Attack on Titan: The Final Exhibition

Sudah satu tahun belakangan ini aku freak dan obsessed banget pada Attack On Titan (Shingeki no Kyojin). Ini semua karena cerita dari temanku ditambah influence dari adikku dan rasa penasaranku setelah baca Quora. Kayaknya kebucinanku pada Eren dan juga Attack On Titan ngga akan reda hingga beberapa tahun ke depan, sama seperti betapa aku freak dan obsessed terhadap Hunter X Hunter hingga hari ini. Awet banget loh, dari aku umur 11 tahun hingga aku hampir 30 tahun di 2023 ini.

Mumpung bucinnya masih seger-segernya, ditambah lagi aku juga masih sexy, free, and single kebetulan sekali ada pameran Attack On Titan yang dipersembahkan oleh SPACElogic. Lokasi exhibition di Jakarta kali ini adalah di AKR Tower SL+ Jakarta Barat. Sungguh kalau ngga gara-gara Attack On Titan, ngga akan aku main ke Jakarta Barat. Sekalinya main ke Jakarta Barat yaitu Maret 2020 tepat sebelum pandemi. Dari situ aku kapok. Ngga akan main ke Jakarta Barat lagi karena jauh banget. Eh sialnya Attack On Titan: The Final Exhibition malah diadakan di Jakarta Barat juga. Sejujurnya lokasi pameran Attack On Titan ini dekat dengan Museum MACAN jadi seharusnya aku yang sudah pernah ke sana di tahun 2020 ngga terlalu salah jalan.

Ya, memang ngga salah jalan sih. Cuma entah kenapa aku merasa perjalanan hari ini tuh kayak jauh banget. Estimasi dari Google Maps 34 menit eh malah molor sejam. Ini bener-bener deh kalau ngga karena Eren Jaeger, ngga akan aku begini. Memang aku bulol (bucin tolol).

Anyway, Attack On Titan: The Final Exhibition ini diadakan dari tanggal 17 Juni hingga 22 Oktober 2023 nanti dengan tiket yang tersedia di tiket.com seharga Rp 180.000. Kayaknya memang pameran satu ini bertujuan untuk mengantarkan para pengunjung menjelejahi ulang dunia rekaan Hajime Isayama sebelum season finalnya betulan dirilis Oktober tahun ini. Lagian season finalnya ngga dibikin sekalian aja kenapa sih? Awal tahun ini episode menuju finalnya sudah dirilis dan sudah di tahap para alliance (aliansi) mulai menyerbu Eren yang sudah melakukan Rumbling di luar Pulau Paradis.

Attack On Titan: The Final Exhibition sebetulnya lebih menitikberatkan pada komik (manga) daripada anime. Aku sebagai seseorang yang bucin karena nonton animenya lebih dulu sebetulnya merasa agak sedikit kecewa karena visual animenya hanya ditampilkan sedikit sekali dan itupun lebih banyak di bagian akhir dalam bentuk visual summary animenya yang sudah berjalan 5 season. Sejujurnya aku ngga terlalu suka gambar manga Attack On Titan meskipun harus diakui kalau gambar Hajime Isayama betulan mengalami upgrade sepanjang serial ini berjalan. Dan sebetulnya kalau sudah datang ke pameran ini, penggemar Attack On Titan akan semakin mengagumi karya Hajime Isayama karena sequence fighting para titannya cakep banget.

Lalu sama seperti pameran dan museum kontemporer yang sudah aku datangi, ngga mungkin kalau pameran ini ngga menawarkan immersive experience dong? Nah Attack On Titan: The Final Exhibition ini menampilkan immersive experience di satu section. Dibuka dengan narasi prolog terkait sejarah titan dan sedikit summary soal garis besar cerita di Attack On Titan, lalu pengunjung diberikan pilihan: Are you living inside the Wall? or Are you the people from outside the wall?


Either way, memang bangsa Eldia ini kasihan dilihat-lihat dari segi manapun. Mau hidup di dalam atau di luar tembok, mereka tuh tetap saja bangsa paling marjinal di universe Attack On Titan.

Kalau kamu memilih "Live inside the Wall" maka kamu akan membaca panel-panel dari perspektif Eren. Kurang lebih sama seperti anime Season 1-2. Kalau kamu memilih "People from Outside the Wall" maka kamu akan membaca panel-panel manga dari perspektif Reiner yang tumbuh dengan propaganda bahwa ras Eldia yang tinggal di dalam tembok adalah Bad Eldians. Sedih ya? Bahkan satu ras-pun membenci satu sama lain loh.

Ngomongin soal pararelitas, sebetulnya aku baru menyadarinya setelah mengunjungi exhibition Attack On Titan ini. Ternyata Eren itu memang Reiner in another universe aja, meskipun pada akhirnya Hajime Isayaman malah menyimpan Reiner si anak kesayangan. Ya gimana ngga, Reiner itu mau dicoba dibunuh apapun bentuknya ngga mati-mati. Salah satu hal yang paling aku ga suka dari Reiner adalah fakta bahwa dia masih hidup sementara Eren sudah mati. Dan ya memang Eren juga mengakui kalau dirinya itu mirip dengan Reiner. Apa yang pernah Reiner lakukan, menghancurkan kehidupan Eren ya karena Reiner ngga punya pilihan. Sama seperti Eren ngga punya pilihan lain selain melakukan genosida besar-besaran. Kalau dipikir-pikir lagi ngga ada pilihan yang lebih baik bagi Eren apapun bentuknya.

Pacifist seperti Armin? Yang menitikberatkan pada negosiasi dan pembicaraan? Kayaknya ngga mungkin terjadi. Toh pada akhirnya, meskipun Eren berhasil melakukan rumbling, dianggap sebagai penjahat terbesar sepanjang sejarah juga bangsa dunia tetap ngga suka sama Ras Eldia. Memang pada dasarnya kemanusiaan itu begitu, terlalu fokus mengkotak-kotakkan ras, wilayah, dan ideologi politik masing-masing aja. Mau pacifist seperti Armin pun memang ngga menyelesaikan masalah selama dunia itu ngga di-reset jadi nol. Semua berawal dari nol. Sejarah harus ditulis ulang. Idealnya begitu.

Eh tapi kalau aku menulis begini berarti aku adalah ekstremis dong?

Kembali lagi ke pameran Attack On Titan, sesuai dengan penjelasan di atas kebanyakan yang di-display di pameran ini adalah panel-panel manga Attack On Titan. Meskipun tentunya ngga semua volume di-display di sini. Yang aku suka adalah displaynya itu sepertinya memang sketsa sebelum turun cetak jadi manga. Sudah 90% jadi, bukan halaman komik yang di-display begitu saja. Ada beberapa panel yang bahkan dialognya masih ditulis pakai pensil. Di situ aku benar-benar melihat goresan-goresan pena Hajime Isayama. Lalu sebagai orang yang pernah jadi asisten komik amatir pas SMP aku jadi melihat juga penggunaan stiker titik-titik di beberapa bagian. Inkingnya juga sebetulnya terlihat jelas kalau diperhatikan lamat-lamat.

Selain pameran berbentuk panel manga, Attack On Titan: The Final Exhibition juga menampilkan beberapa visual seperti visualisasi komik di scene Attack Titan in Marley dari pidato Willy Tybur, 5 Min Interview of Hajime Isayama, dan key Summary anime Attack On Titan. Ada juga replika kepala Titan Kolosal yang ikonik di Season 1 Attack On Titan ini. Jujur yang paling memorable buatku adalah ruangan sketsa kasar Hajime Isayama dalam seksi 5 min interview. Di situ Hajime Isayama ngobrol soal proses pembuatan manga Attack On Titan dan mengakui bahwa mungkin karakter yang mendekati dirinya di dunia nyata adalah Eren. Ya berarti Hajime Isayama adalah orang yang ekstrem juga ya?

Di ruang sketsa itu aku terus berpikir kalau Hajime Isayama bikin karya berikutnya. Attack On Titan ini merupakan salah satu anime yang membuat aku takjub terus ngga peduli berapa kali aku rewatch show-nya. Semua karakternya punya plot point dan dikembangkan dengan matang dan baik. Semua karakter itu karakter sentral, ngga cuma pemeran figuran. Semua karakter membangun plot akhir Attack On Titan. Aku ngga kebayang bagaimana Hajime Isayama akan terbebani level Attack On Titan yang sekarang dalam karyanya selanjutnya. Baik dari segi desain karakter hingga pengembangan plot. Sejauh ini, cuma Attack On Titan yang punya karakter ngga sia-sia sepanjang serial dari semua anime yang pernah aku tonton. Biasanya karakter figuran itu cuma datang dan pergi. Tapi Hajime Isayama ini menariknya bisa membuat karakter yang ngga penting jadi penting dan punya latar belakang cerita.

Walaupun harus diakui memang ada plothole-plothole juga di Attack On Titan. Cuma plothole itu ngga serta merta membuatku jadi melupakan betapa aku obsessed banget pada Attack On Titan.

Di Attack On Titan: The Final Exhibition juga ada Wall of Fame masing-masing karakter, saking ya itu semua karakter dalam series ini punya porsi dan sama pentingnya dalam keseluruhan plot cerita. Dimulai dari trio Eren, Armin, Mikasa berlanjut ke Erwin, Levi, Hange hingga para Marleyan. Pas lewat Hall of Fame Erwin, hatiku rasanya anjlok. Sebab Erwin Smith ini juga salah satu karakter yang deserve all the respect. Despite his dark demeanor to sacrifice a lot of people to achieve his goal. Cuma ya balik lagi, kalau ngga ada leader kayak Erwin dunia Attack On Titan akan stuck di situ-situ aja. Justru yang mengantarkan kemajuan cerita salah satunya adalah keberadaan Erwin. Beneran sih, aku ngga pernah se-respect ini ke karakter 2D kecuali ke Erwin Smith. He's the true leader!

Akhir kata, menurutku untuk harga Rp 180 ribu pemeran Attack On Titan ini cukup sesuai dengan harganya. Walaupun yah memang kalau bisa gratis mah gratis aja. Namun aku sadar bahwa untuk mengadakan pameran ini, penyelenggara juga perlu pinjem lisensi dari Hajime Isayama jadi ya sudah anggap saja impas. Apalagi nampaknya para wibu juga sangat excited dengan keberadaan pameran Attack On Titan ini. Ngga sedikit orang yang suka banget sama Attack On Titan bahkan sampe punya cloak-nya dan tadi aku juga bertemu dengan orang yang betulan pakai kostum Attack On Titan lengkap, dari pake seragam tentara Chosa Hedan (Survey Corps) sampai pake jubahnya segala. Mungkin next time aku memang harus cosplay jadi Mikasa Ackerman.

Well anyway, semakin ke sini memang kalau dipikir-pikir aku akan semakin suka sama Attack On Titan. Sejauh ini belum ada anime yang menurutku keren banget selain Attack On Titan. Keren dalam hal development cerita, sindiran terhadap isu sosial, hingga pengembangan karakter. Komplit banget deh. Ya ampun maafkan ya kalau udah ngomongin Attack On Titan tuh begini banget. Dan tentu saja sebagai seseorang yang bucin Attack On Titan, berkesempatan untuk datang ke pameran Attack On Titan di Jakarta tahun ini juga merupakan salah satu bentuk rezeki!



Comments