakal berpikiran: Ya itu mah cuma perasaan kamu aja kamu kerja lebih keras dari yang lain, padahal nggak. And yes, I think so too.

I almost normalising myself to be the loser. I almost accept myself that I'm incapable doing anything that everything that I have tried to is never good enough. That's when I doubt myself and shut down from everything. Tahu kenapa aku jarang nulis blog? Tahu kenapa aku udah nggak bikin podcast lagi? Because I don't think I have the capability of doing so. Sampai aku membenci diri sendiri karena aku merasa bego banget.

I sensed something wrong with myself then, I asked for help. Beruntung nih perusahaan tempatku bekerja menyediakan jasa konsultasi psikolog gitu. Kumanfaatkan. This psychologist helped me gain my confidence back. Ternyata, aku tuh nggak mengalami impostor syndrome. Ternyata aku tuh memang punya kemampuan dan potensi cuma di-invalidate dan di-scrutinise aja sama bos. Why? Ya nggak tau, probably they're just insecure at me? Tapi ya insecure juga ngapain? Secara mereka kan bos ya. Duit udah banyak. Jabatan udah mentok. Masa sama anak bau kencur kayak aku aja takut. Ku gak bakal membahayakan karir mereka juga kok. Beda lagi kalau misal mereka merasa tersaingi dan nggak mau kelihatan bodoh karena anak buahnya lebih pinter dari mereka. Bisa jadi?

Hal ini makin terbukti ketika hasil pemetaan talent keluar, you know what? Bosses gave me bad score on my performance. Kenapa aku bisa ngomong begini? Karena aku berada di quadran high capacity dan low performance. High capacity skornya sudah jelas tuh mentereng. Low performance? Ya kerjaan siapa lagi kalau bukan kerjaan si bos. Terus standar high performancenya apa? Apakah harus selalu pulang malam dan mau mau aja rapat malam-malam? Apakah yang bermodal "Siap Pak" doang di mulut tapi nggak ngerjain kerjaan? Yang kayak gimana?

Diminta aktif katanya, oh good lord. Kurang aktif apa aku? Di setiap sharing session, I asked questions, commenting on something. Kerja juga sudah memberikan semampu aku dan jarang dikomplain. Tau nggak komplain-komplain yang aku terima seperti apa? "Jangan males nyari nama panjang", "Kalau mindahin angka aja ya anak SMA juga bisa." Terus siapa emang yang bikin financial model? Setan? Konsultan?

Penilaian low performance sama high performance ini nggak jelas dan nggak adil karena memang bersifat subjektif. Ya kalau atasan sudah subjektif berdasarkan suka atau nggak ya I can't do that. Buat apa sih menyimpan orang yang gak disuka di dalam sebuah unit coba? Kenapa nggak ditendang pergi aja? I hope the latter option is available for me. Anywhere is better than here.

Jujur soal pekerjaan, ini sebenarnya yang paling cocok sama aku. Ya itung-itungan, ya ngomongin strategi, ya gitu deh. Tapi environment di tempatku ini sungguh toxic. Sampe aku juga hampir berpikir, jangan-jangan ini gue yang Dunning Krueger Effect alias guenya yang overconfidence kalau kerja gue bagus? Begitulah.

I don't know what the answer is. But for real, I just feel a lot underappreciated while on the other places, someone else appreciate my work so much. Beda banget sama side hustlingku yang bosnya selalu get me involved sekecil apapun. They appreciate me, no matter how small it is. Sementara di tempat kerjaku yang asli they don't even bat an eye if I do exist.


Comments