Menjadi Tua dan Menyenangkan di The Dream Show
The Dream Show (dok. pribadi - do not take it without credit) |
Menjadi fangirl bagiku rasanya nggak pernah ada akhirnya. Ini sudah tahun ke-12 dan bisa kubilang bahwa tiga tahun terakhir merupakan era keemasanku menjadi seorang fangirl. Bagaimana tidak? Mulai dari beli album sampai nonton konser, semua bisa kulakukan. Bahkan sejak tahun 2017, aku rutin menonton konser K-Pop setidaknya dua kali dalam satu tahun. Bukan, bukan karena aku memiliki banyak uang, tapi karena aku beruntung saja. Di tahun 2019 kemarin saja, aku bisa nonton Konser TVXQ karena aku menang hadiah kuis. Agista indeed a lucky bastard!
Sementara itu di tahun 2020 ini, akan ada serentetan konser yang sudah aku tandai untuk ditonton. Bahkan aku mendedikasikan Dream Saver Jenius untuk nonton konser K-pop. Di awal tahun ini saja, ada dua konser yang akan aku datangi secara dua minggu berturut-turut yaitu The Dream Show yang dilaksanakan 1 Maret 2020 kemarin dan Head in The Clouds tanggal 7 Maret 2020 (minggu depan). Mungkin memang Tuhan sengaja mengabulkan keinginanku dan mendengar doaku, tinggal di Jakarta, punya pekerjaan, merupakan the ultimate perks a fangirl ever have!
Sebelum The Dream Show, sebenarnya Head in The Clouds dengan bintang tamu Day6 sudah diumumkan terlebih dahulu jadi aku justru beli tiket HITC lebih dulu. Sempat muncul perbincangan antara aku dan temanku, Mbak Adis, mengenai kemungkinan datangnya The Dream Show ke Jakarta. Namun aku tidak berharap pelaksanaannya terlalu dekat dengan Head in The Clouds. Lagipula sejak pengumuman akan ada konser 88rising di Jakarta ini, aku sudah tertarik namun kehabisan tiket pre-sale. Begitu Day6 diumumkan masuk line up, tanpa pikir panjang aku membeli tiketnya. Dan nggak lama setelah itu, The Dream Show announce! Bayangkan!
Baru saja aku beli tiket HITC, promotor mengumumkan seating plan dan harga tiket The Dream Show. Kalang kabut? Iya! Ada uang? Iya juga! Thanks Jenius, aku punya cukup Dream Saver untuk beli tiket The Dream Show.
Dalam konser dedek-dedek gemes yang kucintai ini, aku sengaja tidak membeli tiket yang paling mahal yaitu Blue (Festival) dan Pink (seating). Mengapa? Karena aku memang sengaja mem-budgetkan pengeluaran konser terbesarku untuk konser solo Day6 nanti (kalau jadi ke Jakarta, nggak tahu kapan). Budgetku untuk NCT Dream terus terang di bawah Rp 2 juta, jadi aku memilih section Green. Mengingat aku juga sudah tua dan fans Dreamies adalah bocah-bocah under twenties, aku tidak mau gambling dan kelelahan melawan mereka di Festival nanti. Dengan perhitungan yang matang, aku lanjutkan untuk memesan tiket Green (plus member). Soal member ini, sebenarnya agak di luar rencanaku. Awalnya aku sengaja langganan member salah satu promotor sebagai langkah awal persiapan untuk konser Day6 (lagi-lagi). Berhubung ada benefit pembelian tiket pre-sale untuk member, aku iseng mencoba mendaftar member promotor yang bersangkutan. Aku tidak berharap apa-apa karena biasanya proses pembuatan member ini memakan waktu 3 hari. Jadi aku sudah berpikir untuk beli tiket regular. Ternyata, pengajuan memberku dikabulkan dalam satu hari saja! Kamis daftar, Jumat langsung di-approve. Yang paling beruntung lagi, penjualan tiket pre-sale untuk member juga dibuka di hari Jumat! Sepertinya semesta memang mendukungku untuk menjadi hedon di bidang fangirling-an ini. Indeed lucky!
Jumat itu aku masih dinas di luar kota, jadi aku membeli tiket untuk section yang aku inginkan di bandara. Awalnya aku sudah menawarkan tiket untuk temanku yang ingin di festival, setelah melakukan cukup riset, aku dan temanku mengurungkan niat itu. Takut ada risiko yang akan merugikan kami lain kali karena cheating the system. Tapi pada akhirnya, sistem member ini masih bisa dicurangi juga. Mungkin karena bertransaksi di bandara, aku salah transfer pembayaran tiket. Lagi-lagi setelah mendapatkan keberuntungan, Agista mendapatkan kesialan. Seharusnya aku transfer pembayaran ke rekening tiketing promotor namun aku transfer ke rekening pembuatan member -_-
Parahnya, aku baru tahu kalau salah transfer dua minggu kemudian. Promotor ini memang mengecek transaksi secara manual, sistem ini menurutku cenderung obsolete dan harus diupgrade sih. Begitu tahu salah transfer, akhirnya aku mengeluarkan dana dadakan untuk membayar tiket yang harusnya sudah aku lunasi itu. And only God knows when will my money come back to me.
Inside the venue (dok. pribadi - do not take it without credit) |
Drama pertiketan ini masih belum berakhir hingga H-6 The Dream Show, promotor baru mengirimkanku bukti approval pembelian tiket lengkap dengan seating Hari Senin, 24 Februari 2020. Baru setelah mendapatkan tiket itu aku tenang dan sejenak melupakan uangku yang salah transfer lalu entah kapan kembalinya. Setelah mendapatkan bukti approval tiketing, H-1 konser aku menukarkan bukti tersebut dengan tiket fisik. Ini pun tak lepas dari drama karena aku juga harus menukarkan tiket Head in The Clouds. Dramanya lebih ke kesasar dan salah jalan di Fatmawati bukan drama yang gimana-gimana sih. Jadi lebih baik tidak diceritakan. Agista salah jalan dan kesasar itu sudah biasa, lagu lama.
Sesungguhnya di antara kebahagiaan terselip kepedihan, sudah susah-susah nukerin tiket HITC ke Fatmawati, eh acaranya ditunda (re: dibatalkan) gara-gara kasus virus Corona.
Anyway, hari H telah tiba! Sebenarnya di minggu yang sama dengan dihelatnya The Dream Show, jadwalku cukup padat. Senin sampai Jumat, aku harus menghadiri pelatihan di Bandung. Otomatis aku harus travelling berangkat pagi pulang malam. Di hari Sabtu, seperti yang kuceritakan di atas, aku berkeliling Jakarta (literally) untuk mengambil tiket dan mengajak temanku untuk mengunjungi Museum MACAN. Lalu Minggu adalah hari konser dilaksanakan.
Sempat ada perasaan was-was tapi excited! Was-was karena harus berada di satu kerumunan orang banyak di tengah Corona outbreak, apalagi ada juga fans Jepang dan Korea yang hadir di situ. Excited karena akhirnya aku bertemu dengan dedek-dedek Dreamies yang nggak tahu masa depan mereka bakal seperti apa. Ya ini semua karena sistem graduation di subunit NCT Dream. Seperti Mark yang sudah menginjak usia legal 2 tahun lalu, Mark 'lulus' dari NCT Dream. Tahun ini, empat member yakni Renjun, Jeno, Haechan, dan Jaemin akan 'lulus' juga. Haechan sudah fix di sub-unit NCT 127 jadi tidak perlu khawatir. Namun bagaimana kelanjutan nasib Renjun, Jeno, dan Jaemin? Nobody knows, only God and SM knows!
Sistem graduation inilah yang mendasari alasanku untuk menonton The Dream Show. Pasalnya kalau tidak sekarang, kapan lagi? Bisa jadi mereka berada di subunit yang berbeda. Dan bisa jadi aku tidak suka subunit itu?
Sama seperti saat konser TVXQ! dihelat, kali ini aku datang ke konser bersama dengan Mbak Adis, dia mengenalkanku pada temannya bernama Mbak Mones. Kami bertiga termasuk K-Popers angkatan tua. Mbak Adis dan Mbak Mones sejak zaman DBSK masih beranggotakan 5 orang dan aku sejak 2008. Kami dipersatukan oleh kekuatan kegemesan adek-adek NCT Dream. Dan aku ingat banget bahwa sebenarnya Mbak Adis dulu tidak terlalu into NCT meskipun aku meracuninya sekuat tenaga. Eh sekarang malah dia yang lebih bucin pada dedek-dedek NCT daripada aku (Agista sudah bucin ke Day6 soalnya).
Saat The Dream Show, karena venue-nya di Istora Senayan, harusnya aku berangkat agak lebih siang. Aku berpikir untuk datang pagi dan mengoleksi freebies, namun begitu sampai di venue aku menyerah pada bocah-bocah yang janjian mengenakan baju berwarna hijau neon dan menenteng sijeunibong. Datang pagi means aku belum sarapan dari rumah sehingga aku beli makan di venue. Datang pagi means, aku harus rela di-hold di luar ruangan. Sebenarnya promotor memberitahukan bahwa kami akan digiring masuk ke dalam venue dan dipersiapkan holding area di dalam ruangan sejak pukul 12 siang. Nyatanya? Wow kami dipanggang di luar ruangan hingga jam 2 siang.
Hal ini agak aneh menurutku karena waktu nonton konser GOT7 dulu, aku ingat sekali langsung digiring masuk ke indoor holding area. Sementara di The Dream Show, begitu open gate pukul 2 siang, kami langsung duduk di venue. Jangankan yang seating, yang standing juga tidak di-hold di dalam ruangan. Ditambah lagi, kami sudah harus menyerahkan minuman dan makanan selama holding di luar area tersebut. Apa tidak dehidrasi?
Beruntung rasa bete dan marah karena dijemur di luar ruangan terbalas ketika melihat (mungkin) manajer NCT lewat dan beli Starbucks. Lalu ada juga Oppa-Oppa videografer SM yang lalu lalang mengambil video kami. Tahu aku dan gerombolan adek-adek di depanku heboh, Oppa videografer itu mendekati kami dan meminta kami untuk melakukan greetings: "Please say 'NCT Saranghae!" after 1 2 3, okay?" Dan kami melakukan apa yang Oppa videografer itu minta. Untungnya aku pakai masker jadi nanti kalau muncul di video dokumentasi atau di DVD Konser, mukaku yang memalukan ini nggak bakal keliatan. Tapi yah karena Oppanya ganteng jadi agak lebih segar sedikit jiwa yang kering ini. Tak hanya aku, ada beberapa fans lain di barisan belakang dimintai hal serupa oleh si Oppa ini. Aku tidak jadi istimewa ðŸ˜
Konser yang dijadwalkan untuk mulai pukul 3 sore jadi molor 15 menit. Masuk venue jam 2, hingga sekitar 15-20 menit konser, para penonton masih lalu lalang. Sedikit mengganggu? Iya. Bahkan untuk ukuran aku yang dapat seating enak pun masih terganggu dengan penonton yang masih mondar-mandir mencari tempat duduk mereka. Ditambah lagi kondisi tubuhku sedang tidak terlalu fit, aku jadi jarang meneriakkan fanchant atau ikut bersorak sorai. Maklum sudah tua, diajak kerja keras sedikit saja, tubuh sudah manja.
Opening act dibuka dengan Go, iya itu lagu yang dulunya dikira ketuker sama NCT 127. Sebelumnya diawali VCR dedek-dedek Dreamies yang super ganteng dan bikin bocah-bocah fans dedek-dedek ini berteriak-teriak kegirangan. Agista juga jadi tante girang selama konser karena dedek-dedek terlalu gemas untuk tidak di-spazzing. Kalau boleh dibilang, tatanan panggung NCT Dream ini nggak terlalu wah. Memang sih ada sebagian play room (?) tapi stage konser The Dream Show ini terbilang cukup sempit. Bahkan saat performing di setlist kedua, Chewing Gum tidak dibawakan dengan Hoverboard seperti yang kutonton di acara-acara musik Korea.
Dedek Dreamies juga bilang bahwa sebenarnya mereka muncul di panggung menggunakan sling, di bagian pembukaan, tapi karena alasan keamanan dan panggung yang kecil mereka tidak melakukan itu. Setelah Go, dedek-dedek Dreamies lanjut membawakan lagu kotor Drippin', 119, 123, Stronger, We Go Up, Dunk Shot, Chewing Gum dan ditutup dengan Dream Run! Kalau boleh jujur sebenarnya aku nggak terlalu hapal beberapa lagu mereka kecuali yang MVnya dirilis dan yang masuk ke album Majimak Chotsarang (My First and Last). Karena di album Boom ini aku sudah jarang mengikuti dedek-dedek lagi. Positifnya, aku jadi lebih immersed dan fokus pada lagu-lagu yang mereka bawakan.
Setelah lagu Dream Run sebenarnya ada project birthday Renjun namun batal dilaksanakan karena insiden banyak CZennie pingsan. Penyebab utama hal ini adalah dehidrasi, implikasi dari terlalu lama dibiarkan menunggu di luar ruangan (ehem). Karena hal ini, anak-anak Dreamies yang di bawah umur jadi merasa dumbfounded, khawatir, dan panik jadi satu. Apalagi anak-anak ini benar-benar tidak bisa mengontrol muka mereka. Jadinya keliatan lucu banget tapi ya kasihan dengan orang-orang yang berjatuhan karena dehidrasi. Baru setelah sejumlah korban diangkut, sampai anak-anak Dreamies ikutan nunjuk-nunjuk, pihak promotor memberikan aqua gelas untuk para penonton. Dreamies juga meminta penonton di section standing untuk agak mundur ke belakang.
Sama dengan judul postingan ini, sepanjang konser Dreamies aku jadi tua. Dalam arti tubuh cranky, nggak ikutan teriak-teriak, dan jadi dihormati adek-adek yang nonton adek-adekku. Bahkan adek-adek yang duduk di sebelahku bilang "Kak, bilang ya kalau aku ngehalangin kakak nonton. Tepuk aja pundakku." WOW MAN! The perks of being old, I guess? Tapi nggak salah kan kalau jadi tua dan menyenangkan di konser dedek-dedek Dreamies? Bahkan sebelum konser mulai, saat track-track NCT Dream diputar di venue, aku ikutan fanchant dan menyanyi, mas-mas penjaga seating melihatku dan tersenyum. Aku menggoda balik mas itu, "Mas jangan senyum-senyum gitu dong." Serius, masnya ganteng.
Hidup Agista bahagia saat itu karena nemuin Mas-Mas ganteng terus.
Anyway, vibe pas nonton konser Dreamies memang tidak se-megah konser DBSK atau se-seru nonton GOT7 dan Music Bank. Tapi rasanya puas. Puas melihat adek-adek Dreamies membawakan koreografi dengan bersemangat tanpa lelah selama 1 jam 15 menitan. Sisa waktunya diisi oleh MENT, VCR yang gemes banget, dan juga drama orang-orang pingsan. Jujur saja, sepanjang konser aku berusaha menilai stage presence dan performa anak-anak ini (selain merekam). Dan untuk kali pertama sepanjang ngonser, mungkin ini adalah konser yang aku nikmati betul. Satu, karena aku berada di seating section. Dua, karena aku tidak ikutan heboh.
Stage presence paling menonjol adalah Jisung, Jisung nge-dance-nya paling sharp dan gerakannya kelihatan even dibanding Jaemin atau Jeno. Chenle sempat terlihat kelelahan dan bergerak seadanya namun dia membalas dengan memberikan performa terbaik setelah rehat. Untuk urusan suara, Donghyuck (as expected) memberikan penampilan maksimal. Apalagi Donghyuck sudah biasa tampil dengan para hyungs, jadi dia terlihat lebih berpengalaman dibandingkan dengan peer-nya. Jaemin dan Jeno tidak pelit fanservice. Pada dasarnya anak-anak Dreamies tidak pelit fanservice sih. Jadi bakal puas tuh yang melihat mereka dari dekat.
Tambahan lagi, Jisung kemarin terlihat makin menawan saja waktu pakai kacamata.
Anak-anak Dreamies ini boleh jadi makin terlihat ganteng dan mereka makin bertumbuh. Namun ketika menonton mereka langsung, aku masih tak bisa menampik kalau mereka masih anak-anak. Maksudku, vibe mereka itu remaja banget bukan Oppa. Mereka masih terlihat playful dan suka main-main, nggak sok tua. Padahal secara badan, mereka sudah pada tinggi dan bongsor. Tetap saja, sekali anak-anak tetap anak-anak. Tingkah mereka benar-benar lucu dan menggemaskan, bawaannya juga masih tetap remaja banget, tidak sok tua seperti (ehem) grup sebelah.
Kalau ditanya, apakah aku puas pasca menonton konser kemarin? Aku puas. Aku ikut menyanyikan Trigger the Fever, Majimak Chotsarang, We Young, Boom, sampai encore dedek Dreamies di Beautiful Feeling. Namun secara produksi konser, aku tidak merasa se-puas seperti yang aku rasakan pasca konser DBSK. Sound memang bagus dan suara adek-adek Dreamies stabil, VCR juga jelas. Tapi ukuran stage yang kecil dan lighting yang menurutku kurang WOW membuat konser ini kurang memorable. Yah, apa yang kuharapkan dari tiket kurang dari dua juta sih?
So, let's meet again dedek-dedek Dreamies dan semoga SM mengabulkan permintaan sijeunnies agar kalian ditetapkan jadi fixed unit.
Sesungguhnya di antara kebahagiaan terselip kepedihan, sudah susah-susah nukerin tiket HITC ke Fatmawati, eh acaranya ditunda (re: dibatalkan) gara-gara kasus virus Corona.
Anyway, hari H telah tiba! Sebenarnya di minggu yang sama dengan dihelatnya The Dream Show, jadwalku cukup padat. Senin sampai Jumat, aku harus menghadiri pelatihan di Bandung. Otomatis aku harus travelling berangkat pagi pulang malam. Di hari Sabtu, seperti yang kuceritakan di atas, aku berkeliling Jakarta (literally) untuk mengambil tiket dan mengajak temanku untuk mengunjungi Museum MACAN. Lalu Minggu adalah hari konser dilaksanakan.
Sempat ada perasaan was-was tapi excited! Was-was karena harus berada di satu kerumunan orang banyak di tengah Corona outbreak, apalagi ada juga fans Jepang dan Korea yang hadir di situ. Excited karena akhirnya aku bertemu dengan dedek-dedek Dreamies yang nggak tahu masa depan mereka bakal seperti apa. Ya ini semua karena sistem graduation di subunit NCT Dream. Seperti Mark yang sudah menginjak usia legal 2 tahun lalu, Mark 'lulus' dari NCT Dream. Tahun ini, empat member yakni Renjun, Jeno, Haechan, dan Jaemin akan 'lulus' juga. Haechan sudah fix di sub-unit NCT 127 jadi tidak perlu khawatir. Namun bagaimana kelanjutan nasib Renjun, Jeno, dan Jaemin? Nobody knows, only God and SM knows!
Sistem graduation inilah yang mendasari alasanku untuk menonton The Dream Show. Pasalnya kalau tidak sekarang, kapan lagi? Bisa jadi mereka berada di subunit yang berbeda. Dan bisa jadi aku tidak suka subunit itu?
Sama seperti saat konser TVXQ! dihelat, kali ini aku datang ke konser bersama dengan Mbak Adis, dia mengenalkanku pada temannya bernama Mbak Mones. Kami bertiga termasuk K-Popers angkatan tua. Mbak Adis dan Mbak Mones sejak zaman DBSK masih beranggotakan 5 orang dan aku sejak 2008. Kami dipersatukan oleh kekuatan kegemesan adek-adek NCT Dream. Dan aku ingat banget bahwa sebenarnya Mbak Adis dulu tidak terlalu into NCT meskipun aku meracuninya sekuat tenaga. Eh sekarang malah dia yang lebih bucin pada dedek-dedek NCT daripada aku (Agista sudah bucin ke Day6 soalnya).
Saat The Dream Show, karena venue-nya di Istora Senayan, harusnya aku berangkat agak lebih siang. Aku berpikir untuk datang pagi dan mengoleksi freebies, namun begitu sampai di venue aku menyerah pada bocah-bocah yang janjian mengenakan baju berwarna hijau neon dan menenteng sijeunibong. Datang pagi means aku belum sarapan dari rumah sehingga aku beli makan di venue. Datang pagi means, aku harus rela di-hold di luar ruangan. Sebenarnya promotor memberitahukan bahwa kami akan digiring masuk ke dalam venue dan dipersiapkan holding area di dalam ruangan sejak pukul 12 siang. Nyatanya? Wow kami dipanggang di luar ruangan hingga jam 2 siang.
Hal ini agak aneh menurutku karena waktu nonton konser GOT7 dulu, aku ingat sekali langsung digiring masuk ke indoor holding area. Sementara di The Dream Show, begitu open gate pukul 2 siang, kami langsung duduk di venue. Jangankan yang seating, yang standing juga tidak di-hold di dalam ruangan. Ditambah lagi, kami sudah harus menyerahkan minuman dan makanan selama holding di luar area tersebut. Apa tidak dehidrasi?
Beruntung rasa bete dan marah karena dijemur di luar ruangan terbalas ketika melihat (mungkin) manajer NCT lewat dan beli Starbucks. Lalu ada juga Oppa-Oppa videografer SM yang lalu lalang mengambil video kami. Tahu aku dan gerombolan adek-adek di depanku heboh, Oppa videografer itu mendekati kami dan meminta kami untuk melakukan greetings: "Please say 'NCT Saranghae!" after 1 2 3, okay?" Dan kami melakukan apa yang Oppa videografer itu minta. Untungnya aku pakai masker jadi nanti kalau muncul di video dokumentasi atau di DVD Konser, mukaku yang memalukan ini nggak bakal keliatan. Tapi yah karena Oppanya ganteng jadi agak lebih segar sedikit jiwa yang kering ini. Tak hanya aku, ada beberapa fans lain di barisan belakang dimintai hal serupa oleh si Oppa ini. Aku tidak jadi istimewa ðŸ˜
NCT Bong (dok. pribadi - do not take it without credit) |
Opening act dibuka dengan Go, iya itu lagu yang dulunya dikira ketuker sama NCT 127. Sebelumnya diawali VCR dedek-dedek Dreamies yang super ganteng dan bikin bocah-bocah fans dedek-dedek ini berteriak-teriak kegirangan. Agista juga jadi tante girang selama konser karena dedek-dedek terlalu gemas untuk tidak di-spazzing. Kalau boleh dibilang, tatanan panggung NCT Dream ini nggak terlalu wah. Memang sih ada sebagian play room (?) tapi stage konser The Dream Show ini terbilang cukup sempit. Bahkan saat performing di setlist kedua, Chewing Gum tidak dibawakan dengan Hoverboard seperti yang kutonton di acara-acara musik Korea.
Dedek Dreamies juga bilang bahwa sebenarnya mereka muncul di panggung menggunakan sling, di bagian pembukaan, tapi karena alasan keamanan dan panggung yang kecil mereka tidak melakukan itu. Setelah Go, dedek-dedek Dreamies lanjut membawakan lagu kotor Drippin', 119, 123, Stronger, We Go Up, Dunk Shot, Chewing Gum dan ditutup dengan Dream Run! Kalau boleh jujur sebenarnya aku nggak terlalu hapal beberapa lagu mereka kecuali yang MVnya dirilis dan yang masuk ke album Majimak Chotsarang (My First and Last). Karena di album Boom ini aku sudah jarang mengikuti dedek-dedek lagi. Positifnya, aku jadi lebih immersed dan fokus pada lagu-lagu yang mereka bawakan.
Setelah lagu Dream Run sebenarnya ada project birthday Renjun namun batal dilaksanakan karena insiden banyak CZennie pingsan. Penyebab utama hal ini adalah dehidrasi, implikasi dari terlalu lama dibiarkan menunggu di luar ruangan (ehem). Karena hal ini, anak-anak Dreamies yang di bawah umur jadi merasa dumbfounded, khawatir, dan panik jadi satu. Apalagi anak-anak ini benar-benar tidak bisa mengontrol muka mereka. Jadinya keliatan lucu banget tapi ya kasihan dengan orang-orang yang berjatuhan karena dehidrasi. Baru setelah sejumlah korban diangkut, sampai anak-anak Dreamies ikutan nunjuk-nunjuk, pihak promotor memberikan aqua gelas untuk para penonton. Dreamies juga meminta penonton di section standing untuk agak mundur ke belakang.
(dok. pribadi - do not take it without credit) |
(dok. pribadi - do not take it without credit) |
(dok. pribadi - do not take it without credit) |
(dok. pribadi - do not take it without credit) |
Hidup Agista bahagia saat itu karena nemuin Mas-Mas ganteng terus.
Anyway, vibe pas nonton konser Dreamies memang tidak se-megah konser DBSK atau se-seru nonton GOT7 dan Music Bank. Tapi rasanya puas. Puas melihat adek-adek Dreamies membawakan koreografi dengan bersemangat tanpa lelah selama 1 jam 15 menitan. Sisa waktunya diisi oleh MENT, VCR yang gemes banget, dan juga drama orang-orang pingsan. Jujur saja, sepanjang konser aku berusaha menilai stage presence dan performa anak-anak ini (selain merekam). Dan untuk kali pertama sepanjang ngonser, mungkin ini adalah konser yang aku nikmati betul. Satu, karena aku berada di seating section. Dua, karena aku tidak ikutan heboh.
Stage presence paling menonjol adalah Jisung, Jisung nge-dance-nya paling sharp dan gerakannya kelihatan even dibanding Jaemin atau Jeno. Chenle sempat terlihat kelelahan dan bergerak seadanya namun dia membalas dengan memberikan performa terbaik setelah rehat. Untuk urusan suara, Donghyuck (as expected) memberikan penampilan maksimal. Apalagi Donghyuck sudah biasa tampil dengan para hyungs, jadi dia terlihat lebih berpengalaman dibandingkan dengan peer-nya. Jaemin dan Jeno tidak pelit fanservice. Pada dasarnya anak-anak Dreamies tidak pelit fanservice sih. Jadi bakal puas tuh yang melihat mereka dari dekat.
Tambahan lagi, Jisung kemarin terlihat makin menawan saja waktu pakai kacamata.
Anak-anak Dreamies ini boleh jadi makin terlihat ganteng dan mereka makin bertumbuh. Namun ketika menonton mereka langsung, aku masih tak bisa menampik kalau mereka masih anak-anak. Maksudku, vibe mereka itu remaja banget bukan Oppa. Mereka masih terlihat playful dan suka main-main, nggak sok tua. Padahal secara badan, mereka sudah pada tinggi dan bongsor. Tetap saja, sekali anak-anak tetap anak-anak. Tingkah mereka benar-benar lucu dan menggemaskan, bawaannya juga masih tetap remaja banget, tidak sok tua seperti (ehem) grup sebelah.
Kalau ditanya, apakah aku puas pasca menonton konser kemarin? Aku puas. Aku ikut menyanyikan Trigger the Fever, Majimak Chotsarang, We Young, Boom, sampai encore dedek Dreamies di Beautiful Feeling. Namun secara produksi konser, aku tidak merasa se-puas seperti yang aku rasakan pasca konser DBSK. Sound memang bagus dan suara adek-adek Dreamies stabil, VCR juga jelas. Tapi ukuran stage yang kecil dan lighting yang menurutku kurang WOW membuat konser ini kurang memorable. Yah, apa yang kuharapkan dari tiket kurang dari dua juta sih?
(dok. pribadi - do not take it without credit) |
(dok. pribadi - do not take it without credit) |
(dok. pribadi - do not take it without credit) |
(dok. pribadi - do not take it without credit) |
(dok. pribadi - do not take it without credit) |
"Aku tidak jadi istimewa" PRET HAHAHAHAHAHA
ReplyDelete