Review Buku: Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah

Untuk ke-sekian kalinya dalam blog ini aku harus bilang bahwa hidupku nggak jauh-jauh dari DAY6. Yah, selain karena mereka tuh relatable banget, kebetulan aku juga sedang tidak baik-baik saja. Beberapa waktu belakangan, aku merasa membutuhkan sesuatu untuk healing. Entah itu bacaan ataupun tontonan. Terutama sih bacaan ya, karena setelah baca buku I want to Die but I want to Eat Tteokpoki tahun lalu aku merasa ada sedikit suntikan semangat dalam menjalani hidup. Terutama dalam bagian menerima diri sendiri. Nah, tahun lalu juga saat Park Sungjin si manusia kesayanganku ini hiatus dari kegiatan grup DAY6, dia membaca buku berjudul "Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah" karya Geul Bae Woo.

Waktu itu, banyak MyDay yang memesan buku versi Koreanya asli. Aku waktu itu juga penasaran tapi tidak se-penasaran itu sampai harus beli buku versi Bahasa Koreanya, ya aku sadar diri kok Bahasa Koreaku nggak bagus-bagus amat. Daripada mubadzir, lebih baik aku tunggu versi terjemahannya saja. Pasti ada. Begitu pikirku waktu itu. Dan benar saja, salah satu penerbit lokal yakni Penerbit Haru memberikan kabar gembira karena mengalihbahasakan serta akan segera menerbitkan buku yang kumaksud dalam bahasa Indoensia. Tanpa pikir panjang, aku sudah mengambil keputusan bulat: "Baik, aku akan membelinya."

Nah, pada 24 Juni lalu buku itu sudah sampai di tanganku. Dan pada 26 Juni aku selesai membacanya. Sebenarnya buku ini cukup tipis dan bisa dibaca dalam sekali waktu, cuma akunya saja yang akhir-akhir ini mudah terdistraksi dengan sosial media dan pekerjaan sehingga aku menyelesaikan bukunya dalam waktu 3 hari alias baca santai. Lalu bagaimanakah pendapatku mengenai buku self-improvement ini?

Pertama-tama, jangan mengharap buku ini adalah buku bacaan panjang. Nggak dan bukan. Buku ini merupakan esai yang sebenarnya bukan esai juga bentuknya. Awalnya kukira buku ini kumpulan puisi, ternyata nggak, memang cerita saja tapi bentuknya kayak puisi gitu. Tidak menggunakan metafora, menggunakan makna harfiah tapi ditulis lebih singkat. Isinya ada tiga bagian besar: Kau Pasti Bisa Mewujudkan Banyak Hal, Meski Jatuh Berulang Kali; Untukmu yang Kelelahan Karena Selalu Menahan Semua Sendirian; Kesukaan Yang Paling Menunjukkan Jati Diri.

Masing-masing bagian sebenarnya tidak terlalu terpaku pada satu topik yang menjadi Headline utama bab tersebut. Sekumpulan esai dan cerita yang dituliskan Geulbaewoo ini mengalir begitu saja tanpa terlalu memperhatikan bagian per bagiannya. Yang jelas, di sini dia tidak berusaha menggurui namun bercerita, atau lebih tepatnya mengisahkan ulang pengalaman hidupnya. Dimulai dari usaha pakaiannya yang gagal, dia bangkrut dan harus pergi ke Seoul, tinggal di Goshiwon yang lebih tepat disebut sebagai gudang. Sampai cara dia memulai usaha baru dan kemudian memutuskan untuk menekuni apa yang dia suka: menulis.

Membaca buku "Lelah" ini seperti membaca perjalanan Geulbaewoo, walaupun dalam beberapa hal aku masih merasakan ada sedikit toxic positivity yang tersirat: narasi lama seperti usaha tidak akan mengkhianati hasil. Sementara menurut pendapatku hasil itu tergantung dari berbagai macam faktor, tidak hanya usaha keras saja namun ada faktor keberuntungan juga di dalamnya. Namun kisah-kisah yang dituliskan Geulbaewoo setidaknya membuat kita lebih merasa bersyukur, some things are easier for us than him. 

Ada juga contoh-contoh kegagalan yang dia alami, dan siapa sih yang tidak mengalami kegagalan di dunia ini? Bahkan Steve Jobs dan Bill Gates pun pernah gagal. Namun kadar kegagalan Geulbaewoo rasanya lebih dekat dengan pembaca, karena ya Geulbaewoo berasal dari keluarga yang tidak kaya. Kegagalan dia pun berkutat di sekitar: omongan orang-orang yang meremehkan mimpinya, betapa bikin usaha itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, atau gagal di perkuliahan. Dan yang terakhir, kegagalan percintaan. Jujur saja, di bagian kedua Geulbaewoo lebih banyak membicarakan mengenai percintaan dan bagaimana cara kita menjaga sebuah hubungan dengan orang lain. Ketika dia banyak bicara mengenai kegagalan cinta, rasanya aku nggak terlalu nyaman membacanya. Karena ya aku sedang tidak dalam fase itu.

Namun bagian pertama dan ketiga, aku merasa sangat dekat dan mengalaminya. Di saat itu aku berpikir: nggak herana kenapa Park Sungjin memilih buku ini untuk dibaca ketika dia sedang kalut. Sepertinya membaca hal yang mirip dengan kondisi yang kita alami, agaknya sedikit melegakan. Bahwa kita nggak sendirian. Bahwa there's always silver lining after the storm. Contoh bahwa ketika kita merasa nggak apa-apa itu wajar, kalau orang-orang menganggap kita kurang berkompeten, atau kita menganggap diri kita sendiri terlalu lemah dan tidak berdaya. Itu hanya karena kita hanya butuh waktu untuk beristirahat lalu menata ulang pikiran kita. Istirahat sebentar dan menjauh dari hal-hal yang kita rasa rutin dan membosankan juga tidak apa-apa.

Bagian pertama dan ketiga buku ini seolah-olah memberikanku validasi, bahwa apa yang kulalui dan kurasakan ini valid. Aku yang sedang merasa nggak fit in dengan tempat kerja yagn sekarang, aku yang merasa ingin meraih sesuatu yang lebih di luar sana, aku yang nggak berani ambil risiko untuk melakukan sesuatu. Bahkan setelah membaca buku ini, terbersit satu ide gila di otakku: Bagaimana kalau aku memutuskan resign? Karena bisa jadi dengan jawaban resign itu aku memang bahagia.

Pertanyaannya: apa yang benar-benar membuatku bahagia? Bukankah kebahagiaan itu berasal dari dalam diri sendiri? Hal ini juga dijawab oleh Geulbaewoo dengan perumpamaan Hamburger. Dia bilang kalau kita lapar dan ingin Hamburger ya kita harus menyelesaikan rasa lapar itu. Bisa jadi Hamburger bukan hal yang menyelesaikan rasa lapar, kalau tidak makan Hamburger tidak apa-apa yang penting rasa laparnya harus dibereskan. Artinya kira-kira: bila ada masalah atau sesuatu yang membuat kita merasa tidak puas atau sedih, ya akar masalahnya di situ jangan dibelokkan ke hal lain. Karena walaupun kita makan Hamburger, kalau tidak puas maka rasa lapar itu akan terus ada.

Selain memberikanku beberapa hal untuk dipikirkan, buku ini juga memberikanku PR untuk diselesaikan. PRnya ya masalah hidupku sendiri hahaha. Nah, buat kalian yang sudah membaca buku ini, yuk berbagi kisah di kolom komentar.

Comments