Review Film: Sangchi [2021] & Eternals [2021]

Kalau aku sempat bilang di twitter bahwa aku udah nggak tertarik lagi untuk ngikutin Marvel Cinematic Universe phase 4, sekarang aku tarik ucapanku. Selama tiga hari terakhir, aku nonton film Marvel. Satu adalah Sangchi, superhero Asian-representative yang diangkat ke layar lebar. Sangchi aku nonton di Disneyplus karena kebetulan sudah rilis di platform tersebut, jadi alhamdulillah gak perlu ke bioskop. Lalu yang kedua, hari ini aku nonton Eternals karena memang sudah janjian sama teman. Eternals ini kebetulan nonton di bioskop karena baru rilis di Indonesia. Karena males nulis reviewnya satu-satu jadi aku rapel aja langsung di postingan yang sama.

SANGCHI

Yang pertama adalah Sangchi. Sejak film ini rilis dulu, jujur aku nggak berharap banyak. Karena aku berpikir film ini tuh cuma another inclusivity card which Hollywood is trying to pull. Setelah bergerak dengan mengangkat kaum kulit hitam di produksi film Black Panther, Hollywood mulai menyoroti pasar Asia. Konon kata teman yang mau berangkat ke US, sentimen Asian-American memang masih marginal dan terdiskriminasi di sana. Berdasarkan asumsi tersebut, aku jadi nggak terlalu excited. Ya karena memang niatannya juga inklusifitas kan? Dan biasanya kalau udah mengandung sentimen inklusif gitu gak ada yang bisa diharapkan.

Lalu minggu lalu, aku telponan dengan salah seorang teman yang sudah nonton Sangchi. Dia bilang Sangchi bagus walaupun awalnya dia juga berpikir sama denganku, bahwa film ini tuh murni soal inklusifitas. Dia meyakinkanku kalau film ini nggak cuma tentang hal tersebut. Adikku yang beberapa waktu lalu nonton di bioskop juga bilang kalau film ini bagus, tapi aku masih bergeming. Hm apakah benar kata mereka kisanak?

To be very honest, setelah nonton Sangchi lewat platform streaming aku tidak merasa menyesal. Nggak sampe bikin aku bilang "Wah sayang banget gak nonton di bioskop." Biasa aja. Se-biasa itu memang. Sama biasanya dengan setelah aku nonton Black Widow di Disney Plus. Sampai malam setelah nonton Sangchi, aku jadi merasa bahwa mungkin Eternals juga akan sama tidak bisa diharapkannya.

Sangchi menceritakan tentang seorang pria yang dari lahir memang bernama Sangchi, in present day dia tinggal di California dan bekerja sebagai valet parkir bernama Shaun (Simu Liu) dengan sahabat baiknya Katy (Awkwafina). Sebelum disorot ke masa saat ini dimana dia bekerja sebagai valet parkir, terdapat prolog yang lumayan panjang dan cukup mengingatkanku pada film laga China zaman dulu. Sebuah kisah "that's how I met your father" dari sang Ibu. Alkisah Bapak dan Ibu Sangchi ini orang sakti, si bapak adalah mafia yang sudah hidup sekian ratus tahun berbekal The Legend of 10 Rings-nya. Lalu sang Ibu adalah salah seorang warga desa yang penduduknya orang sakti, Ta Lo. Yang awalnya si bapak ingin menjajah desa sang Ibu, tiba-tiba jadi jatuh cinta. They lived happily and Sangchi was born.

Masalah baru lahir ketika si Bapak tiba-tiba menyuruh algojonya untuk menemui Sangchi dan dengan paksa mencuri kalung warisan si Ibu. Di situ, Sangchi merasa bertanggung jawab untuk menyelamatkan adiknya dan di situ pula terkuak siapa Sangchi sebenarnya. Berbeda dengan film superhero Marvel sebelumnya, Sangchi ini adalah salah satu karakter anime yaitu karakter yang jadi kuat karena latihan. Power is not a blessing, he earned it. Saat dia berusaha untuk menyelamatkan sang adik, eh ternyata si adik justru tidak selemah itu. Dan justru mereka berdua bersatu kembali ke markas si ayah untuk kisah selanjutnya.

Rupanya sang Ayah sengaja melakukan hal tersebut untuk mengundang Sangchi dan adik kembali ke rumah. Di sana dia bercerita bahwa sang Ibu belum meninggal tapi ditahan di desa kelahirannya. Sangchi dan Xu Xialing si adik justru diberikan misi untuk menemukan desa tersebut. Karena satu dan lain hal, Sangchi memang berhasil ke desa sang Ibu tapi tidak untuk melaksanakan permintaan ayahnya. Justru di situlah dia mengetahui jati diri sang Ibu sesungguhnya dan apa yang akan dia hadapi selanjutnya karena keinginan sang Ayah yang masih belum menerima bahwa sang Ibu telah tiada.

Plot cerita ini Sangchi ini cukup simpel. Super simpel bahkan. Dan sepanjang film rasanya seperti bukan menonton film Marvel tapi film Asia zaman dulu. Walaupun harus kuakui di sini Awkwafina jadi agak berbeda dari karakter yang biasa dia mainkan biasanya. Mulutnya masih tajam dan seenaknya tapi di sini Awkwafina jadi lebih feminim dan apakah dia menjadi love interest Sangchi? Lalu jati diri si Sangchi ini sebenarnya agak mengadaptasi jati diri Killua juga. Jadi setelah film usai aku menghela napas dan menarik kesimpulan: Oh jadi begini ya kalau Killua nggak ikut ujian hunter tapi malah jadi superhero Marvel?

Dan pada kesimpulannya, Sangchi tuh memang se-biasa itu. Dibandingkan dengan beberapa film Marvel sebelumnya. Film ini se-biasa itu. Entah kenapa aku merasa ada yang kurang nendang dan sepertinya aku juga tidak akan tertarik untuk menonton film kelanjutannya di bioskop. Sungguh berbeda dengan Eternals.

ETERNALS

Sementara itu hari ini aku sangat puas dan tidak menyesal telah nonton Eternals di bioskop. Padahal sejak teaser dirilis, aku sudah nggak tertarik untuk menonton film ini. Pasalnya di trailer yang diperlihatkan hanya di sekitar "Kalau Eternals kuat, kenapa mereka tidak membantu Avengers saat melawan Thanos?"

Ternyata kisahnya tidak begitu kisanak.

Eternals merupakan makhluk yang tiba di bumi sejak peradaban babilonia. Tugas utamanya saat diperintahkan untuk turun ke Bumi adalah memusnahkan Deviants. Deviants ini bukan manusia ya. Deviants merupakan makhluk yang bersifat predator. Kalau dia bisa makan manusia mah dia makan aja. Karena di peradaban zaman dulu manusia belum secanggih sekarang, Eternals hadir untuk membasmi para Deviants ini. Di sisi lain, Eternals juga membantu manusia untuk membangun peradaban.

Justru film ini berasa dekat dan relatable karena memang menggunakan referensi dari dunia nyata. Mulai dari peradaban Babilonia hingga Mesopotamia. Tim Eternals yang turun ke bumi ini dipimpin oleh Ajak (Salma Hayek) yang memiliki kekuatan untuk regenerasi. Lalu ada Sersi (Gemma Chan) yang dapat mengubah apapun yang ia sentuh menjadi apapun yang ia pikirkan. Ada Ikaris (Richard Madden) yang memiliki kekuatan seperti Superman yaitu pandangan laser, superhuman strength, dan kemampuan terbang. Ikaris ini merupakan awal dari kisah Icarus dan merupakan Eternals terkuat, hal ini divalidasi oleh Eternals lain yang ngaku bakal kalah kalau lawan Ikaris meskipun mereka bersatu padu. Ada Druig (Barry Keoghan) yang mampu mengontrol pikiran manusia. Ada Sprite (Lia McHugh) yang dapat membuat ilusi. Ada Makkari (Lauren Riddoff) yang memiliki superhuman speed bahkan dia lebih cepat dari The Flash dan Quicksilver. Eh gimana tidak? Dia bisa lari melintasi benua dalam waktu kurang dari sehari. Ada Kingo (Kumail Nanjiani) yang punya Rei-gun. Iya ini referensi dari Yu Yu Hakusho karena Yusuke punya Rei-gun dan Shot-gun. Ada Phastos (Bryan Thre Henry) si engineer. Dan si Dewi Perang Thena (Angelina Jolie), ingat ya namanya Thena huruf A-nya nggak ada. Terakhir ada Gilgamesh si tangan besi (Ma Deong Seok)

Premis Eternals ini dikupas perlahan seperti kulit bawang. Awalnya penonton hanya tahu mereka immortal. Tugasnya untuk melawan Deviants. Ternyata ada rahasia yang pelan-pelan dikuak. Mulai dari misi mereka yang sebenarnya hingga konflik internal. Dan bisa dibilang memang Eternals ini bicara konflik internal. Intinya kalau mereka mau mengalahkan musuh, mereka harus bersatu. Sayangnya, ketika penonton tahu jati diri Eternals sebenarnya maka masuk akal bahwa mereka tercipta untuk misi lain yang ujung-ujungnya membinasakan populasi manusia. Dan si Eternals yang mulai nge-blend dan cinta bumi ini jadi memiliki rasa dilema. Antara harus menjalani tugas sebenarnya sebagaimana layaknya mereka diciptakan. Atau harus melindungi warga bumi yang "Apakah mereka pantas untuk diselamatkan?"

Peraturan utama dari kemunculan Eternals di muka bumi adalah tidak ikut campur dalam konflik manusia. Seperti The Watcher. Mereka tidak boleh intervensi. Baik itu perang saudara atau apapun. Kekuatan mereka digunakan hanya jika Deviants terlibat. Beberapa anggota Eternals seperti Druig merasa hal itu tidak benar. Karena sebetulnya Eternals dapat dengan mudah membantu manusia untuk tetap damai. Namun di lain sisi, perpecahan dan segala masalah itulah yang justru membantu manusia untuk memiliki peradaban yang semakin canggih. Ada juga beberapa momen dimana Eternals merasa bahwa manusia memang tidak pantas untuk dibantu, seperti Phastos yang kehilangan harapan pada manusia karena teknologinya digunakan untuk hal yang tidak semestinya.

Hidup 7000 tahun di bumi dan kilasan sejarah di Eternals ini begitu melekat. Mungkin itulah yang membuat film ini berasa nyata adanya. Jujur, sepanjang film aku hampir percaya bahwa segala macam hal yang ada di buku sejarah itu memang mengandung kebenaran dari kisah Eternals ini sendiri. Apalagi di premis utama yang sebenernya disajikan dan membuatku begidik ngeri pas nonton. Apakah hal buruk itu akan benar-benar terjadi di dunia ini?

Lalu Eternals ini menyajikan plot twist. Kayak, tumben banget Marvel bikin film ada plot-twistnya. Selain plot-twist ada juga ending yang membuat penonton jadi mikir-mikir "Kok ini orang memutuskan untuk bunuh diri?" atau "Lalu apa yang terjadi setelah ini?" atau "Ini tuh levelnya udah level Tuhan ya?" semacam itu.

Eternals ini sepertinya menjadi gerbang untuk universe Marvel yang makin lama makin susah untuk dicerna otak. Karena sekarang urusannya bukan cuma inter-galaksi tapi inter-semesta. Ya ada semesta, galaksi, realitas, dan lain sebagainya di luar sana. Lalu ada Tuhan? Ada makhluk yang nggak bakal bisa dikalahkan oleh Avengers biasa. Urusannya sudah hampir supranatural. Se-besar itu. Karena Eternals inilah aku jadi memiliki secercah harapan untuk betapa besarnya desain Marvel Cinematic Universe nantinya. Bila ditilik ulang dari Loki dan What If, segalanya mungkin terjadi. Dan kita nggak akan pernah tahu bagaimana endingnya nanti.

On the negative side, walaupun Ma Deong Seok bahasa Inggrisnya bagus alias bukan Konglish, rolenya cukup sedikit. Dialognya juga sedikit. Jadi berasa banget dia ada di sini cuma untuk inclusivity card. Selain Ma Deong Seok sebagai Asian representative, ada juga disabled representative, dan Brown representative. Bahkan ada adegan Bollywoodnya juga yang cukup sukses mengocok perut. So far, Eternals sepertinya adalah film MCU terbaik di phase 4 dari film-film yang sudah aku tonton. Another negative note, karena film ini masuk ke Indonesia di rating PG-13, sensornya jelek banget dan aku rasa nggak penting. Mending dibikin rating 18+ aja tapi bebas sensor.

Comments